jpnn.com - JAKARTA - Jamaah haji yang menunaikan rukun kelima ke Makkah banyak yang bermasalah soal kesehatan dan usia lanjut. Bahkan sebagian besar mereka dalam keadaan berisiko tinggi (risti).
Hal tersebut mengakibatkan banyak jamaah yang meninggal di Arab Saudi. Terutama tahun ini, jumlah jamaah risti dan lansia sangat tinggi.
Membeludaknya jamaah risti dan lansia tersebut disoroti oleh Pemerintah Arab Saudi. Menurut pemerintah Saudi, ada kepercayaan umat Islam yang keliru, bahwa meninggal di Makkah dan Madinah saat menunaikan haji otomatis masuk masuk surga.
Keprihatinan pemerintah Saudi tersebut disampaikan langsung Wakil Menteri Kesehatan Abdallah Al-Asiri. Bahkan secara ekstrim dia menyebut, sebagian jamaah haji berniat meninggal di Saudi.
BACA JUGA: Para Gubernur Angkat Senjata
Suara keprihatinan itu lantas diteruskan oleh tim KBRI di Riyadh ke jajaran Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia. Oleh pemerintah Indonesia, keprihatinan dari pemerintah Saudi itu akan dijadikan bahan evaluasi penyelenggaraan haji ke depan.
Keprihatinan pemerintah Saudi itu merupakan dampak dari meningkatnya angka kematian jamaah haji. Pada intinya Abdallah Al-Asiri mengatakan, banyak jamaah haji yang mengabaikan ketentuan atau syarat berhaji.
"Yaitu syarat mampu dari segi kesehatan dan keuangan," kata Wamenkes Ali Ghufron Mukti mengutip pernyataan Abdallah Al-Asiri di Jakarta kemarin.
Menurut Abdallah Al-Asiri, pemahaman tersebut tidak benar. "Jadi banyak jamaah yang nekat berangkat berhaji, meski kondisinya sudah lansia dan sakit-sakitan. Karena itu tadi, ingin meninggal di Saudi supaya masuk surga. Padahal tidak seperti ini ajarannya," urai Alu Ghufron.
Berdasarkan data Kemenkes jumlah total jamaah haji Indonesia sekitar 155 ribu orang. Dari jumlah itu, 117.718 orang (75 persen) di antaranya masuk kategori risti (sakit atau usia lanjut). Jumlah jamaah risti tahun ini lebih banyak dibandingkan tahun lalu yang hanya berjumlah 87.203 orang.
Banyaknya jumlah jamaah yang berisiko tinggi itu, otomatis meningkatkan potensi kasus jamaah meninggal. Dihitung dalam jumlah hari pelayanan haji yang sama, kasus jamaah haji meninggal tahun ini lebih banyak dibanding tahun lalu.
BACA JUGA: Anggap Perppu Pilkada Hanya Omong Kosong SBY
Hingga sore kemarin pukul 17.00 WIB, jamaah haji yang meninggal di Arab Saudi ada 115 orang. Pada periode yang sama di musim haji 2013, jumlah jamaah haji yang meninggal hanya 86 orang (meningkat 29 orang).
Keprihatinan dari pemerintah Saudi, kata Ali Ghufron, menjadi pelajaran penting. Calon jamaah haji yang berusia lanjut dan sakit-sakitan, tidak perlu memaksakan untuk berhaji. Sebab, salah satu syarat haji adalah mampu (istito'ah) dari segi kesehatan.
Ali Ghufron mengatakan proses jamaah haji bisa lolos berangkat, meski sakit dan lansia cukup panjang. Dia mengatakan untuk kasus-kasus tertentu, Kemenkes berwenang menolak keberangkatan calon jamaah haji. "Misalnya untuk kasus hamil," kata dia.
Tetapi pada kasus kesehatan umumnya, Kemenkes sebatas mengeluarkan rekomendasi kondisi kesehatan saja. Kepastian pemberangkatannya adalah kewenagan Kementerian Agama (Kemenag).
"Kami memang harus duduk bareng. Baik itu Kemenag, Kemenkes, hingga DPR," jelas dia. Pertemuan tersebut diperlukan untuk mencari solusi agar jamaah haji yang terbang ke Saudi hanya yang memenuhi syarat kemampuan kesehatan fisik dan finansial.
BACA JUGA: Andai Pilih Sri Mulyani Jadi Menteri, Jokowi Bakal Kesulitan Wujudkan Trisakti
"Nanti dibantu para ulama, untuk menyiarkan syarat haji itu apa saja," pungkasnya. (wan/end)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelindo II Telusuri Pembuat Spanduk Lino Incar Jabatan Menteri
Redaktur : Tim Redaksi