Jakarta Masih Akan Banjir

Jumat, 04 Juli 2014 – 06:24 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Banjir diperkirakan masih akan melanda Jakarta. Sebab, beberapa proyek normalisasi yang dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU) sampai kini belum selesai.

Bahkan ada progres proyek tersebut pun berjalan lambat. Tak ayal asa warga ibukota untuk melihat kota Jakarta bebas dari genangan air hanya sebatas mimpi.
    
Kepastian itu terbukti saat Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto melakukan sidak di sejumlah proyek normalisasi sungai di Jakarta kemarin (3/7).

BACA JUGA: Ribuan Satpol PP Tagih Status PNS

Ada tiga proyek yang dikunjungi oleh Djoko. Yakni di proyek di kali Pesanggrahan, pintu air Manggarai serta di Sungai Ciliwung. Dari tiga proyek itu, belum ada yang selesai 100 persen.
    
Sidak pertama dilakukan di Kali Pesanggrahan. Djoko melihat tahapan pengerjaan di tempat tersebut. Sepanjang 21,8 kilometer bantaran Kali Pesanggrahan akan dinormalisasi.

Proyek ini berhulu di Jembatan Cirendeu Raya, Ciputat, Tangerang Selatan, dan berakhir di Kembangan, Jakarta Barat. Namun proyek yang dijanjikan tahun ini selesai ternyata molor. "Tidak bisa tahun ini. Pengerjaannya baru 75 persen," jelasnya.
    
Menurut Djoko, mundurnya penyelesaian proyek itu disebabkan sulitnya pembebasan lahan. Titik-titik yang menjadi kendala pembebasan lahan itu di antaranya Sekolah Polwan Ciputat, Bintaro, Cipulir, Pos Pengumben, Kedoya, dan Kembangan. "Tanah tersebut banyak milik warga. Mereka meminta ganti rugi yang sangat besar," jelasnya.
    
Selain normalisasi, di kali Pesanggrahan ada beberapa proyek yang dikerjakan. Yakni perkuatan tebing sungai, memperdalam alur sungai, dan pembuatan jalan inspeksi. Mekipun banyak lahan yang belum dibebaskan, kata Djoko, tidak membuat pihaknya tidak bekerja.

BACA JUGA: Waspada, Zat Pewarna Ditemukan di Takjil

Mereka tetap melakukan normalisasi pada lahan-lahan milik pemerintah dan lahan yang tidak perlu dibebaskan.
        
Misalnya tanah pengembang yang berada di pinggir kali. Djoko mengatakan menurut aturan pengembang harus menyerahkan tanah itu pada pemda untuk dijadikan sebagai fasilitas umum (fasum). Selain itu, pekerja juga melakukan normalisasi di tanah-tanah milik pemerintah. Seperti di makam tanah kusir.
        
Setelah melihat proyek di Kali Pesanggrahan rombongan berlanjut ke pintu air Manggarai. Di tempat itu Djoko ingin melihat perkembangan proyek pembanguann pintu air tersebut. Untuk mengatasi banjir, pintu air di Manggarai ditambah.

Dari dua pintu menjadi tiga pintu air. Setelah sampai di lokasi, pria yang sudah dua periode menjabat sebagai menteri pekerjaan umum langsung melihat pengerjaan. Namun sayangnya proyek tersebutjuga belum selesai.
        
Menurut Djoko, proses pembangunan pintu air Manggarai sudah mencapai 80 persen. Tapi di dalam kontrak kerja seharusnya sudah kelar pada bulan Juni tahun ini. "Perkiraan saya akhir Desember baru bisa selesai," keluhnya.
        
Setelah melihat Manggarai, rombongan bergegas menuju ke Kebun Baru. Di tempat itu mereka melihat proyek sodetan kali Ciliwung. Di tempat itu terlihat beberapa pekerja yang sedang memasang beton di samping sungai. Selain itu, pekerja dengan menggunakan back hoe mengeruk lumpur yang berada di kali tersebut.
        
Meskipun banyak proyek yang belum selesai, Pria lulusan Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada (UGM) itu mengatakan tetap optimis mampu menanggulangi banjir di Jakarta. Menurut dia, Kementerian PU sudah melakukan normalisasi di daerah Cipulir dan Ciputat.

BACA JUGA: Polsek Penjaringan Tangkap Perampok Sadis di Jalanan

"Sedangkan proyek yang belum selesai kami usahakan akhir tahun ini selesai. Namun jika tidak bisa diselsaikan tahun depan," ungkapnya.
        
Pada bagian lain, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane T. Iskandar mengatakan banyak kendala yang dihadapi di lapangan. Misalnya proyek di Pesanggrahan. Banyak warga yang enggan menyerahkan lahannya. Namun, lanjutnya pihaknya akan bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta untuk pembebasa lahan. "Kami tetap usahakan mereka mau menyerahkan lahannya. Ini kan untuk kepentingan umum," paparnya   
        
Sedangkan untuk pintu air Manggarai, Iskandar menjelaskan ada kendala teknis dalam pembangunannya. Dalam pembuatan gorong-gorong raksasa itu menggunakan metode jacking box culvert. Yakni dengan memasang box tunnel berukuran besar dengan cara didorong menggunakan tenaga hidrolis pada satu titik lubang yang disebut portal.

Awalnya, jacking box culvert itu membutuhkan waktu 25 hari. "Namun di lapangan ternyata lebih lama. Bahkan sampai dua bulan," jelasnya.
        
Menurut dia dengan penambahan satu pintu air itu bisa menambah volume air yang disimpan. Jika dua pintu, Pintu Air manggarai hanya mampu menampung 330 meter kubik air per detik.

Sedangkan jika ditambah satu pintu lagi, kapasitasnya air yang ditampung bertambah menjadi 530 meter kubik per detik. "Sehingga genangan air di wilayah lebih cepat susut," jelasnya.
        
Untuk Sodetan Ciliwung, Iskandar mengatakan progresnya baru 20-25 persen. Menurut dia proyek itu akan selesai pada tahun 2016.
        
Lebih lanjut, Iskandar mengatakan dengan adanya proyek normalisasi sungai itu belum bisa menjamin Jakarta bebas dari banjir. Proyek itu, kata dia hanya mampu mengurangi genangan air di Jakarta sebesar 40 persen. "Jakarta pasti tetap akan banjir. Namun kami coba untuk mengurangi," paparnya. (aph)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Monas Fair Digelar Oktober 2014


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler