Jaga Perasaan Adik, Pilih Salat Gaib untuk Almarhum

Senin, 17 November 2008 – 12:52 WIB
Nasir Abas.

Meski masih kakak ipar Mukhlas dan Amrozi, tak mudah bagi Nasir Abas menyikapi eksekusi mati atas dua pelaku bom Bali I ituMeski pernah mendapat pendidikan yang sama, secara ”ideologi” mereka punya pandangan berbeda.

FAROUK ARNAZ, Jakarta

NASIR Abas adalah juru dakwah yang sibuk

BACA JUGA: Mengunjungi Newseum saat Orang Amerika Terkena Demam Obama (1)

Karena itu, saat Jawa Pos minta waktu untuk bertemu, dia pun harus melihat jadwal kegiatannya dulu
”Ok

BACA JUGA: Merasakan Jadi Milanisti di Markas AC Milan, Italia

Insya Allah kita jumpa di sana
Tak usah ke bandara,” kata Nasir Abas dalam SMS yang dikirimkan Sabtu (15/11) lalu.
Siang di akhir pekan itu Nasir harus terbang ke suatu kota di Indonesia

BACA JUGA: Merasakan Fenomena Obama di Jantung Amerika (2-Habis)

Agendanya memberikan ceramah tentang bagaimana jihad yang benar dalam membela agama, negara, dan bangsa seperti diatur Islam
Kakak ipar mendiang Ali Ghufron alias Mukhlas dan Amrozi itu awalnya memang menawarkan untuk bertemu di bandara sebelum dirinya terbang”Kita pindah lokasinya (menyebut sebuah tempat di tengah Kota Jakarta, Red)Tapi, jangan telat ya,” kata Nasir dalam lanjutan SMS
Cuaca yang kurang bersahabat di Jakarta belakangan ini tak menghalangi antusiasme lekaki kelahiran Singapura, 6 Mei 1969 itu untuk berbicara tentang konsep jihad menurut Islam.
”Apakah yang saya lakukan saat ini (dakwah ke komunitas-komunitas) hanya untuk polisi? Bukan,” kata pria berkacamata itu.
Pria yang pada 1987-1990 digembleng di Akademi Militer Mujahidin, Afghanistan, dan pernah satu kelompok dengan Amrozi cs itu mengaku telah bergabung bersama-sama masyarakat IndonesiaDulu dia mengakui bersama polisi karena berstatus tahanan.
”Kini saya sudah bebasSaya sayang dengan bangsa dan umat Islam IndonesiaSaya memberikan pemahaman bukan hanya soal jihad, tapi soal perdamaian, etika, dan akhlaq,” kata kakak kandung Parida Abas, istri mendiang Mukhlas.
Aktivitas Nasir Abas inilah –termasuk Ali Imron, kendati lebih terbatas– yang dianggap menghalangi pembenaran Amrozi cs terhadap aksi mereka pada tragedi bom BaliBuntutnya, pada akhir 2004 Mukhlas menyatakan Nasir telah kafir dan keluar dari IslamNasir juga dianggap musuh Islam karena berpihak dengan musuhSurat senada ditulis Mukhlas pada akhir 2007 juga meminta Parida memutuskan hubungan dengan Nasir.
Nasir mengaku tidak terkait dengan bom Bali dan tidak mengetahui perencanaan bom yang menelan 202 korban tewas ituNamun, dia mengenal Mukhlas sejak lamaMantan ketua mantiqi tsalis III Jamaah Islamiyah (JI) itu berkenalan dengan Mukhlas pada 1987 di Harbiy Sonjay, sekolah militer milik Tanzim Ittihad-e-Islamiy di PakistanMukhlas adalah angkatan kedua sekolah itu
Pada Juli 1990, Nasir bertemu lagi dengan Mukhlas di MalaysiaSaat itu dia terbang dari Afghanistan untuk pernikahan sang ustad dengan adik kandungnya (Paridah)
Lalu apa komentarnya tentang eksekusi dua adik iparnya, Mukhlas dan Amrozi, serta mantan muridnya di akademi Mujahidin, Imam Samudra? Nasir mengakui, dia dan istrinya (Ummi Husna) merasa sedih”Saya teringat dan terkenang masa lalu(Tapi) saya harus menerima ini adalah takdir walaupun eksekusi ini dilakukan dengan direncanakanSaya tidak perlu meratapi, menyesali, dan menangisi,” kata Nasir yang sempat ditahan karena kasus pemalsuan dokumen dan imigrasi ituDia tidak pernah diadili dalam kasus bom Bali.
Meski sedih, dia punya alasan mengapa tidak datang bertakziah di makam Mukhlas dan Amrozi di Tenggulun, Solokuro, Lamongan, Minggu pekan lalu (9/11)”Saya sebenarnya juga sudah lama ingin datangTermasuk (membesuk) ke NusakambanganTapi, karena Paridah di Tenggulun, padahal dia dilarang suaminya bertemu dengan saya, (maka) saya tak ingin bertemu Paridah (di sana) sehingga dia merasa berdosa,” katanya.
Nasir mengaku tak mempunyai masalah apa pun dengan keluarga besar Tenggulun”Saya hanya berpikir apakah mesti berkunjung? Apakah wajib dan afdol hadir? Mengurus jenazah itu fardu kifayah (bisa diwakili muslim yang lain, Red)Lalu mengapa harus mempermasalahkan kalau saya tidak hadir? Apakah saya berdosa?” lanjutnya
Alasan lain, kata dia, menjaga perasaan keluarga Tenggulun maupun pendukung dan simpatisan Amrozi csSebab, masih banyak di antara mereka yang belum memahami keadaan dan sikap Nasir selama ini.
”Saya tidak bermaksud suuzon (berprasangka buruk) pada mereka yang beda pendapat dengan sayaTapi, saya harus mengambil jalan tengah agar situasi tidak semakin keruh,” sambungnyaNamun, Nasir mengakui, di dalam hati kecilnya dia ingin datang ke Tenggulun
Soal mengapa dirinya tidak pernah besuk ke Lapas Batu, Nusambangan, tempat Amrozi cs ditahan sebelum dieksekusi mati, Nasir juga punya alasan”Itu sikap protes saya ke Ustad Mukhlas mengapa melarang adik saya, Paridah, bertemu dengan saya,” tegasnya.
Nasir mengakui bahwa Mukhlas memang sempat memberi lampu hijau kepadanya untuk datang ke Nusakambangan”Kabar yang disampaikan pada saya (Mukhlas mengatakan) ahlan wa sahlan jika Nasir mau bertemu dengan sayaLalu mengapa saya bertemu dengan Paridah dilarang, tapi bertemu dengan dia tidak? Ini jawaban saya mengapa saya tidak pernah ke Nusakambangan,” bebernya
Hal lain yang disampaikan mantan pelatih di kamp Hudaybiyah, Moro, Filipina, itu adalah soal beredarnya foto jenazah ketiga orang pelaku bom Bali itu di internetDi internet foto itu, termasuk wajah Amrozi yang tampak tersenyum, disebutkan sebagai pertanda mujahid yang syahidNasir tidak setuju dengan pendapat seperti ini
Menurut dia, wajah jenazah tidak bisa menentukan apakah orang itu syahid atau tidak”Soal mati syahid, kita tidak boleh menentukanLalu bagaimana pejuang Islam yang gugur di medan perang dengan wajah yang terkoyak dan tidak tersenyum? Apakah itu lantas tidak syahid?” katanya balik bertanya.
Dia berharap masyarakat berhenti mengultuskan seseorangDia juga mengkritik adanya peziarah yang sampai mengambil dan menyimpan tanah kubur milik para pelaku bom Bali ituMenurut dia, itu tindakan yang keliru dan kurang pengetahuan
”Namun, kalau ada keluarga dan kelompok yang berbangga (dengan ketiga orang yang telah dieksekusi), biarkan sajaTapi, yang saya khawatir, foto-foto berkafan itu apakah tidak menambah beban mental anak-anaknya?” katanya.
Meski jauh, Nasir mengaku selalu mendoakan Mukhlas, Amrozi, dan Imam SamudraDia juga melakukan salat gaib pada hari ketika ketiganya menghadapi regu tembak(el)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Merasakan Fenomena Obama di Jantung Amerika (1)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler