Jangan Lagi Bergantung pada Sektor Migas

Rabu, 24 April 2019 – 01:30 WIB
Ilustrasi eksplorasi migas. Foto: Kaltim Post/JPNN

jpnn.com, SURABAYA - Kepala Divisi Formalitas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Didik Sasono Setyadi menyebutkan, saat ini konsumsi migas Indonesia mencapai 1,4 juta barel per hari.

Padahal, produksinya hanya berkisar 760 barel per hari. Karena itu, dia mengimbau masyarakat mengurangi ketergantungan pada sektor migas.

BACA JUGA: Lewat Cara ini Pertamina Buktikan Sekelas Perusahaan Migas Dunia

’’Pemerintah pusat sebenarnya sudah berniat menggeser posisi minyak sebagai sumber pendapatan terbesar negara,’’ kata Didik dalam lokakarya di aula SKK Migas Surabaya, Senin (22/4).

Mengandalkan migas, lanjut dia, bisa menjadi ancaman. Dia tidak mau Indonesia bernasib sama dengan Venezuela.

BACA JUGA: Penyebab Utama Lifting Migas Meleset dari Target

Negara di Amerika Selatan itu bangkrut gara-gara harga minyak anjlok setelah menasionalisasi seluruh sumber migas.

Didik lantas menyebut Uni Emirat Arab (UEA) sebagai contoh negara minyak yang sukses bertransisi. UEA tidak lagi menjadikan minyak sebagai andalan meski produksinya melimpah.

BACA JUGA: Jokowi Pangkas Ratusan Izin Penghambat Investasi Migas  

’’Migas menjadi lokomotif ekonomi untuk menggerakkan sektor lain,’’ ujarnya.

Kini negara itu giat mengembangkan sektor-sektor industri nonmigas demi stabilnya pemasukan.

Dalam kesempatan tersebut, Didik juga menyinggung manajemen pengelolaan pendapatan dari sektor migas.

Sejauh ini sistem bagi hasil dari sektor migas adalah 70 persen untuk pemerintah.

Dana itu masuk ke Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Sisanya, sekitar 30 persen, masuk ke kantong para pelaku industri migas.

’’Jangan lengah. Mumpung APBD migas masih tinggi, alokasikan untuk hal-hal produktif,’’ tutur Didik.

Diversifikasi juga menjadi hal penting di sektor migas. Belakangan, pemerintah tidak lagi menjual migas yang belum melewati pengolahan. Nanti pemerintah membangun sendiri industri hilir migas.

’’Potensi olahan migas ini sangat besar. Salah satunya, petrochemicals,’’ ujarnya.

Saat ini penerimaan APBN dari sektor migas berkisar sepuluh persen. (ell/c14/hep)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kaltim Sumbang Rp 500 T dari Migas, Dana Perimbangan Hanya Rp 20 T


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler