Jangan Sebut Bom Pos Polisi, Jangan Bom Thamrin, Pak Menteri pun Pusing

Sabtu, 30 Januari 2016 – 20:18 WIB
Menteri Pariwisata Arief Yahya. Foto.dok.JPNN

jpnn.com - LEDAKAN bom di Thamrin, Jakarta, pada 14 Januari 2016 lalu, membuat Menteri Pariwisata Arief Yahya pusing tujuh keliling. Mantan direktur utama PT Telkom ini khawatir jumlah wisatawan yang akan berkunjung ke Indonesia bakal menurun drastis gara-gara tragedy di jantung ibukota itu.

Yessy Artada, Manila

BACA JUGA: Ulas Jejak Hayat Hingga Idiologi Pendiri HMI

Saat dijamu makan malam di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Manila minggu lalu, Arief menceritakan keadaan dirinya yang dibuat tidur tak nyenyak gara-gara bom Thamrin. Pasalnya tahun ini dia menargetkan jumlah wisatawan mancanegara mencapai 12 juta.

"Ada cerita hot, yang buat saya pusing gak bisa tidur. Itu gara-gara ledakan bom," ungkap Arief di hadapan puluhan warga Indonesia yang tinggal di Manila.

BACA JUGA: Sedih...Rini yang Manja Itu Telah Tiada, Jasadnya Harus Dibakar

Beberapa menit setelah ledakan bom terjadi, Arief diburu waktu harus memberikan penjelasan secara tepat kepada negara lain atas insiden tersebut. Kata Arief tak boleh ada yang ditutupi karena menyangkut nama baik Indonesia.

"Dalam kondisi yang seperti itu, kami tidak boleh berdiam diri, harus secepat mungkin membuat pernyataan untuk negara lain. Saya bingung waktu itu belum diputuskan apa nama yang tepat ledakan tersebut. Banyak yang menyebut bom Sarinah, tapi dirut Sarinah minta supaya jangan pakai nama Sarinah. Akhirnya saya sebut ledakan bom pos polisi Thamrin," ungkap Arief.

BACA JUGA: Kisah Hebat Anak-anak Suku Dayak Amandit Menggapai Impian

Rupanya pemberian nama tersebut bermasalah. Nama ledakan bom pos polisi Thamrin tersebut dipermasalahkan oleh pihak kepolisian. Mereka mengatakan keberatannya penyebutan bom pos polisi.

"Setelah dirut Sarinah protes dan sudah saya ganti. Eh giliran polisinya yang gak terima. Mereka bilang, pak jangan pakai nama itu, polisinya pada protes. Akhirnya saya bilang 'siapa lagi yang mau terima bom kalau bukan polisi'," kata Arief disambut tawa puluhan tamu yang hadir di KBRI Manila.

Beruntung, ledakan bom sudah bisa diatasi oleh polisi di lapangan dalam hitungan sekitar lima jam. Pria berkumis ini merasa bersyukur saat mengetahui tidak ada satupun wisatawan yang membatalkan jadwal kedatangannya ke Indonesia.

"Karena saya gak bisa kemana-mana saat itu karena kondisi belum kondusif, saya telepon beberapa airline untuk tanya apa ada yang membatalkan penerbangannya pada saat itu. Setelah semua dicek, gak ada satupun yang melakukan cancel," ujar Arief.

Pria 54 tahun ini langsung lega saat mengetahui orang penting di Indonesia langsung hadir untuk memberikan semangat dan memantau dari dekat insiden tersebut. Sejumlah para pembantu Jokowi-JK juga langsung merapat.

Karenanya saat hadir di acara ASEANTA 2016, alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) ini bisa menjelaskan dengan gamblang bagaimana keadaan warga Indonesia, khususnya Jakarta pasca-insiden itu terjadi.

"Dan yang buat tenang jam tiga sore presiden sudah hadir, besoknya hadir lagi, semua menteri juga hadir. Ini memberikan nilai positif untuk Indonesia. Banyak yang tanya, saya sampaikan kepada mereka, bahwa kami sudah recovery cepat, sekitar jam jam sudah selesai. Dan teman-teman di ASEAN memberikan apresiasi. Saya bilang kami tidak takut," tandas Arief. (chi/jpnn)




 


 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Air Mata Terus Mengalir, Baju Jubah Saya Basah dengan Keringat Takut Dosa


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler