Jika Harga BBM Turun, Jutaan Orang Terancam Kena PHK

Kamis, 28 Mei 2020 – 17:50 WIB
Pertamina. Foto Instagram

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria menuturkan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) akan berdampak terhadap meningkatnya angka pengangguran di Indonesia.

Sofyano mengatakan jutaan orang akan kehilangan pekerjaan jika harga BBM turun di tengah pandemi corona.

BACA JUGA: INACA: Mewakili Maskapai dan Stakeholder, Saya Sangat Mengapresiasi Pertamina

Dia menambahkan, di tengah harga minyak dunia yang belum menentu saat ini, memang ada persyaratan agar harga BBM bisa turun. 

Pertama, sumur eksplorasi hulu dan kilang minyak di negeri ini harus ditutup semuanya. Kedua, produksi hulu migas nasional tidak perlu dibeli Pertamina. Dan ketiga, melakukan impor 100 persen BBM karena harga sedang murah.

BACA JUGA: Langkah Pertamina ini Dinilai Ampuh Tekan Angka Pengangguran

“Dengan cara tersebut, harga BBM dalam negeri akan turun. Tetapi itu tadi, jutaan orang terancam PHK,” kata dia.

Sebab, jumlah pekerja pada industri hulu migas dan juga sektor pendukung, memang luar biasa besar. Tidak hanya Pertamina, tetapi juga KKKS lain, industri jasa pendukung, dan sejumlah sektor ikutan, semua akan terkena dampak.

BACA JUGA: Langkah Pertamina Dinilai Ampuh Menahan Gelombang PHK

“Bahkan tidak hanya hulu, tetapi pekerja pada sektor hilir juga bisa terkena dampak," kata dia.

Menurut Sofyano, memang tidak mudah menurunkan harga BBM karena harga minyak masih sangat berfluktuasi. Apalagi, saat ini justru dalam tren yang sedang meningkat.

“Makanya, jika harga BBM diturunkan mengikuti harga minyak dunia yang turun,  apakah masyarakat serta-merta ikhlas harga BBM dinaikkan jika harga minyak dunia ternyata naik?," tanyanya.

Di sisi lain, Sofyano juga mengingatkan, penurunan harga BBM tidak memberi banyak manfaat bagi masyarakat. Pasalnya, di saat pandemi COVID-19, banyak masyarakat yang diam di rumah atau menjalankan working from home (WFH).

Terpisah, Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan juga mengingatkan harga BBM harus disikapi secara komprehensif dan melihat keseluruhan aspek. 

Sebab, Pertamina sebagai BUMN energi terbesar di Indonesia tidak hanya mengelola sektor hilir, tetapi juga hulu dan pengolahan atau kilang.

“Ketika kemarin harga minyak dunia jatuh, maka sektor hulu Pertamina paling terpukul. Padahal, hulu adalah penyumbang terbesar pendapatan Pertamina,” jelas Mamit.

“Jadi, bayangkan kalau misalnya kemarin kita menurunkan harga minyak harga BBM, dan Juli harus kita menaikkan kembali. Kalau itu yang terjadi, saya khawatir ada semacam gejolak di masyarakat," imbuhnya.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler