Jenazah Itu Mengeluarkan Air Mata

Jumat, 01 April 2016 – 00:05 WIB
Hj Siti Hawa Gofar. Foto: Sumatera Ekspres/JPG

jpnn.com - SUNGGUH mulia pekerjaan yang dijalani Hj Siti Hawa Gofar. Sudah puluhan tahun dia menjadi tukang memandikan jenazah. 

KHOIRNNNISAK - Palembang 

BACA JUGA: Ketua DPR Curhat: Banyak yang Marah sama Saya

USIANYA sudah menginjak 70 tahun. Namun Hj Siti Hawa Gofar, masih terlihat segar dan sehat, saat ditemui di rumahnya, Jl Cempaka, Kelurahan 26 Ilir, Kecamatan Bukit Kecil, Palembang, kemarin. 

“Alhamdulillah, sehat,” ucapnya, mengawali perbincangan dengan Sumatera Ekspres (Jawa Pos Group).

BACA JUGA: Pilih jadi Nelayan Dibanding PNS, Sekali Melaut Raup Ratusan Juta

Tak terasa, tuturnya, dia sudah menjadi pekerjaan sebagai tukang memandikan jenazah selama 30 tahun. Dijalaninya apa adanya, karena profesi itu bukan pekerjaan asing baginya. Sebab, almarhumah ibunya dulu juga berprofesi sama. “Ibu sering dipanggil, untuk memandikan jenazah,” katanya.

Terkadang, Siti pun ikut bersama ibunya. Akhirnya, dia pun belajar dan bergabung dengan paguyuban pemandi jenazah di Masjid Baiturahman. 

BACA JUGA: Wendi, Pemuda Ganteng yang Disandera Abu Sayyaf Itu...

"Saya ikut pelatihan seminggu, dan langsung praktek memandikan jenazah," kenang ibu lima anak itu.

Pertama kali menjadi bilal, usia Siti saat itu 40 tahun. Dirinya diminta keluarga temannya yang tinggal di rumah susun. Meski baru pertama kali, tidak ada rasa takut dalam dirinya. 

Toh pikirnya, semua orang pasti akan mati. Apalagi dia, sudah mendapatkan pelatihan sebelumnya.

Diakui Siti, untuk memandikan jenazah hingga benar-benar bersih, perlu waktu agak lama. Mulai dari ujung rambut, sampai ujung kuku, bisa memakan waktu satu hingga 1,5 jam. 

Terpenting pula, jenazah yang dimandikan harus sejenis, yakni perempuan.

“Pernah juga memandikan jenazah korban kecelakaan. Tapi lebih banyak yang meninggal karena sakit,” imbuhnya.

Setelah dimandikan, jelas Siti, jenazah langsung dikafani. Karena jenazah perempuan, kain kafan yang digunakan sepanjang 14 meter. Karena akan dibuatkan baju dan celana. Perlengkapan lainnya, kapas, ramuan, kapas gulung, dan lainnya.

Siti cerita, setiap minggunya pasti ada saja “pasien”. Tak hanya di lingkungan keluarahan/kecamatan tinggalnya, tapi juga pernah diminta tolong sampai ke daerah Plaju. 

“Saya tidak pernah meminta imbalan. Tapi ada saja keluarga     almarhum, yang memberikan sebagai ucapan terima kasih,” akunya.

Sahabat dari Hj Maphilinda Syahrial Oesman itu mengaku ada pengalaman yang berkesan selama dia mengurus jenazah.

Kala itu, ada jenazah yang mengeluarkan air mata saat dimandikan Siti. “Saya langsung usap matanya, bisikkan Ayat Suci agar si jenazah dapat ikhlas dengan kepergiannya,” beber Siti.

Biasanya, sebelum mendapat job memandikan jenazah, Siti sering mendapatkan firasat. Misalnya bermimpi pada malam hari, didatangi oleh jenazah yang bersangkutan. “Paginya, yang bersangkutan meninggal dunia,” tuturnya.

Kini, Siti sudah tidak terlalu aktif lagi menjadi pekerjaan itu. Dia bersyukur, sudah mulai banyak generasi penerusnya yang muncul. Dia hanya sesekali, memandikan jenazah di sekitar lingkungannya. 

Untuk mempermudah warga yang sedang tertimpa musibah, Siti juga menjual perlengkapan untuk orang meninggal. (*/air/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Keren Abis! Kakek 12 Cucu Ini Keliling Indonesia Pakai Sepeda


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler