Jarang Dikunjungi Keluarga, Slamet Bunuh Diri

Kamis, 22 Desember 2016 – 00:18 WIB
Ilustrasi Foto: dok.Jawa Pos

jpnn.com - MALANG –  Imam Slamet, 47, warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Lowokwaru, Malang, mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri, kemarin (21/12).  

Napi asal Jalan Ki Ageng Gribig, Kedungkandang, Kota Malang, itu menggantungkan diri di atas tiang panggung dengan sarung.

BACA JUGA: Sidang Pembunuhan Guru SMA di Bandung Berakhir Ricuh

Menurut Kepala Lapas Lowokwaru Krismono, Slamet masuk penjara karena tersandung kasus uang palsu dengan vonis hukuman 1 tahun 4 bulan penjara. Slamet masuk di lapas sejak Mei 2016.

Berarti, dia sudah hampir menjalani separo masa hukuman. Dia dijadwalkan bebas Agustus 2017 mendatang.

BACA JUGA: Dor! Dor! Polisi Tembak Dua Perampok Sadis, Satu Innalillahi

Sayangnya, sebelum bebas, dia sudah memilih untuk mengakhiri hidupnya di lapas.

Krismono menyatakan, petugas Lapas Lowokwaru mengetahui Slamet bunuh diri dari para napi. Ketika itu, Slamet sudah ditemukan menggantung. ”Saat dokter menyatakan sudah meninggal, kami langsung menghubungi polisi,” paparnya.

BACA JUGA: Usai Salat Menangis, Mengaku Bunuh Mantan Istrinya

Menurutnya, Slamet diketahui menggantung sekitar pukul 13.30, kemarin. Kala itu, salah satu napi kebetulan lewat di panggung depan lapangan olahraga.

”Napi yang mengetahui Slamet bunuh diri, langsung menginformasikan kepada kami,” sambung Krismono.

Slamet, Krismono melanjutkan, baru keluar dari kamar pukul 13.00. Pada jam tersebut, para napi memang dibiarkan untuk keluar kamar. Dia tinggal di blok 14 kamar nomor 11 bersama dengan tiga puluh napi lain.

Nah, begitu pintu kamar ini dibuka, Slamet langsung keluar sendirian. Dia menuju ke arah masjid. Diduga setelah itu, dia naik ke atas panggung.

Kemudian, sarung yang dibawanya, ditalikan ke atas tiang. Dalam kondisi sepi, dia langsung menjeratkan lehernya dengan sarung. Sehingga, aksi nekatnya tidak diketahui siapa pun. Dia baru diketahui menggantung saat sudah tak bernyawa.

Krismono menjelaskan, dalam keseharian, Slamet dianggap napi yang baik. Dia tidak pernah neko-neko sehingga tidak terkena hukuman tambahan. Demikian juga kondisi kesehatan, tidak pernah bermasalah.

Namun, Krismono menduga, Slamet melakukan aksi nekat ini karena faktor stres. Pasalnya, selama menghuni lapas, dia termasuk napi yang jarang dikunjungi keluarga.

”Selama di sini, paling hanya dikunjungi tiga atau empat kali,” imbuh Krismono.

Terpisah, Kapolsek Blimbing Kompol Gatot Setyawan menyatakan, korban positif melakukan aksi bunuh diri.

”Sebab, lidahnya menjulur. Kelaminnya juga mengeluarkan cairan,” singkatnya. (zuk/c4/lid/sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hap! Pembakar Kantor Bank Sumut Itu Akhirnya Ditangkap


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler