JAKARTA-Kelompok pengebom buku dan perencana serangan ke Gereja Christ Cathedral adalah teroris amatirMereka juga tidak pernah terhubung secara langsung dengan jaringan kombatan senior seperti lulusan Afghanistan, Moro, atau Poso
BACA JUGA: Polri Serahkan, Kejaksaan Belum Terima
Aksi mereka semata-mata terinspirasi oleh ceramah serta film jihad dan buku dari internetOtak serangan, Pepi Fernando, adalah alumni Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
BACA JUGA: Kemenpan akan Panggil Bupati Kubu Raya
Pepi bahkan kaget ketika bom buku ciptaannya mampu meremukkan tangan Kasatreskrim Polresta Jakarta Timur Kompol Dodi Rachmawan"Dia justru terkejut karena tidak menduga benar-benar bisa meledak," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Boy Rafli Amar kemarin (23/04)
BACA JUGA: Masalah Teknis, MA Tidak Ikut Campur
Melihat aksinya sukses, Pepi dan teman-temannya tambah bersemangatMereka lalu merancang serangan untuk meledakkan gereja di Serpong TangerangKarena pernah bekerja di infotainment, Pepi paham benar arti publikasiKarena itu, dia merekrut Imam Firdaus, kameramen Global TV kenalannya"Kelompok ini cari perhatianMereka berharap ditonton oleh jaringan di luar negeri seperti Al Qaidah yang dipimpin Osama," katanya.
Namun, aksi itu gagal totalTim pemburu gabungan Densus 88 Polda Metro Jaya dan Densus 88 Mabes Polri menangkap satu persatu kelompok iniDarimana penyidik mendapatkan jejak Pepi? Menurut seorang sumber Jawa Pos, langkah Pepi terendus justru dari istrinya sendiri berinisial DKWanita yang memberinya tiga anak itu bekerja sebagai staf di Badan Narkotika Nasional.
Penyidik mendapatkan titik terang setelah melihat rekaman cctv BNN saat proses ditemukannya paket bom untuk Kepala BNN Komjen Gories Mere pada 14 Maret 2011 laluPada rekaman seluruh kegiatan BNN hari itu , terlihat DK bertindak mencurigakan dan cemas sejak siang hariDK juga terlihat mendekati ruangan Mere. "Sejak itu dia masuk radar kami, "katanyaDari hasil pengembangan informasi, diketahui DK bersuamikan Pepi yang juga punya bisnis jasa percetakan
Tim lantas dibagi, sebagian menguntit Pepi, yang lain tetap mengembangkan informasi dari sumber-sumber lain"Sampai H+3 peledakan, kami masih yakin kalau itu pekerjaan orang lama seperti alumni PosoSekarang, ternyata analisa awal keliru,"katanya
Pepi yang dipantau terus hari per hari melakukan blunder saat pergi ke daerah kontrakan Tanah Merah, Pondok Kopi. "Dia membawa buku-buku tebal kesana," katanyaSejak saat itu, dua orang anggota subden investigasi Densus 88 Polda Metro Jaya ditugaskan sebagai pemantau
Mereka menyamar sebagai tukang kredit"Orang-orang yang dikoskan di Pondok Kopi ini teman Pepi dari Sukabumi," katanyaPenyidikan berlanjut ke rekan-rekan Pepi di almamaternya
Diketahui Pepi pernah ke AcehSepulang dari sana, perilakunya berubahDia juga punya kelompok diskusi buku"Dia pernah hadir dalam kajian Amman Abdurahman dan Halawi Makmun di Bekasi," katanyaBaik Amman maupun Halawi sekarang ditahan Polri untuk kasus pelatihan ala militer di Aceh
Polri lantas melakukan penangkapan setelah Kapolda Metro Jaya Irjen Sutarman tak sengaja "keceplosan" pada wartawan Rabu (20/03) laluSaat itu, Sutarman menyebut jejak lima orang terendus" Malam harinya langsung turun sprint (surat perintah) penangkapan," katanya
Saat penyidik menggerebeg rumah mertua Pepi di Harapan Indah Bekasi, dari keluarganya diketahui Pepi sudah terbang ke Aceh. "Pepi berhasil ditangkap usai salat subuh di Banda Aceh dan langsung dibawa ke Jakarta," jelasnya
Dari interogasi, alumni Fakultas Tarbiyah lulus tahun 2001 itu mengaku menanam paket bom di jalur pipa gas SerpongLokasi ini beberapa kali disurvei Pepi dan teman-temannya dengan kedok memancing di sungai Cisadane
Sebenarnya, ada dua rangkaian dari lima rangkaian yang siap meledak pada Jumat lalu"Untungnya, rangkaiannya salah, jadi walau timer aktif detonator tidak terpicu," katanya
Dari hasil pemeriksaan, Pepi diketahui menugasi Imam Firdaus untuk melobi jaringan tv asing menyiarkan peledakan itu"Kami masih mencari apakah ada yang menggerakkan PepiSementara aktor utamanya masih dia," kata Kombes Boy Rafli Amar
Rektor UIN Komarudin Hidayat mengaku sudah mendengar laporan dari stafnya soal keterlibatan alumni UIN"Dia sudah lulus tahun 2001, sepenuhnya saya serahkan pengusutan kepada yang berwajib," kata Komarudin saat dihubungi kemarin
Komarudin menyebut UIN selama ini sudah berusaha melakukan pembentengan mahasiswanya dari aksi-aksi terorisme"Tapi, kalau sudah alumni, terus terang kami susah melakukan kontrol," katanya.
Salah seorang teman Pepi, Ace Hasan, menilai Pepi berubah setelah pulang dari Aceh"Dulu dia gaulSlengekan juga, bahkan cenderung urakan," katanya saat dihubungi lewat twitterMenurut Ace, Pepi juga tidak punya indikasi condong ke gerakan mahasiswa tertentu selama di kampus"Orangnya lebih cenderung ke seni," katanya.
Di tempat terpisah, pihak Global TV yang diwakili Arya Mahendra Sinulingga mengakui Imam adalah karyawannya"Soal perannya apa, kita masih tunggu informasi dari kepolisian," katanya
Arya yang menjabat sebagai Corporate Secretary itu menjelaskan perilaku Imam di studio wajar dan normal"Aktivitas sehari-hari nya baik," katanya.
Dihubungi terpisah, peneliti teror Noor Huda Ismail menilai kelompok-kelompok baru ala group Pepi ini lebih sukar dideteksi aparat"Sebab, mereka tidak pernah memiliki keterkaitan langsung dengan jaringan lama yang sudah berhasil dimonitor," katanya.
Apalagi, ide-ide besar yang memunculkan semangat kelompok-kelompok ini masih terus tumbuh di Indonesia"Ini jauh lebih sulit dan rumit karena di era sekarang ini tidak mungkin sebuah ide diblokir," kata alumnus St Andrew University ini(rdl/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sertijab Pekan Depan, Amari Legawa
Redaktur : Tim Redaksi