Jam Malam di Tiga Kota Dicabut

Junta Mulai Ambil Hati Rakyat

Rabu, 04 Juni 2014 – 06:41 WIB

BANGKOK - Junta militer Thailand kemarin mengambil sejumlah langkah untuk mengambil hati rakyat. Jam malam di tiga tempat tujuan wisata yakni kota Pattaya, Distrik Samui, dan Provinsi Phuket resmi diakhiri kemarin.
         
Junta yang menamakan dirinya sebagai National Council for Peace and Order (NPOC, Dewan Nasional untuk Ketertiban dan Perdamaian, Red) menyatakan, keputusan tersebut untuk memperkuat hubungan dengan masyarakat.

"Ini sesuai tujuan kami sebenarnya untuk memulihkan keadaan dan mengembalikan perasaan bahagia ke masyarakat," ucapnya.

BACA JUGA: Tiongkok Siap jika AS Menjadikan Mereka Musuh

Setelah pencabutan jam malam, NPOC berencana melakukan dua program lagi yang juga bertujuan menebar simpati. Program pertama adalah pengobatan gratis sore ini.

Sedangkan program lainnya adalah festival musik pada Kamis (5/6). Kedua event tersebut berlokasi di tempat yang juga sekaligus pusat demonstrasi, Victory Monument, Bangkok.

BACA JUGA: Junta Terus Tangkapi Warga

Menurut Winthai, tujuannya adalah untuk meyakinkan masyarakat bahwa militer melakukan kudeta tujuan utamanya bukan untuk merebut kekuasaan. "Tapi memulihkan keadaan. Setelah berbulan-bulan terpecah, maka kami harus melakukan sesuatu untuk memulihkannya," terangnya.

Winthai juga menjamin bahwa pihaknya tidak akan menerapkan martial law act (UU darurat) secara semena-mena. "Tapi, bila memang masih ada saja sekelompok masyarakat melakukan tindakan pembangkangan, maka kami tak punya pilihan lain selain menerapkannya," ucapnya.

BACA JUGA: Juan Carlos Terbelit Banyak Skandal

Selain itu, Winthai juga menyebutkan bahwa pihaknya juga telah mengamankan sekitar 3.500 senjata dari bermacam jenis di sejumlah provinsi di kawasan Thailand Utara. Diantaranya ada sekitar 50-an rocket propeller grenade (RPG) atau senjata anti tank).

"Kami masih belum bisa mengungkap detailnya. Kami juga belum bisa memastikan untuk apa senjata tersebut. Tapi yang jelas, bila tersebar ke masyarakat, maka situasi negara akan semakin kacau," tegasnya.

Sementara itu, wakil juru bicara NCPO Kolonel Wecharon mengatakan bahwa pihaknya mengendurkan sensor sejumlah channel televisi. Diantaranya yang sudah bisa dilihat kembali adalah siaran BBC dan CNN. "Kami meminta agar tindakan kami tak disalahpahami," terangnya.

Menurutnya, selama masa pemulihan ini, pihaknya tak ingin masyarakat mendapatkan informasi yang bisa membuat salah paham. "Biar tidak bingung dan tidak gampang terprovokasi," paparnya.

Menurut Wecharon, pihaknya bekerja keras agar secepatnya bisa tercipta keadaan yang diinginkan.

Dikatakan Wecharon, pihaknya telah menyiapkan skema selama 15 bulan sebelum mengundurkan diri kembali ke barak. "Mulai pembentukan Komite Rekonsiliasi, melakukan pertemuan dengan semua pihak, dan meyakinkan semua pihak untuk bernegosiasi," terangnya.

Bila sudah sepakat, maka tinggal melakukan langkah-langkah berikutnya untuk menempatkan sebuah pemerintahan yang tidak membuat rakyat terpecah.

Kendati demikian, upaya merebut hati tersebut ditanggapi sinis oleh kelompok anti kudeta. Dalam sejumlah akun facebook yang disinyalir milik pentolan kelompok tersebut, mereka menganggap bahwa langkah tersebut adalah lipservice. Menurut mereka, militer harus segera meninggalkan panggung politik dan kembali ke barak untuk tak mematikan demokrasi.

Bahkan, melalui sambungan telepon, pentolan kelompok anti kudeta, Sombat Boongarmamong hanya tertawa saja.

"Itu semuanya bohong. Kami tidak akan berhenti sampai pemilu digelar," katanya. Untuk itu, dia juga menyerukan untuk melakukan aksi flash mob untuk mengganggu upaya kelompok militer merebut hati masyarakat tersebut.

Pihak militer sendiri tak tinggal diam. "Pokoknya, siapa pun yang melakukan gesture yang bernada untuk membingungkan dan mengacaukan masyarakat, pasti akan kami tangkap," tegasnya.

Ketika ditanya apakah itu berarti seseorang bisa ditangkap hanya karena mengacungkan salam tiga jari, Winthai terdiam sejenak. "Kami melihat konteksnya seperti apa dulu ketika orang itu melakukannya. Kalau memang tidak ada alasannya, tentu akan kami tangkap dan proses," tegasnya. (ano/kim)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bajak Laut Meningkat di Perairan Asia Tenggara


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler