jpnn.com - HONGKONG - Jawa Pos kembali meraih penghargaan internasional bergengsi. Dalam ajang Asian Media Awards 2014 di Hongkong tadi malam, Jawa Pos meraih gold award untuk kategori News Photography. Jawa Pos juga mendapat silver award dalam kompetisi Best Newspaper Front Page Design.
Untuk kategori News Photography, karya pewarta foto Jawa Pos Dipta Wahyu unggul atas Post Media, Thailand, yang meraih perak dan Kompas yang mendapat perunggu. Karya berjudul Banjir Pakal itu adalah yang pertama dikompetisikan dalam kategori foto dan langsung juara. Asian Media Awards dihelat tiap tahun oleh Asosiasi Surat Kabar Dunia (WAN-IFRA) dalam event Publish Asia.
Untuk kategori Best Design, Jawa Pos telah tiga tahun berturut-turut masuk dalam jajaran top media cetak di Asia-Pasifik. Dalam ajang yang sama pada 2013 di Bangalore, India, Jawa Pos meraih gold award untuk kategori yang sama. Pada 2012, Jawa Pos juga mendapat penghargaan sebagai koran dengan perwajahan terbaik. Tahun ini yang mendapat apresiasi adalah edisi khusus 100 halaman Indonesia di Tangan Pemuda.
Dengan penghargaan-penghargaan tersebut, Jawa Pos tidak pernah putus merengkuh penghargaan internasional sejak 2011. Pada tahun itu, Jawa Pos dinobatkan sebagai World Young Reader Newspaper of The Year 2011. Pada 2012, ruang redaksi Jawa Pos juga dinobatkan sebagai The Coolest Newsroom.
Direktur Utama Jawa Pos Koran Azrul Ananda menyatakan, keberhasilan tahun ini menunjukkan kesuksesan Jawa Pos dalam memberikan kesempatan kepada generasi muda. "Ini bagus karena generasi muda terbukti punya prospek," katanya.
Dipta Wahyu yang karyanya memenangi ajang bergengsi tersebut saat ini baru berusia 25 tahun. "Ini buah investasi Jawa Pos untuk generasi muda dalam beberapa tahun terakhir. Tidak banyak koran yang berani berinvestasi ke anak muda," ungkap Azrul.
Deputy Director Guangzhou Daily Group Shunjing Lu menyatakan, Jawa Pos terus menginspirasi media-media cetak di Asia untuk terus tumbuh. "Optimisme Jawa Pos membuat kami terus bersemangat di tengah ancaman yang dihadapi industri koran," ujar anggota komite WAN-IFRA Asia-Pasifik tersebut.
Di sisi lain, diskusi dalam Publish Asia 2014 kemarin menekankan pentingnya pengembangan media multiplatform tanpa mengabaikan surat kabar sebagai bisnis inti. Patrick Daniel, editor-in-chief English and Malay Newspapers Singapore Press Holdings, mengungkapkan bahwa masyarakat akan terus membutuhkan informasi melalui berita. "Berita dan jurnalisme tidak akan pernah menjadi bisnis yang sekarat," tegasnya.
Singapore Press Holdings merupakan penerbit The Straits Times dan sejumlah majalah populer seperti Cosmopolitan, Bazaar, serta Her World.
Terhadap platform digital, menurut Daniel, sebaiknya media cetak mengambil konsep hybrid. Yakni, sebuah strategi yang mengombinasikan pengembangan media cetak dan online secara sinergis. "Media cetak harus tetap dijaga tetap hidup karena revenue digital tidak bisa menutup biaya," jelasnya.
Dia menambahkan, sistem paywall atau online berbayar akan mampu menumbuhkan jumlah pelanggan. "Karena itu, dibutuhkan transformasi," kata Daniel.
Forum kemarin juga membahas tren pariwara mutakhir. Michelle Haase, regional manager-Asia The New York Times, menyatakan bahwa native advertising akan terus berkembang dan bisa mengalahkan periklanan konvensional. "Itu bisa menyesuaikan kebutuhan khalayak," ujarnya.
BACA JUGA: Teknologi e-KTP Tak Sesuai Spesifikasi
Berbeda dengan iklan konvensional yang interuptif, native advertising merupakan pariwara yang didesain sesuai dengan kebutuhan pembaca. (Laporan SOFYAN HENDRA dari Hongkong/c5)
BACA JUGA: Istri Munir Terus Gelorakan Menolak Lupa
BACA JUGA: Tak Beralasan Anggap JK Bakal Lebih Dominan
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mau Tangani Kasus JIS, FBI Harus Gandeng Polri
Redaktur : Tim Redaksi