Jembatan Senilai Rp 2,4 Miliar Ambruk

Dioperasikan November, Empat Desa Terisolasi

Kamis, 08 Desember 2011 – 07:03 WIB

PINRANG - Empat desa yang dihuni sebanyak 1.725 Kepala Keluarga (KK) di Kecamatan Batulappa, Kabupaten Pinrang, terisolasiPenyebabnya, satu-satunya jembatan yang menghubungkan wilayah tersebut dengan daerah luar, patah lalu ambruk, Selasa malam, (6/12)

BACA JUGA: Sopir Mobil Kontainer Mogok



Ironisnya, Jembatan Bamba yang pembangunannya menelan dana APBD 2011 sebesar Rp2,4 miliar itu, baru rampung 10 Oktober 2011 dan dioperasikan November 2011 lalu
Jembatan dengan panjang 70 meter dan lebar 5 meter tersebut dikerjakan PT Faisal Putra Mandiri

BACA JUGA: Gamawan Janji Pecat PNS Pemilik Rekening Gendut



Ambruknya jembatan tersebut menyebabkan empat desa -- Desa Batulappa, Kassa, Watang Kassa, dan Kaseralau -- terisolasi
Sebab, jembatan tersebut merupakan akses satu-satunya yang menghubungkan empat desa tersebut dengan wilayah lainnya

BACA JUGA: Alasan Bandara, Kapolri Terpaksa Transit di Biak

Padahal, tidak sedikit penduduk dari empat desa tersebut yang kesehariannya beraktivitas di luarTermasuk para pegawai dan pelajar SMA yang beraktivitas di kota PinrangBegitu juga mereka yang ingin memenuhi kebutuhan sehari-hari, semuanya bergantung dari akses jembatan itu.

Jembatan Bamba berada sekira 12 kilometer dari jembatan LasapeBuhari, warga Batulappa mengatakan, di Kecamatan Batulappa hanya ada SD dan SMPDi desa ini tidak ada pasar“Masyarakat berbelanja di Pasar Benteng dan harus melalui Jembatan Bamba,” katanya

Sementara Kent Mukti, Camat Batulappa yang tengah studi banding di Jawa Timur saat dihubungi mengatakan, pemerintah akan mengupayakan perbaikan secepatnya“Kita akan berbuat yang terbaik mengingat ada 1.725 KK di empat desa itu,” katanya

Kadis Pekerjaan Umum Pinrang, Ir Suardi Saleh yang ditemui di lokasi kejadian mengatakan, rubuhnya jembatan penghubung empat desa ke kota tersebut, belum dipastikan penyebabnyaNamun, ia meyakini jembatan ambruk akibat arus sungai yang derasPengakuan kadis tersebut berbeda dengan dugaan warga yang menilai bahwa proyek tersebut tidak berkualitas.  Apalagi, jembatan dengan panjang  70 meter itu tak menggunakan tiang pancang

Warga juga mengakui, aliran sungai tidaklah terlalu deras“Biasaji begini BuMasak jembatan baru bisa hancur,” kata Usman, warga yang ditemui di lokasi

Suardi juga menolak jika dikatakan ada kelalaian dalam pembuatan jembatan tersebutIa membantah jika ambruknya jembatan Bamba dikarenakan kualitas rendah.

“Setelah puluhan tahun, ini kali pertama terjadi banjir besar, ditambah lagi ada pengeringan pembukaan pintu air Sungai Saddang yang mempercepat laju airJadi bisa dibilang peristiwa ini benar-benar musibah,” katanya.

Ketika ditanya kontruksi bangunan selebar 5 meter dengan bentangan 70 meter tersebut, Suardi menjelaskan bahwa digunakan sumuran sedalam 7 meter dari permukaanPenggunaan sumuran, menurut Suardi, dipilih karena untuk tiang pancang biayanya mahal

Kapolres Pinrang, AKBP Herry Try Maryadi yang ditemui di TKP berjanji  tetap melakukan penyelidikan terkait ambruknya jembatan tersebut.

Terpisah, Laulu, pelaksana proyek pembangunan Jembatan Bamba menegaskan, ambruknya jembatan tersebut murni bencana alamAlasannya, pengerjaan yang dilakukan sesuai dengan Rancangan Anggaran Biaya (RAB)Bahkan, kata dia, pada RAB kedalaman turap hanya 3 meter namun sudah dijadikan 4 meter.

“Jembatan juga sudah diserahkan kepada pemerintah dengan perawatan selama enam bulanPengerjaan kami selesaikan 10 Oktober tahun ini dan mulai di fungsikan November,” terangnya

Bupati Pinrang, Aslam Patonangi yang tengah studi banding di Jawa Timur bersama 12 camatnya (termasuk Camat Batulappa), terpaksa membatalkan acara lanjutannya ke Kabupaten Jembrana, BaliAslam bergegas pulang kampung bersama Camat Batulappa, Drs Kent Mukti karena ambruknya Jembatan Bamba"Begitu bupati mendapat berita ambruknya Jembatan Bamba saya diminta kembali bersama Pak Bupati," Jelas Kent Mukti(dni/nas/ars)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tuako Ferryanto Gani Marah Dibilang Keturunan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler