TOKYO - Krisis nuklir di Jepang rupanya sudah memasuki fase lepas kontrol atau di luar kendaliHal itu terjadi setelah pekerja pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi, sekitar 250 km timur laut Tokyo, terpaksa dievakuasi kemarin (16/3) akibat lonjakan tingkat radiasi.
Meskipun tingkat radiasi nuklir tersebut akhirnya dilaporkan turun lagi, kekhawatiran atas krisis nuklir belum mereda
BACA JUGA: RI Dipastikan Terus Perjuangkan Nasib Sumiati
Pasalnya, helikopter yang dikerahkan ternyata gagal menjatuhkan atau menyemprotkan air ke reaktor yang bermasalahDalam waktu hampir berbarengan, reaktor nomor 4 di PLTN itu terbakar kemarin pagi
BACA JUGA: Dalam Penyelamatan, Jepang Tak Pandang Suku
Uap atau asap putih muncul di atas unit reaktor tersebut sekitar pukul 10.00 waktu setempat (pukul 08.00 WIB)BACA JUGA: Indonesia Bantu Jepang USD 2 Juta
Tetapi, Badan Keamanan Nuklir Jepang (NISA) menyatakan bahwa kebakaran segera dapat dipadamkam sekitar 30 menit kemudianPolisi selanjutnya dijadwalkan membantu mendinginkan reaktor nomor 4 dengan menggunakan meriam air (water cannon).
Menurut juru bicara Tokyo Electric Power Co(TEPCO), operator PLTN tersebut, situasi pada unit reaktor nomor 4 memang tak terlalu bagusIronisnya, ketika air disemprotkan ke unit reaktor nomor 5 dan 6 untuk pendinginan, ada indikasi kuat bahwa semua (enam) reaktor di PLTN Fukushima Daiichi justru berisiko mengalami kepanasan.
Para pakar nuklir menyatakan bahwa solusi yang diajukan untuk mengatasi kebocoran radiasi di PLTN itu sepertinya merupakan langkah terakhir dalam membendung salah satu bencana industri terburuk di dunia tersebut"(Situasi di PLTN Fukushima Daiici) ini mimpi buruk yang muncul perlahan," ujar Dr Thomas Neff, ahli fisika dan analis industri uranium pada Massachusetts Institute of Technology, AS
Para insinyur telah berjuang keras mengatasi krisis dan darurat nuklir di Jepang sejak gempa dahsyat dan tsunami menerjang pada Jumat lalu (11/3)Bencana alam itu telah merusak sistem pendingin reaktor di PLTN Fukushima DaiichiBatan bahan bakar nuklir pun kepanasan.
Selama lima hari terakhir, atau sejak Sabtu lalu (12/3), telah terjadi empat ledakan dan dua kebakaran pada empat di antara enam unit reaktor di PLTN ituMateral radioaktif telah menyebar ke atmosterDua pekerja PLTN dilaporkan telah hilang sejak terjadi bencana.
Ratusan ribu warga telah dievakuasi dari zona 20 km di sekitar PLTNLalu, ribuan warga lain yang berada dalam radius 20-30 km diminta tetap tinggal di rumah atau tidak keluar.
Sampai munculnya alarm di unit reaktor nomor 3, perhatian terfokus pada kerusakan bangunan reaktor nomor 4Di tempat itulah, bahan bakar bekas yang telah digunakan disimpan dalam kolam airSelain itu, fokus juga tertuju pada reaktor nomor 2.
Di PLTN Fukushima Daiichi, pihak berwenang telah berhari-hari berupaya mencegah penguapan air yang dirancang untuk mendinginkan inti reaktor yang mengandung radioaktifPenguapan akan membuat reaktor kepanasan dan mungkin meleleh sehingga bisa membahayakan.
Kekhawatiran terus meningkat karena para awak yang menangani krisis itu mungkin belum cukupMereka juga lelah setelah bekerja berhari-hariPihak berwenang pun akhirnya menarik 750 pekerja pada Selasa lalu (15/3) sehingga hanya tinggal 50 pekerja.
Tetapi, semuanya ditarik kemarin karena tingginya tingkat radiasiBelakangan para pekerja itu diizinkan kembali bekerja
Tetapi, Arnie Gundersen, 39, veteran industri nuklir, yang pernah menggarap desain reaktor mirip dengan PLTN Fukushima Daiichi, mengungkapkan bahwa 50 pekerja jelas tidak dapat menangani enam reaktor"Evakuasi (750 pekerja) itu sinyal bahwa mereka (pihak berwenang di Jepang) telah lempar handuk (dalam mengatasi krisis nuklir," katanya.
Tengara bahwa pemerintah Jepang sepertinya telah habis akal atau opsi dalam mengatasi krisis nuklir punya kebenaranPara pejabat Jepang menyatakan bahwa mereka telah bicara dengan militer AS untuk membantu di PLTN Fukushima Daiichi
Militer AS telah mengirimkan pompa air tekanan tinggi demi membantu mendinginkan PLTN tersebut"Pompa air tekanan tinggi itu telah diturunkan dari kapal perang USNS Safeguard yang ada di Yokosuka tadi malam (Selasa malam)," kata kata juru bicara Armada Ke-7, Komando AL AS di Pasifik.
"Selanjutnya, pompa itu dikirim ke Pangkalan Udara Yokota dan ditransfer ke pemerintah Jepang serta dipakai di PLTN Fukushima Daiichi," tuturnya
Empat pompa tambahan juga dikirimkan dari Sasebo, barat daya JepangTotal 33 ton suplai dikirimkan oleh tentara AS kemarinTermasuk makanan dan susu, air minum botol, pakaian, peralatan medis, serta selimutArmada Ke-7 mengerahkan sedikitnya 14 kapal perang ke Jepang untuk membantu operasi penyelamatan.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yukio Edano membenarkan bahwa tingkat radiasi di luar PLTN kemarin sempat melonjakTetapi, kemudian levelnya bergerak stabilKarena kewalahan, pemerintah juga telah minta bantuan perusahaan-perusahaan swasta untuk mengirimkan suplai bantuan bagi puluhan ribu warga yang dievakuasi dari sekitar PLTN.
"Masyarakat tidak akan terkena bahaya langsung jika mereka berada di luar rumah dalam level radiasi saat iniSaya ingin masyarakat memahami ini," kata Edano dalam jumpa pers yang disiarkan televisi
Dia mengacu pada mereka yang tinggal di luar zona 30 km di sekitar PLTN. Sebanyak 14 ribu orang dalam zona itu diminta tetap tinggal di rumah.
Menurut Edano, level radiasi telah stabil di posisi 1,5 millisieverts di dekat pintu gerbang PLTN pada pukul 16.00 waktu setempatDia menyatakan para pekerja siap melakukan upaya lain untuk memompa air ke batang bahan bakar reaktor yang kepanasan.
"Saya diberitahu bahwa angka yang termonitor hari ini (di luar zona evakuasi) tidak akan sampai membahayakan kesehatan manusia secara langsung," katanya.
Kendati begitu, krisis nuklir yang belum teratasi tetap membuat cemas banyak kalanganGubernur Fukushima Yuhei Sato menyatakan bahwa tingkat kecemasan dan kemarahan warga telah berada pada ambang batas akibat krisis nuklir itu.
"Bencana nuklir ini telah memaksa banyak orang dievakuasi dari rumah merekaSaya ingin orang bisa mengerti ituSaya juga ingin seluruh dunia pahamKecemasan dan kemarahan rakyat Fukushima telah mencapai puncak," katanya kepada stasiun televisi NHK.
Sato mengeluhkan bahwa pasokan bantuan tidak sampai ke tangan 100 ribu warga yang tinggal di berbagai tempat penampunganPadahal, mereka telah dipaksa meninggalkan rumah mereka dalam radius 20 km di sekitar PLTN.
Kepanikan juga terus melanda banyak warga asing di JepangBeberapa perusahaan Eropa mengevakuasi para pekerja mereka dari kantornya di Tokyo dan kawasan sekitarnyaRaksasa furniture Swedia, Ikea, memiliki 2 ribu pekerja di Jepang.
Menurut Charlotte Lindgren, juru bicara Ikea, pihaknya menawarkan bantuan untuk mengevakuasi 1.200 pekerjanya dan keluarga mereka yang tinggal di kawasan sekitar 300 km selatan Tokyo hingga wilayah Kansai.
Raksasa fashion Swedia H&M, yang memiliki 900 karyawan di Jepang, juga mengevakuasi pekerjanya di Tokyo dan Yokohama ke tempat lain yang lebih amanSelain itu, mereka menutup sembilan toko di dua kota tersebut .
Selanjutnya, 200 karyawan perusahaan industri Atlas Copco dari Swedia juga dipindahkan dari Tokyo ke Osaka dan NagoyaMaskapai penerbangan Airlines Finnair dan SAS also juga melakukan hal yang sama untuk melindungi para pekerja mereka di Tokyo.
Sementara itu, korban gempa dan tsunami di Jepang terus bertambahData resmi dari pemerintah Jepang menyebutkan bahwa musibah tersebut telah membawa korban lebih dari 12 ribu jiwa.
Menurut polisi Jepang, korban tewas yang sudah dikonfirmasi berjumlah 4.277 orangSedangkan korban hilang sebanyak 8.194 orangSelain itu, 2.282 orang luka-luka dalam musibah tersebutBahkan, korban jiwa musibah itu dipastikan terus bertambah.
Wali kota Ishinomaki, Prefektur Miyagi, kemarin melaporkan bahwa jumlah warganya yang hilang telah melampaui 10 ribu orangPada Sabtu lalu, NHK melaporkan bahwa sekitar 10 ribu warga di kota pelabuhan Minamisanriku, Miyagi, hilang.
Gempa kuat kembali mengguncang Jepang kemarin Gempa dengan kekuatan 6 skala Richter (SR) mengguncang dari lepa spantai Prefektur Chiba, sekitar 96 km timur TokyoTidak ada laporan korban maupun kerusakan akibat gempa yang terjadi pada pukul 12.52 itu.
Bencana gempa dan tsunami, yang diikuti krisis nuklir, juga mendapat perhatian dari Kaisar AkihitoUntuk kali pertama, penguasa Takhta Bunga Krisan itu menyampaikan keprihatinannya atas krisis nuklir di jepangDalam pidato di televisi yang amat langka tersebut, Kaisar Akihito berdoa bagi keselamatan seluruh rakyatnya
Penguasa monarkhi yang telah berusia 77 tahun itu memberikan pernghormatan kepada para korbanDia juga berterima kasih kepada para petugas penyelamat dari Jepang maupuna sing atas upaya mereka dalam mencari korban yang hilang dan selamat.
"Jumlah orang yang tewas terus bertambah dari hari kehariKita belum tahu berapa banyak rakyat yang menjadi korban," kata Akihito"Saya berdoa bagi keselamatan sebanyak mungkin rakyat."
Akihito mengatakan bahwa banyak warga terpaksa meninggalkan rumah mereka dalam kondisi cuaca yang dingin dan bersaljuMereka juga kesulitan air, listrik, dan bahan bakar"Saya hanya bisa membantu berdoa bahwa upaya penyelamatan berjalan lancar kehidupan orang akan membaik," tutur Akihito.
Kaisar juga menyatakan kepirhatinannya karena situasi yang tak bisa diramalkan di PLTN Fukushima Daiichi No.1"Dengan tulus hati, saya berharap kita bisa memperbaiki situasi agar tak kian memburuk," tandasnya(Rtr/AFP/AP/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertempuran Sengit di Libya Terus Terjadi
Redaktur : Tim Redaksi