Jamaah Nonkuota Lampaui 3 ribu Orang

WNI Arab Saudi Gelar Salat Gaib

Sabtu, 13 November 2010 – 11:00 WIB

JEDDAH - Kedatangan jamaah haji Indonesia yang masuk kategori nonkuota ternyata sangat tinggiData di bandara King Abdul Aziz Jeddah menyebutkan, jamaah haji yang kerap disebut haji ilegal itu menyentuh angka 3.113 orang

BACA JUGA: Gayus juga Libatkan Pengusaha Nakal

Ekspektasi pemerintah untuk menurunkan haji nonkuota dari data tahun 2009 yang mencapai 3 ribu orang gagal tercapai.
   
Sejak mendarat di Jeddah Jawa Pos melihat cukup banyak jamaah haji nonkuota yang berkumpul bersama
Namun, tidak seluruh jamaah tersebut bisa diidentifikasi karena keterbatasan petugas haji dan sulitnya membedakan jamaah haji Indonesia atau negara asia lain

BACA JUGA: Ruang Pemeriksaan KPK Tak Lebih Baik dari Kamar Panti Pijat

Selain itu, dalam operasionalnya, penyelenggara jamaah nonkuota juga cukup rapi
Umumnya, setelah keluar dari pemeriksaan di keimigrasian bandara, mereka langsung diterima oleh seseorang untuk secepatnya diangkut ke Mekkah atau Madinah.

"Lazimnya jamaah nonkuota bisa terdata petugas ketika mereka ditemukan dalam kondisi telantar

BACA JUGA: Mahfud MD: Gayus Harus Dibuat Melarat

Jika tidak dilengkapi dengan gelang identitas bisa dipastikan mereka tidak termasuk dalam jamaah reguler atau BPIH khusus." ujar seorang petugas PPIH di Jeddah kemarin (12/11)

Di sisi lain, berita bencana alam yang terjadi di Indonesia secara berturut-turut telah sampai hingga ke Arab SaudiSejumlah masjid dan musala tampak menggelar salat  gaib bagi para korban letusan gunung Merapi dan tsunami di Mentawai.

"Kami memang sudah mendengar berita bencana itu sejak beberapa minggu lalu, oleh karena itu setiap sholat Jumat diadakan salat gaib buat mereka," ujar Ketua Masjid Indonesia-Jeddah, Muhammad Firdaus usai sholat jumat di komplek Taman Pendidikan Alquran (TPA) Al Naashiriyah di Jeddah Arab Saudi kemarin

Meskipun berada di luar negeri, namun empati para warga Indonesia yang bekerja di Jeddah tetap tinggiFirdaus mengaku setiap Jumat, masjid khusus berbahasa Indonesia itu didatangi setidaknya lebih 100 orang yang rata-rata pekerja formal di sekitar JeddahMereka merasa nyaman sholat Jumat di masjid itu karena ceramahnya bisa dengan mudah dimengerti"Yang sholat disini orang-orang yang punya residence permitted (izin tinggal), rata-rata mereka pekerja formal," tukasnya.

WNI yang bekerja informal seperti sopir atau pekerja bangunan tidak bisa berlama-lama di masjidMereka tidak memiliki waktu lama karena usai sholat langsung dipanggil majikannya untuk kembali bekerjaMeski begitu, setiap kali bertemu mereka, Firdaus tidak lupa mengingatkan agar melakukan sholat gaib untuk para korban bencana Merapi dan Mentawai"Bagaimanapun mereka itu saudara-saudara kita meski terpisah jauh," lanjutnya.

Menurut Firdaus, bukan hanya masjid yang jemaahnya kebanyakan orang Indonesia, masjid-masjid warga setempat juga melakukan sholat gaib untuk korban Merapi dan MentawaiMereka melakukan itu setelah mendengar kabar dari berita di TV"Setidaknya Indonesia merupakan negara muslim yang besar, sehingga mau tidak mau orang Arab pasti berempati," lanjutnya.

Demikian juga yang dilakukan Forum Masyarakat Indonesia Jeddah (Formida)Komunitas yang menaungi warga Indonesia di Jeddah itu membuat kotak-kotak amal yang dititipkan ke sejumlah masjid, mushola dan toko-toko yang menjual produk khas Indonesia di Jeddah"Ada sekitar 500 ribu orang Indonesia yang tinggal di Jeddah," kata Bendahara Formida, Efendy Baharudin.

Sejak beberapa minggu yang lalu kotak-kotak amal itu telah disebar dan hasilnya hingga saat ini sudah terkumpul sekitar Rp 14.000 riyal (sekitar Rp 35 juta)Menurut Efendy, jumlah itu akan terus meningkat beberapa hari kedepan karena pendistibusian kotak amal itu terus ditingkatkan"Jumlahnya lumayan karena orang Indonesia yang bekerja di Jeddah rata-rata eksekutif," tuturnya.

Namun, dia mengaku pendistribusian kotak amal bencana di Merapi dan Mentawai itu agak tersendat karena tidak bisa dilakukan secara sembaranganHanya tempat-tempat yang memiliki keterikatan dengan Indonesia saja yang bisa ditempatiPasalnya, jika ingin lebih banyak maka harus meminta izin dari pemerintah Arab Saudi"Harus ada izin tertentu kalau mau lebih banyak lagi," tuturnya.

Setelah dana tersebut terkumpul, Formida tidak ingin menyerahkan bantuan itu mellaui badan resmi pemerintahItu diputuskan setelah pihaknya mendengar pendistribusian bantaun untuk korban Merapi dan Mentawai tersendat"Biasalah kalau yang ngurusi pemerintah itu lama nyampainyaOleh karena itu nanti kita tidak akan sampaikan lewat pemerintahMungkin kita akan langsung ke lokasi," jelasnya

Berdasarkan data Siskohat, jumlah jemaah Indonesia yang wafat di Tanah Suci hingga, Jumat (12/11) berjumlah 91 orang, terdiri dari 59 pria dan 32 orang wanita, terbesar akibat penyakit sistem sirkulasi 69 orang, 12 orang karena penyakit sistem pernapasan, 8 orang karena penyakit infeksi, 1 orang karena penyakit neoplasma, dan 1 orang karena penyakit system syaraf.

Usia jemaah yang wafat yang terbanyak, di atas 60 tahun sebanyak 58 orang, berusia 50-59 tahun sebanyak 26 orang, usia 40-49 tahun sebanyak 7 orangTempat jemaah wafat, 59 orang di Mekkah, 28 orang di Madinah, 3 orang di perjalanan, dan 1 orang di Jeddah.

Asal embarkasi jemaah yang wafat, Bekasi (Jabar) 21 orang, Ujungpandang 11 orang, Solo 11 orang, Surabaya 10 orang, Jakarta 8 Orang, Medan 8 orang, Batam 6 orang, Banjarmasin 4 orang, Padang 4 orang, Banda Aceh 3 orang, Palembang 2 orang dan BPIH Khusus 2 orang(zul)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Anas Nilai Kasus Gayus Sudah Tradisi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler