Jalan Ini Tiga Tahun Mangkrak, Kepri Berharap Dana Pusat

Kamis, 21 September 2017 – 03:00 WIB
Proyek pembangunan jalan dua jalur di jalan Diponegoro yang menghubungkan Sekupang-Batuaju terhenti. Foto: batampos/jpg

jpnn.com, BATAM - Pembangunan jalan raya Batuaji-Sekupang, Batam, Kepri, sudah tiga tahun mangkrak.

Anggota DPRD Provinsi Kepri, Irwansyah, juga membenarkan hal itu.

BACA JUGA: Ada Celana Dalam, Gedung Olahraga Jadi Tempat Begituan

Menurut Irwansah, mangkraknya proyek itu hingga beberapa tahun karena anggaran untuk melanjutkan pembangunan jalan raya Batuaji-Sekupang itu tidak ada.

"Tak kita pungkiri kalau jalan raya Batuaji-Sekupang itu mangkrak. Mau gimana lagi, anggaran di PU Pemprov untuk melanjutkan pembangunan jalan itu yang memang tidak ada.

BACA JUGA: Mahasiswa Ganteng Pilih Jadi Penjambret

“Tapi untuk melanjutkan pembangunan jalan raya Batuaji-Sekupang, Pemprov pasti akan melanjutkannya sampai rampung dan jalan bisa dipergunakan masyarakat Batam," ujar politisi dari PPP ini kepada Batam Pos (Jawa Pos Group), Rabu (20/9).

Pembangunan jalan raya Batuaji-Sekupang sendiri, lanjut Irwansyah, tak sepenuhnya dibiayai oleh APBD Pemprov Kepri. Sebagian anggaran pembangunannya juga dibiayai dari pusat menggunakan APBN. Sebab, status jalan tersebut memang merupakan jalan nasional.

BACA JUGA: Alasan Azwar Anas Pilih Pariwisata untuk Bangun Banyuwangi

"Kapan pastinya jalan raya Batuaji-Sekupang akan dilanjutkan pembangunannya, itu yang kami belum bisa pastikan. Kalau rencana sih tahun depan pembangunan akan dilanjutkan, itu kalau ada anggaran dari Pemprov Kepri,'' terang Irwansyah.

Irwansyah dalam waktu dekat ini akan mencoba menanyakan langsung ke Kadis PU Provinsi Kepri tentang kepastian ada tidaknya anggaran untuk tahun depan melanjutkan pembangunan jalan Batuaji-Sekupang.

Sementara itu, Kepala Bidang Bina Marga, Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang dan Pertanahan, Provinsi Kepri, Hendrija mengatakan, mangkraknya penyelesaian proyek itu karena adanya penyesuaian anggaran di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera).

"Anggaran negara mengalami defisit. Konsekuensinya adalah dengan melakukan penyesuaian anggaran di setiap Kementerian," ujarnya kemarin.

Dijelaskan Hendrija, untuk penyelesaian proyek itu, Gubernur Kepri, Nurdin Basirun sudah melayangkan surat ke Kemenpupera. Karena status jalan tersebut sudah beralih dari jalan Provinsi menjadi jalan nasional. Artinya penyelesaian harus menggunakan APBN.

"Perubahan status tersebut terjadi tahun 2016 lalu. Sehingga sesuai aturan, pekerjaanya harus melalui anggaran pusat," paparnya.

"Sebenarnya untuk pekerjaannya lebih kurang lima atau enam kilo meter lagi. Kita berharap, tahun depan pekerjaannya sudah rampung," paparnya lagi.

Lebih lanjut katanya, kebutuhan anggaran sekitar Rp 40 miliar. Adapun tujuan dari pembangunan jalan tersebut, adalah untuk mempermudah akses lalu lalang kendaraan, seperti mengatasi persoalan kemacetan.

Seperti diketahui, Proyek peningkatan jalan di jalan Dipenogoro, Seitemiang belum kunjung rampung. Pembangunan jalan dua jalur yang sudah dimulai sejak tiga tahun lalu itu, kini sudah dihentikan. Pengerjaan baru sebatas pembukaan jalur jalan baru untuk jalur Batuaji-Sekupang, namun belum semuanya.

Pantauan di lapangan, pembukaan jalur jalan baru itu baru sampai di tikungan hutan Mata Kucing dari Seiharapan Sekupang. Sementara dari daerah Taman Pemakaman Umum (TPU) Seitamiang sampai ke Simpang Basecamp belum tersentuh alat berat. Bahkan pemukiman liar yang berderet di row yang akan dibuka jalan itu juga belum ditertibkan.

Proyek dari pemerintah Provinsi Kepri itu sepertinya mangkrak, sebab sejak dua bulan terakhir ini tak ada lagi aktifitas proyek di sepanjang jalan itu.

Warga pengguna jalan menyayangkan mangkraknya proyek tersebut, sebab jalur jalan yang menghubungkan wilayah Sekupang dan Batuaji itu merupakan jalur yang sibuk. Hilir mudik kendaraan pribadi atau alat berat selalu padat setiap saat.

Jalan terlihat sempit karena kendaraan yang datang dari dua arah itu bergerak di badan jalan yang sama dan hanya dipisahkan oleh garis-garis putih.

Imbasnya kecelakaan lalulintas yang memakan korban nyawa kerap terjadi di sepanjang jalan itu.

"Kalau kecelakaan sudah sering, apalagi di tikungan maut ini. Kalau pagi dan sore hari sangat rawan sebab orang pada ngebut-ngebut saat pergi atau pulang kerja," ujar Eko, warga di tinggal di lokasi pembibitan, hutan Mata Kucing.

Tidak itu saja, terhambatnya pembangunan jalur dua arah itu juga memperburuk kerusakan jalan Diponegoro tersebut. Kendaraan berat yang rutin melintasi jalan itu membuat jalan jadi tak rata. Lubang-lubang yang sudah lama ada kian bertambah lebar dari waktu ke waktu. Jalur jalan tersebut kini sudah dihiasi dengan ratusan lubang yang cukup mengancam keselamatan pengendara.

Warga berharap agar proyek tersebut secepatnya dirampungkan sehingga, kepadatan jalan tersebut bisa diatasi. "Kalau sudah dua jalur tentu risiko kecelakaan juga semakin minim. Tapi kalau satu jalur terus seperti ini maka korban kecelakaan lalu lintas akan terus berjatuhan," ujar Hendrik, warga pengguna jalan lainnya. (jpg/eja/gas/rna)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dibawa ke Kontrakan, Remaja Diperkosa 3 Pria


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler