TOKYO - Keputusan pemerintahan Perdana Menteri (PM) Jepang Naoto Kan menaikkan status krisis nuklir di PLTN Fukushima Dai-ichi, sekitar 250 kilometer timur laut Tokyo, pada level 7 atau setara dengan bencana Chernobyl di Ukraina pada 1986 menuai berbagai reaksiKemarin (12/4) Kyushu Electric Power Co (Kyushu Electric), salah satu perusahaan operator reaktor nuklir (PLTN) di Jepang seperti Tokyo Electric Power Co
BACA JUGA: Perompak Takluk Dalam 10 Menit
(TEPCO), membatalkan rencana ekspansiPerusahaan listrik swasta itu kini mengoperasikan dua pembangkit nuklir di selatan Pulau Kyushu, pulau terbesar ketiga di Jepang yang terletak di bagian barat daya negeri tersebut
BACA JUGA: Mahfud: Negara Harus Segera Bertindak
Kyushu Electric saat ini melayani suplai listrik untuk tujuh prefektur di Pulau Kyushu, yakni Fukuoka, Nagasaki, "ita, Saga, Miyazaki, Kumamoto, KagoshimaBACA JUGA: Radiasi Nuklir Jepang Meluas, Indonesia Masih Aman
"Terkait perkembangan terbaru di (PLTN) Fukushima, kami menghentikan seluruh proses hukum yang sedang kami tempuh untuk membangun PLTN ketiga," ujar Jubir Kyushu Electric, Minoru Yasueda
Semula, PLTN ketiga di bawah Kyushu Electric itu akan mulai dibangun pada 2014Tetapi, mulai kemarin, proses perizinan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan status hukum reaktor tersebut dihentikanSelain karena tragedi nuklir yang menimpa PLTN Fukushima Dai-ichi, menurut Yasueda, pihaknya mengkhawatirkan gempa yang terus terjadi di JepangPenghentian proyek PLTN baru itu juga atas permintaan Gubernur Prefektur Kagoshima Hiroyuki Mori.
"Gubernur Prefektur Kagoshima telah memberitahu perusahaan kami bahwa situasinya tidak memungkinkan bagi kami untuk melanjutkan proses (pembangunan PLTN) tersebutJadi, perusahaan kami patuh atas permintaan itu," terang Yasueda.
Ketakutan terhadap bencana di PLTN Fukushima juga dirasakan oleh warga Prefektur Kagoshima, wilayah paling ujung barat daya Pulau KyushuSedianya, PLTN Kyushu Electric itu akan menghasilkan listrik sebanyak 1,59 juta kilowatt untuk memasok kebutuhan di selatan Jepang
Selain memiliki PLTN di Jepang, Kyusu Electric tercatat sebagai investor proyek listrik di beberapa negaraYakni, Singapura, Thailand, India, Taiwan, Korsel, Tiongkok, dan Meksiko.
Kemarin sore, gempa berkekuatan 6,3 skala Richter (SR) kembali mengguncang timur laut JepangLokasi tepatnya berada di Prefektur FukushimaLembaga Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) melaporkan bahwa pusat gempa terletak sekitar 70 kilometer selatan Kota Fukushima pada kedalaman 11 kilometer di bawah permukaan lautGempa itu tidak memicu tsunami
Tetapi, akibat gempa tersebut, TEPCO terpaksa kembali mengevakuasi seluruh pekerjanya dari PLTN FukushimaUpaya pendinginan secara manual enam reaktor yang kepanasan (overheating) pasca-gempa dan tsunami pada 11 Maret lalu pun kembali terhentiMenurut Jean-Paul Montagner, pakar nuklir dari Physics of the Globe Paris, gempa susulan dengan kekuatan di atas 5 SR kemungkinan akan terus terjadi di Jepang
Meski sebenarnya cukup akrab dengan gempa dan sadar tinggal di persimpangan empat lempeng dunia, masyarakat Jepang trauma dengan gempa dan tsunami pada 11 Maret laluApalagi, bencana alam itu diikuti dengan krisis nuklir yang belum terselesaikan sampai sekarang
Secara terpisah, PM Naoto Kan juga memberikan sinyal untuk mengkaji ulang kebijakan nuklir JepangPemimpin berusia 64 tahun itu akan mengevaluasi kembali kebijakan negerinya untuk membangun sedikitnya 14 PLTN baru di berbagai wilayah Jepang hingga 2030Rencana itu semula dilakukan untuk menambah 55 PLTN yang telah dibangun dan dioperasikan di Jepang saat ini.
Alasannya, kebijakan pemerintah membangun PLTN tahan gempa belakangan terbukti tak berdaya saat disapu gempa dan tsunami. "Kita sudah menciptakan kekacauan besar bagi duniaKarena itu, kita harus bisa menjelaskan dengan rinci seluruh pengalaman (buruk) yang kita alami ini sebagai pembelajaran," tutur Kan dalam jumpa pers di Tokyo
Dalam kesempatan itu, dia mengimbau para pakar dan praktisi nuklir meningkatkan prosedur pengamanan reaktorSalah satunya adalah memperketat izin pembangunan reaktor atau PLTN baru"Jika ada satu saja hambatan yang ditemui dalam proses peninjauan ulang, kita harus berani batalkan rencana pembangunan reaktor bersangkutan," kata politikus Partai Demokratik Jepang (DPJ) tersebutKendati begitu, pihaknya tidak berencana menonaktifkan reaktor-reaktor yang sudah ada
Lebih lanjut, Kan juga minta maaf kepada para petani dan nelayan setempat yang terpaksa menanggung dampak krisis nuklir secara berkepanjangan"Saya meminta maaf sebesar-besarnya kepada warga yang mengalami dampak pembekuan perdagangan beberapa produk sayur dan hasil lautSebagai wakil pemerintah, sekali lagi saya meminta maaf," ungkap Kan
Untuk segera memulihkan kondisi masyarakat, Kan lalu mengimbau seluruh warga Jepang untuk mulai hidup normal kembaliSalah satu caranya adalah mengonsumsi sayur dan produk hasil laut yang lolos uji radiasi
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yukio Edano juga menyarankan aksi samaBahkan, Edano turun langsung untuk mengampanyekan konsumsi sayur dan produk hasil laut yang lolos uji radiasi"Krisis nuklir di sini memang seriusTetapi, sejauh ini dampaknya terhadap kesehatan tidak berbahaya," katanya
Sementara itu, kelompok pecinta lingkungan Greenpeace justru mengritik lambannya penanganan krisis nuklir di JepangBahkan, keputusan pemerintah menaikkan status bahaya ke level tujuh (maksimal) pun dinilai sudah sangat terlambat"Greenpeace sudah mengimbau dinaikkannya level bahaya nuklir Jepang ke level tujuh sejak tiga pekan lalu," sesal Thomas Breuer, pimpinan unit energi dan iklim Greenpeace Jerman.
Bahkan, instruksi pemerintah untuk mengosongkan area 40 kilometer di sekitar PLTN Fukushima juga dinilai sudah terlambat"Semua sudah sangat terlambat," keluh Breuer
Menurut dia, Jepang terlalu mengabaikan keselamatan warganya dengan membiarkan anak-anak, ibu hamil, dan para lansia (lanjut usia) bertahan di zona lebih dari 20 kilometerPadahal, perluasan zona aman (kini menjadi 40 kilometer dari PLTN) seharusnya sudah diberlakukan sejak terdeteksi kebocoran(AP/AFP/BBC/hep/dwi)
Bencana Nuklir Terburuk di Dunia
Level 7: Chernobyl, Ukraina, 1986 – ledakan dan kebakaran pada reactor, radiasi sejauh ribuan kilometer persegi, 4.000 kasus kanker Level 7: Fukushima, 2011 - tsunami dan gempa merusak PLTN, efek jangka panjang belum diketahui Level 6: Kyshtym, Rusia, 1957 – ledakan pada tangki limbah, kontaminasi radioaktif sejauh ratusan kilometer persegi, ratusan kasus penderita kanker Level 5: Windscale, Inggris, 1957 – kebakaran pada reaktor, radiasi di area lokal, 240 kasus penderita kanker Level 5: Three Mile Island, AS, 1979 – kerusakan instrument mengakibatkan inti reaktor meleleh dan rusak parah
Sumber: BBC
BACA ARTIKEL LAINNYA... Krisis Fukushima Setara Chernobyl
Redaktur : Tim Redaksi