jpnn.com - Panglima Besar Jenderal Sudirman tampaknya sangat cermat menentukan rute gerilya hingga melewati wilayah Trenggalek, Jatim.
Hal ini dilakukan untuk menghindari kejaran tentara Belanda yang saat itu memiliki senjata lebih canggih.
BACA JUGA: Kisah Ibu Digugat Anak Kandung Paling Disayang
Ketua Lembaga Veteran Republik Indonesia (LVRI) Cabang Trenggalek, Martadji mengatakan, Jenderal Sudirman bersama beberapa pasukan Badan Keamanan Rakyat (BKR), saat ini menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI), sangat berhati-hati menentukan rute gerilya.
Sehingga, kendati sudah ada jalan yang mulus mereka memilih masuk-keluar hutan, serta naik turun gunung.
BACA JUGA: Pengabdian Tanpa Batas si Perawat Cantik Najemah di Daerah Terisolir
“Makanya saat itu selain pengawal yang mengikuti sang jenderal gerilya, tidak ada satupun tentara yang mengetahuinya, sebab hanya diberitahu secara mendadak melalui alat komunikasi telegeram,” katanya saat ditemui kemarin.
Dia melanjutkan, dipilihnya rute gerillya di wilayah Trenggalek karena lebih mengutamakan keamanan dari intaian intel Belanda.
BACA JUGA: Tak Ada yang Berani Injak Lokasi Ini, Takut Dihantui Arwah Pembunuh Massal
Sebab kala itu Treenggalek hanya ada pos-pos pasukan kecil yang bertugas mengamankan serangan sporadic.
“Dengan alasan itulah hingga sekarang, di sini tidak ada batalyon pasukan, seperti di Kediri, Blitar, Malang, Madiun dan sebagainya,” jelasnya.
Sehingga waktu itu hanya terjadi beberapa pertempuran kecil saja, yang membuat Belanda tidak terlalu memprioritaskan pasukannya ke wilayah Trenggalek.
Ini dimanfaatkan Jenderal Sudirman bersama pasukannya untuk bergerilya untuk menuju daerah Kediri- Nganjuk, hingga kembali lagi ke Trenggalek untuk meneruskan perjalanannya ke Jogjakarta.
“Seperti yang diceritakan, setiap perjalananya Jenderal Sudirman selalu ditandu, maka sering kali untuk mengelabuhi Belanda dilakukan penyamaran dengan tandu itu,” jelasnya.
Sementara itu Nanda Taqwa, cucu Tarijan mantan Kepala Desa (Kades) Karangan yang dahulu rumahnya pernah disinggahi Jendral Sudirman ketika gerilya mengatakan, bukti sang jenderal pernah singgah di rumah kakeknya hanya sebatas cerita secara temurun-temurun.
Sebab, zaman dahulu keberadaanya sangat dirahasiakan, setelah pergi tidak meninggalkan jejak. Saat ini hanya bangunan rumah seperti tiang, dan gentingnya yang menjadi saksi bisu tentang keberadaan jendral besar tersebut.
“Karena dalam suasana perang mungkin tidak terpikir benak kakek saya untuk mengambil foto dokumentasi seperti saat ini,” imbuhnya.
Sedangkan berdasarkan cerita dari sang kakek, selain beristirahat Jenderal Sudirman juga menyusun strategi untuk menyerang markas Belanda di wilayah Kecamatan Karangan.
Setelah serangan tersebut, Jenderal Sudirman bersama pengawalnya langsung pergi meninggalkan kediaman kakeknya untuk melanjutkan perjalanan ke Kecamatan Suruh, yang diteruskan ke Bodag, Kecamatan Panggul.
“Dalam penyerangan masyarakat juga ikut membantu, seperti membawa logistik dan persenjataan perang, mungkin cerita itu yang berkembang hingga saat ini,” tandasnya. (jaz/and)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengharukan, Anies Baswedan Bertemu Orang Tua Angkat di Jepang
Redaktur & Reporter : Soetomo