jpnn.com - JAKARTA - Indonesia Police Watch mengatakan keamanan sudah pada tingkat yang mengkhawatirkan dan meresahkan masyarakat. Hal itu dibuktikan dengan adanya aksi teror bom molotov di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Diperparah lagi karena aksi teror ini terus terjadi tanpa ada upaya yang serius menghentikan dan menangkap pelakunya oleh dari Kepolisian Daerah Yogyakarta.
BACA JUGA: Presiden Diminta Atasi Bupati Buton Utara
"Melihat kondisi ini, sudah saatnya Kapolri mengevaluasi dan mencopot Kapolda DIY maupun Kapolres Sleman untuk digantikan dengan pejabat baru yang bisa menghentikan aksi teror ini," kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane, Kamis (16/1).
Jika tidak, ia melanjutkan, dikhawatirkan aksi teror bom molotov ini akan terus meluas dan mengganggu situasi keamanan dan ketertiban masyarakat di tahun politik 2014. "Dimana pemilu dan pilpres 2014 akan berlangsung," tegasnya.
BACA JUGA: 23 CPNS Mundur, Pelayanan Publik Terganggu
Dari data IPW, Neta membeberkan bahwa dalam sebulan terakhir atau 15 Desember 2013 hingga 16 Januari 2014 sudah ada lima kasus teror bom molotov di DIY.
Kasus pertama adalah aksi pelemparan bom molotov di rumah dinas Camat Gamping, Sleman pada 15 Desember 2013.
BACA JUGA: Ini Penyebab Puluhan CPNS Mundur Padahal Dinyatakan Lolos
Setelah itu, pada 5 Januari 2014 toko modern berjejaring dan Gedung Serbaguna Balaidesa Banyuraden, Gamping, dilempar bom molotov.
Terakhir teror bom molotov terjadi pada 16 Jan 2014 dinihari. Sasarannya rumah Listia WH dan warung angkringan milik Sulastri di Dusun Ngaran RT 004 / RW 019, Balecatur, Gamping.
"Akhir-akhir ini IPW menilai kinerja Polda DIY sangat lemah. Tidak ada keseriusan dalam menjaga situasi kamtibmas di wilayahnya. Ancaman kamtibmas terbiarkan begitu saja hingga meresahkan masyarakat," paparnya.
Ia menilai sikap Polda DIY yang tidak tegas ini tentu akan menjadi ancaman tersendiri bagi situasi kamtibmas menjelang pemilu dan pilpres 2014. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sudah 15 Warga Tewas
Redaktur : Tim Redaksi