James Riady Ajak Masyarakat Bantu Imigran Pencari Suaka

Minggu, 21 Juli 2019 – 06:11 WIB
James Riady berbicara dengan imigran pencari suaka yang ada di Jalan Bedugul, Komplek Daan Mogot Baru Kelideres, Jakarta Barat, Sabtu (20/7). Foto: Istimewa for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pendiri dan Ketua Pembina Universitas Pelita Harapan James Riady memantau kondisi para pengungsi migran pencari suaka yang ada di Jalan Bedugul, Komplek Daan Mogot Baru Kelideres, Jakarta Barat, Sabtu (20/7).

Dalam kunjungannya James meninjau langsung fasilitas dalam tempat penampungan seperti musala, MCK, air bersih, dan fasilitas tenda pengungsi dan pelayanan kesehatan dari Pemerintah Kota Jakarta Barat.

BACA JUGA: Kamp Imigran di Lybia Dibombardir, Puluhan Anak-Anak Jadi Korban

Setelah berkeliling dan berbicara dengan beberapa pengungsi, James menyebut para imigran mengungsi meninggalkan negara mereka karena masalah keamanan, seperti perang, konflik etnis, dan juga agama.

“Mereka mengharapkan suatu hari ke depan lebih baik. PBB ada program menyalurkan pengungsi ke beberapa negara yang menandatangani dan menyetujui resmi terbuka bahwa mereka menerima pengungsi, dan karena itulah mereka juga berani keluar uang buat keluar dari negaranya,” jelas James dalam pernyataan resminya, Sabtu (30/7).

BACA JUGA: Disdik Tampung 200 Anak Imigran di 12 SDN, Mas Agus: Tidak Ada Aturan

BACA JUGA: Jejak - jejak Prajurit TNI di Tapal Batas, Demi Merah Putih

Menurut wakil ketua umum Kadin Bidang Pendidikan dan Kesehatan itu, banyak dari mereka yang cukup terpelajar, dan juga ada orang-orang yang cukup kompeten di bidangnya.

BACA JUGA: Imigran dari Berbagai Penjuru Menantang Maut demi Tanah Harapan, Amerika Serikat

Namun sayangnya, proses negara yang sepakat dan menandatangani konferensi itu secara administratif berjalan lamban. Semantara Indonesia jadi tempat penampungan yang dianggap aman, walau kesiapannya belum matang.

“Tadi kami mendengar, meraka sangat mengapresiasi upaya pemerintah DKI. Mereka dulu hanya tidur di jalanan, sekarang sudah ada tempat meski memang tempatnya sangat kecil. Tempatnya bisa muat hanya 50 sampai 100 orang, tetapi ini menampung 1.400 orang. Dari sisi tempat kita apresiasi. Namun seperti toilet kurang, airnya kurang,” ungkapnya.

Untuk itulah, James sengaja datang untuk mendengar harapan para pengungsi. Selain logistik, kebutuhan terpenting yang harus segera ditangani adalah pendidikan dan juga kesehatan.

“Masalah yang lebih besar lagi adalah pendidikan untuk anak. Setengah dari para pengungsi ini adalah anak-anak, yang selama ini kurang pendidikan formal dan non-formal. Setiap bulan, setiap tahun mereka tidak dapat pendidikan, itu auto missing generation (generasi yang hilang),” terangnya.

“Fasilitas kesehatan juga tidak memadai. Memang ada puskesmas, 20 menit dari sini, tetapi pakai uang. Pada akhirnya, mereka mengharapkan solusi yang permanen. Tadi masukan kita tampung semua, nanti kita godok apa yang bisa dilakukan,” sambungnya.

Dia pun berharap, masyarakat bisa memberikan uluran tangan untuk membantu dan menunjukan respons yang positif.

BACA JUGA: STNK tak Diperpanjang, Data Kendaraan Bermotor Dihapus

“Bagaimana peran kita sebagai orang Indonesia. Suatu hari pasti mereka nanti akan ke mana-mana, 14.000 orang (pengungsi) yang telah diberikan kasih sayang, nanti bisa menjadi duta Indonesia yang baik juga,” tutupnya. (esy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Imigran Afrika Telantar di Perbatasan Amerika Serikat


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler