jpnn.com - MENTERI Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti merasa tidak nyaman dengan pemberitaan yang terkesan menyudutkannya selama beberapa hari ini. Terutama terkait pribadinya.
“Saya sedikit marah karena mengganggu konsentrasi, katanya saya disuruh kerja tetapi media nakal-nakal kasih komentar yang jelek-jelek. Sedikit tidak fair,” cetus Susi kepada Rakyat Merdeka (Grup JPNN) seusai sertijab di Gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, kemarin (29/10).
BACA JUGA: Moratorium CPNS Tidak Kaku
Untuk diketahui, semenjak masuk di Kabinet Kerja Jokowi, Susi dikenal fenomenal. Kendati begitu, perempuan kelahiran Pangandaran, 15 Januari 1965 ini tidak gentar dengan komentar miring tentang pribadinya.
Dia pastikan, masalah tato, rokok hingga urusan tidak lulus SMA, tidak akan menghambatnya untuk bekerja.
BACA JUGA: Mama Saya Batak Tulen
“Saya akan menunjukkan saya punya tanggung jawab, itu yang saya lakukan meski tidak berpendidikan sebagaimana mayoritas menteri Jokowi lainnya yang bertitel profesor,” tegas Susi.
Berikut kutipan selengkapnya:
BACA JUGA: Bekerja dengan Hati
Perasaan Anda menjadi menteri fenomenal di Kabinet Kerja Jokowi?
Saya sedikit berbeda dengan Pak Cicip, menteri sebelumnya. Saya belajar dari daerah. Ada di luaran sana yang mengatakan kepada saya, ada hal-hal yang tidak layak ibu menteri lakukan. Bu menteri tidak boleh begini, tidak boleh begitu. Lah, saya pikir itu teguran bukan ke saya, karena nama saya bukan Bu Menteri tapi Bu Susi, he..he..he.
Soal berita yang menyatakan perokok, bertato dan tidak lulus SMA, komentar Anda gimana?
Saya mau kerja, enough (cukup, red). Mohon kepada media ya, kadang-kadang saya agak kesel juga, kalau mereka sudah tanyanya banyak menyangkut masalah pribadi saya. Jadi stop jangan tanya itu. Saya lebih ingin kerja. Kata Pak Presiden ini Kabinet Kerja. Jangan ganggu saya lagi, saya mau kerja. Ini sesi wawancara terakhir ya.
Kenapa Anda bilang seperti itu?
Kalau nggak bilang gitu nanti saya ini mau jadi selebritis atau mau jadi Menteri KKP, sementara Anda nanya terus masalah itu.
Kalau boleh tahu, bagaimana Anda sampai bisa menerima tawaran Jokowi menjadi menteri di kabinet?
Insya Allah ini adalah kepercayaan dari Presiden kepada saya. Saya ambil pekerjaan ini bukan untuk menjadikan diri saya menjadi kaya. Bukan untuk menjadi hebat, tapi saya terima pekerjaan ini karena saya berpikir saya juga mempunyai pengalaman 33 tahun di perikanan dan 10 tahun di bidang penerbangan. Mudah-mudahan bisa membantu Indonesia bisa menjadi lebih baik. Menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Saya siap untuk mengembangkan sektor kelautan Indonesia. Sektor ini bisa menjadi sumber ekonomi yang besar bagi Indonesia.
Apa program andalan dalam 100 hari ke depan?
Untuk program 100 hari ke depan ini saya akan meneruskan saja, sambil menganalisa apa yang kira-kira bisa diperdalam di dua bulan ke depan ini. Semua program yang ada sudah baik tapi sekarang kita harus masukan komersialisasi dari semua program kita yang kita lakukan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan.
Rencana jangka pendek Anda membangun sektor kelautan di Indonesia?
Untuk program jangka pendek, saya akan fokus menyelesaikan masalah nelayan pesisir. Saya ingin ada semacam program bantuan secara menyeluruh, terutama membuka akses permodalan dan wilayah tangkap bagi nelayan pesisir di dalam negeri.
Kalau jangka panjang?
Sedangkan untuk jangka panjang, saya bakal mengubah pola pikir nelayan agar lebih mengerti bisnis. Dari pola pikir itu, saya optimistis nasib nelayan Indonesia yang dekat dengan kemiskinan secara bertahap akan berubah.
Ada nggak program lainnya yang ingin dicapai?
Pokoknya semua program yang ada kita jalan bersama untuk membuat satu kebijakan jangka panjang. Saya juga ingin menyikat para pencuri ikan di laut Indonesia.
Bagaimana mengatasi para pencuri ikan?
Tentang illegal fishing (pencurian ikan), saya berjanji akan menuntaskan praktik pencurian ikan ini di beberapa wilayah perairan laut Indonesia. Saya akan mendata kapal-kapal penangkap ikan, kemudian mendata perusahaan mana saja yang kerap melakukan illegal fishing di perairan Indonesia. Diduga, praktik ini dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar.
Anda akan mengembangkan daerah yang jadi lumbung ikan nasional?
Kita akan panggil semua kepala dinas dari daerah. Untuk tanya jawab seputar potensi ikan itu. Karena saya tidak mungkin mengetahui potensi ikan di suatu daerah dibanding orang sana. Saya senang mendapatkan masukan dari yang mengerti, itu yang paling penting. ***
BACA ARTIKEL LAINNYA... SBY Main Musik, Saya Nyanyi
Redaktur : Tim Redaksi