Jejak Cinta Bung Karno - Fatmawati di Rumah Pengasingan

Selasa, 18 September 2018 – 08:23 WIB
Kamar tidur di Rumah Pengasingan Bung Karno. Foto:Ken Girsang/JPNN.com

jpnn.com - RUMAH tua yang terletak di Jalan Soekarno - Hatta, tepatnya di Kelurahan Anggut Atas, Ratu Samban, Kota Bengkulu itu terlihat sangat sederhana. Ukurannya pun hanya berkisar 9x18 meter persegi.

Namun, bentangan halaman yang sangat luas, ditambah hamparan bunga warna-warni di pekarangan depan, membuat keanggunan rumah tua bercat putih itu terpancar indah. Di rumah inilah untuk pertama kalinya cinta Proklamator RI Soekarno dengan Ibu Fatmawati bersemi.

BACA JUGA: Para Atlet Asian Games Indonesia, Bacalah Pesan Bung Karno

Ken Girsang - Bengkulu

Yup, di rumah pengasingan inilah Bung Karno pertama kali bertemu Fatmawati, wanita hebat yang mendampinginya di masa-masa persiapan kemerdekaan hingga masa-masa kemerdekaan.

BACA JUGA: Buka Asian Games, Jokowi Lintasi Jalur Bung Karno?

Rumah itu dibangun oleh Tjang Tjeng Kwat, penyalur bahan pokok keperluan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda di Bengkulu pada 1918 lalu. Rumah berornamen Tiongkok itu kemudian dipergunakan oleh Hindia Belanda untuk mengasingkan Bung Karno sebagai tahanan politik pada 1938-1942. Rumah itu kini telah ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya.

Bentuk bangunannya tidak ada yang diubah. Pembenahan yang dilakukan hanya merenovasi beberapa bagian yang telah lapuk dimakan usia, demi menjaga nilai sejarah yang ada.

BACA JUGA: Pada 17 Agustus 1966, Bung Karno bercerita…

Rumah pengasingan Bung Karno terdiri dari beberapa bagian. Mulai dari ruang kerja di bagian depan, ruang tamu, kamar tidur tamu dan dua kamar tidur keluarga.

Di bagian belakang terdapat bangunan tambahan dan sumur tua yang masih mengeluarkan air cukup bening.

Dari seluruh benda yang berkaitan dengan Bung Karno selama diasingkan di Bengkulu, sepeda ontel terbilang paling mencuri perhatian.

Letaknya, persis berada di ruang tengah, seakan memanggil setiap pengunjung untuk sekadar menjamahnya. Sepeda itu kini telah ditempatkan dalam kotak kaca. Membuat 'tangan-tangan jahil' tak lagi mampu menjangkaunya.

Berbeda dengan kursi dan meja di ruang kerja yang berada di bagian depan. Ketika JPNN berkunjung ke rumah pengasingan tersebut beberapa waktu lalu, masih terlihat beberapa pengunjung mencoba menjajakinya untuk sekadar berfoto.

Demikian juga dengan sumur yang masih mengeluarkan air sangat bening, nyaris tak ada pengunjung yang melewatkan untuk sekadar membasuh wajah.

Menurut cerita-cerita yang ada, air dari sumur itu dipercaya bertuah oleh sebagian orang. Kabarnya, wajah akan lebih cantik atau lebih ganteng.

Selain itu, juga disebut membawa berkah. Benar tidaknya cerita tersebut tergantung dari masing-masing orang menanggapinya.

Sejumlah peninggalan Bung Karno lainnya juga masih tertata dengan rapi. Mulai dari ranjang tidur bersama istrinya Inggit Garnasih, sejumlah koleksi buku berbahasa Belanda, hingga kostum pentas Teater Monte Carlo. Berupa baju, celana, spanduk pertunjukan, payung, serta perlengkapan seni lainnya.

Perlu diketahui, Bung Karno tidak hanya dikenal karena kepiawaiannya berpolitik. Ia juga seorang seniman hebat yang menghasilkan sejumlah karya naskah sandiwara, artikel dan rancang bangun rumah.

Di ruang tamu, juga masih tertata dengan baik meja dan kursi yang biasa digunakan Bung Karno untuk berbincang dengan sahabat-sahabatnya. Termasuk di antaranya, tokoh Muhammadiyah Bengkulu Hassan Din.

Kabarnya, sekitar Agustus 1938, Hassan datang bertamu ke rumah pengasingan Bung Karno dengan membawa serta putrinya Fatmawati.

Saat itulah, untuk pertama kalinya Bung Karno bertemu dan berkenalan dengan gadis bernama asli Fatimah, kelahiran 5 Februari 1923 tersebut.

Malam itu juga, anak semata wayang Hassan Din tersebut tinggal bersama Bung Karno dan Inggit, serta putri angkat mereka Ratna Juami. Di sinilah kemudian benih-benih cinta mulai bersemi antara keduanya.

Cerita hubungan Bung Karno dengan Ibu Negara penjahit Sang Saka Merah Putih yang dikibarkan pada 17 Agustus 1945 ini, dimuat dalam 'Buku Fatmawati: Catatan Kecil Bersama Bung Karno'. Buku ini ditulis oleh Fatmawati dan diterbitkan oleh Sinar Harapan pada 1983 lalu.

Dalam buku tersebut, Fat, demikian Fatmawati biasa disapa, mengisahkan adanya niat seorang pemuda melamarnya. Saat menyampaikan hal itu ke sang ayah, Hassan menyarankan Fat meminta saran ke Bung Karno.

Fat kemudian mengikuti saran sang ayah. Namun, saat sedang berkonsultasi, Bung Karno diceritakan secara terus terang menyatakan jatuh hati kepada Fat, sejak pertama kali melihatnya.

Fat dalam buku tersebut tidak langsung menerima. Ia bertanya tentang Ibu Inggit dan putri Ratna Juami. Bung Karno secara terus terang menyatakan sudah 18 tahun menikah, namun belum dikaruniai anak. Selain itu, Bung Karno juga menceritakan keinginan orangtuanya menimang cucu.

Bung Karno diketahui akhirnya menikah dengan Fatmawati di Jakarta pada 1 Juni 1943. Pernikahan dilaksanakan setelah sebelumnya bercerai dari Inggit.

Pernikahan Bung Karno-Fatmawati dikaruniai dua putra dan tiga putri. Masing-masing Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri dan Guruh Soekarnoputra.***

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bung Karno: Saat Proklamasi 17 Agustus, Indonesia Punya Apa?


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler