Jalan Tertutup Debu 30 Sentimeter, Jarak Pandang 2 Meter

Sabtu, 15 Februari 2014 – 20:25 WIB
Hujan vulkanik Gunung Kelud. Foto: Boni/Radar Malang/JPNN.com

jpnn.com - Dusun Ngutut, Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang merupakan daerah di Kabupaten Malang, Jawa Timur yang terdekat dengan Gunung Kelud. Jarak dari gunung sekitar 8 kilometer. Ngutut kemarin seperti kawasan mati. Kalaupun ada suara, itu berasal dari erangan hewan-hewan ternak yang ditinggalkan pemiliknya.  

Jumat (13/2), pukul 03.00, Jalan Raya Pujon ditutup untuk umum. Saat itu, semua orang dilarang melintasi jalan yang merupakan jalur utama Malang-Kediri. Wartawan dan fotografer Jawa Pos Radar Malang yang akan menuju ke Ngantang, juga disetop saat melintasi Pujon. Bahkan tim yang bertugas untuk mengevakuasi dan rombongan Bupati Malang Rendra Kresna juga dilarang masuk lebih dalam.

BACA JUGA: Mengunjungi Intramuros, Kota di Dalam Benteng di Manila, Filipina

Mereka terhenti di Pujon Sebab suasana jalan kala itu memang sangat bahaya untuk dilintasi. Kondisinya gelap. Jarak pandang dengan menggunakan bantuan lampu sepeda motor hanya dua meter saja. Selain itu, debu vulkanik akibat letusan Gunung Kelud sedang keras-kerasnya mengudara.

Baru pada pukul 04.00, relawan memperbolehkan tim evakuasi dan Jawa Pos Radar Malang masuk ke Ngantang. Laju kendaraan hanya bisa digeber 10 kilometer per jam. Perjalanan terhambat oleh debu yang bertebaran dan tebalnya pasir vulkanik.

BACA JUGA: Terminal 2 Juanda, Baru Ceremony Pembukaan Langsung Ditutup

Setelah diperbolehkan melintasi Pujon, rombongan langsung menuju ke kawasan Bendungan Selorejo. Selanjutnya, mengarah ke Dusun Ngutut, kawasan di Kabupaten Malang yang jaraknya hanya sekitar 7 kilometer dari kawah Gunung Kelud.

Dengan menggunakan sepeda motor trail, wartawan koran ini berhasil melewati beratnya medan jalan di Ngutut yang tertutup debu vulkanik hingga 30 sentimeter.

BACA JUGA: Mengunjungi The MacDonald House, Lokasi Pengeboman oleh Usman dan Harun

Di tengah perjalanan, banyak kendaraan bermotor yang ditinggal oleh pemiliknya karena mogok. Kondisi jalan yang naik turun juga menyulitkan untuk melintasi jalan tersebut.

Sesampainya di Ngutut, tak ada seorang warga yang tinggal di rumah-rumah mereka yang kini sudah beratapkan debu. Beberapa di antaranya terlihat ada yang rusak berat karena tak mampu menahan beban material dari gunung yang masuk wilayah Kediri dan Blitar tersebut.

Sejauh mata memandang, yang ada hanyalah debu dan debu. Lahan pertanian dan perkebunan pun tertutup oleh debu vulkanik. Tak terlihat dedaunan hijau yang bisanya menghiasi dusun tersebut. Ngutut seperti kota mati.

Sayup-sayup, terdengar suara erangan. Setelah didekati, ternyata suara tersebut bersumber dari seekor sapi yang berada di kandangnya dan ditinggalkan pemiliknya. Di sebelahnya, juga terdapat kandang yang di dalam juga ada tiga ekor sapi. Semua sapi tersebut tertutup debu juga. Tak ada rumput dan minuman bagi sapi-sapi tersebut.

”Warga sudah mengungsi ke Pujon untuk menyelamatkan diri. Ternak tidak ada yang mengurus,” kata Buang, 63, warga Dusun Ngutut yang bertemu di tengah jalan saat akan mengungsi.

Pria yang sudah memiliki anak tiga dan dua cucu ini mengaku ditinggal keluarganya sejak pagi kemarin. Mereka ikut mengungsi bersama tetangga maupun saudara yang lain. Keluarga Buang pergi ke Pujon dengan diangkut kendaraan milik relawan.

Hampir semua penduduk dusun semuanya diangkut. Mereka memilih menyelamatkan diri dari letusan Gunung Kelud dibandingkan harus menjaga rumah dan hartanya. ”Tadi malam saja letusannya terdengar seperti bom. Semuanya bergetar dan ada batu sekepalan tangan berjatuhan. Siapa yang tidak takut dengan kondisi seperti ang mengerikan tersebut,” urai Buang.

Buang menyatakan, dia dan Priadi, 41, tetangganya, memilih tinggal. Untuk menyelematkan diri dari amukan Kelud, keduanya memilih bersembunyi di sebuah rumah kosong yang atapnya terbuat dari beton. Rumah tersebut dianggap aman dari bebatuan dan debu.

Keinginan keduanya tinggal karena ingin tetap menjaga ternaknya sendiri. Mereka merasa kasihan meninggalkan peliharaannya. Hanya saja, walau dijaga, ternyata dia juga tak bisa memberikan makan kepada hewan ternaknya. Itu karena tak ada hijau-hijauan yang bisa dimakan hewan ternaknya. Namun, mereka akhirnya meninggalkan dusun setelah ”diusir” relawan. (*/fir)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Susilo Toer, Adik Sastrawan Pramoedya Ananta Toer, yang Tetap Produktif di Usia 77 Tahun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler