Merasakan Jadi Milanisti di Markas AC Milan, Italia

Kamis, 13 November 2008 – 11:08 WIB
Foto bareng di ruang ganti pemain AC Milan.

Dalam lawatan ke Italia pekan lalu (9/11), wartawan Jawa Pos ARIEF SANTOSA mendapat kesempatan mengunjungi markas AC Milan di Stadion San Siro, MilanBahkan sampai blusukan hingga ke kamar ganti pemain.

KOTA Milan begitu dingin siang itu

BACA JUGA: Merasakan Fenomena Obama di Jantung Amerika (2-Habis)

Suhunya 5–10 derajat celsius
Jam di tangan menunjuk pukul 14.00 ketika bus kami –rombongan ’’bonek’’ dari Jawa Timur– memasuki areal parkir San Siro

BACA JUGA: Merasakan Fenomena Obama di Jantung Amerika (1)

Suasana sepi
Hanya ada beberapa mobil dan sebuah trem yang parkir di halaman stadion yang sangat luas itu.
Memang, di salah satu sudut areal parkir ada terminal khusus trem yang melayani trayek ke beberapa kawasan di Milan

BACA JUGA: Ali Fauzi, Adik Bungsu Amrozi-Mukhlas, Paling Repot saat Eksekusi

Para suporter yang ingin ke stadion atau pulang dari stadion bisa memanfaatkan angkutan masal tersebut
Hari itu tidak ada jadwal pertandingan reguler (Liga Serie A) atau laga lain (Liga Champions atau Piala UEFA), sehingga kami bisa leluasa memasuki stadion kebanggaan Milanisti (julukan pendukung AC Milan) dan Interisti (pendukung Inter Milan) tersebutBila hari itu ada pertandingan, kami tidak diizinkan mengunjungi stadion milik Pemerintah Kota Milan tersebut.
’’Kalau hari ini ada pertandingan, Anda tidak bisa masuk hingga ke dalam markas AC Milan atau InterKami harus mensterilkan,’’ kata Sally, pemandu tur di Stadion San Siro.
Benar kata SallyDua hari sebelumnya, saat berada di Kota Roma, kami sempat ’’diusir’’ pengurus Stadion Olimpico yang berada di ibu kota Italia tersebutSaat itu kami bermaksud mengunjungi markas AS Roma tersebutNamun, di pintu masuk, kami sudah dicegat sejumlah petugas keamanan dan pengurus setempatKami tidak boleh masuk.
’’Nanti malam ada pertandingan pentingTim kami (AS Roma) akan menjamu Chelsea di Liga ChampionsMaaf, kami tidak bisa menerima kalianStadion harus steril,’’ tegas salah seorang pengurus stadion
Karena itu, begitu di San Siro mendapat keleluasaan untuk masuk, kesempatan itu pun tak kami sia-siakanKami berusaha mendapatkan semuanya, meski hanya diberi waktu 30 menitMulai museum AC Milan/Inter Milan, tur stadion, hingga masuk ke ruang ganti pemain
Tak lupa, kami juga berbelanja di toko cenderamata (merchandise) dua tim besar itu yang tak jauh dari ruang museumKhusus di toko tersebut kami tidak terikat waktuBisa sepuasnya.
Untuk menuju museum, kami masuk melalui ingresso (pintu) 14 di sisi timur stadionKami harus menunggu setengah jam sebelum diajak berkeliling oleh SallyDia tidak mau turnya mengganggu kerja temannya yang memandu rombongan pengunjung lain.
’’Pokoknya, kalau tidak ada pertandingan, pengunjung hilir mudikSaya tidak bisa menghitung jumlah merekaTapi, selalu ada,’’ tutur lajang berusia 21 tahun itu.
Dia sempat tidak mengerti di mana letak Indonesia, apalagi Kota Surabaya dengan klub Persebaya-nya, tempat asal sembilan ’’bonek’’ –kependekan bondo nekat (modal nekat) ituTapi, begitu kami menyebut posisi Jawa Timur bertetangga dengan Bali, dia langsung terbelalak, ’’Bali? Oh, I see.’’
Sally mengaku belum pernah ke Pulau Dewata tersebutTapi, dia mengenal Bali karena keindahannyaJuga karena bom Amrozi cs’’Saya pernah melihat di TV,’’ ujarnya kepada Jawa Pos.
Untuk mengikuti tur itu, setiap pengunjung harus membeli tiket seharga 12,5 euro atau sekitar Rp 175 ribu (dengan kurs 1 euro = Rp 14.000, Red)Pengunjung dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, maksimal 15–20 orang.
Kalau rombongan berjumlah lebih banyak, Sally khawatir tidak bisa memandu dengan baikSebab, dia juga harus mengawasi pengunjung agar tidak iseng atau usil yang berakibat bisa merusak fasilitas stadion’’Di sini saya yang bertanggung jawabAnda ikuti saya saja,’’ ujar gadis berwajah manis itu.
Kami mengawali tur dengan masuk ke museum AC Milan/Inter MilanMuseum itu sangat lengkapMulai sejarah awal mula berdirinya Rossoneri (sebutan lain AC Milan) pada 1899, masa jaya trio Belanda (Van Basten, Ruud Gulit, Frank Rijkaard) pada 1987–1993, hingga periode Kaka yang sukses menjuari Liga Champions dua kali
Begitu pula sejarah Inter Milan yang merupakan tim sempalan AC MilanSemua disajikan lengkap dengan artefak-artefak (benda bersejarah) yang mewakili zamannya’’Kami berusaha menampilkan selengkap mungkinBahkan, catatan sejarah paling mutakhir sekalipun ada,’’ ungkap Sally.
Di museum itu dipajang aneka piala/trofi yang pernah mereka raih dalam sejarah perjalanan klub milik Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi ituMulai trofi Serie A, Copa Italia, Liga Champions, Piala Toyota, dan trofi kejuaraan lainnyaMenurut Sally, belum semua piala dipajang di museum itu.
Sayang, pengunjung tidak boleh mengambil gambar (memotret) isi museum yang sederhana tapi menarik dilihat tersebut’’Kami akan menindak tegas kalau ada yang melanggar aturan di sini,’’ ujar Sally lagi sambil mengingatkan agar kami tidak mengambil gambar dalam museum.
Dalam museum juga terdapat teater kecil yang mampu menampung 15 orangDi teater itu, pengunjung bisa menyaksikan pertandingan AC Milan/Inter Milan yang diinginkan(el)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hari-Hari Terakhir Amrozi Cs Menjelang Eksekusi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler