Jika Popok Dibakar, Pantat Bayi akan Luka Melepuh? Ah, Hanya Mitos

Rabu, 08 Mei 2019 – 00:06 WIB
Sampah popok bayi sekali pakai cemari Sungai Brantas. Foto: RIANA SETIAWAN/JAWA POS

jpnn.com, SURABAYA - Banyak orang tua memilih popok sekali pakai untuk bayinya, dengan alasan nyaman, praktis, dan murah. Namun, hal itu menyisakan persoalan lingkungan terkait merebaknya limbah popok yang dibuang sembarangan ke sungai.

Direktur Ecoton Prigi Arisandi mengatakan, kondisi tersebut tidak bisa dibiarkan. Harus ada langkah nyata untuk mencegahnya. Itu harus dilakukan pemerintah sebagai pihak yang berwenang.

BACA JUGA: Sampah Popok Cemari Sungai Brantas, Ikan jadi Berkelamin Ganda

Apa solusinya? Salah satunya adalah menyiapkan dropping box khusus sampah popok. Itu bisa menjadi solusi praktis yang bersifat jangka pendek. Idealnya, dropping box ditempatkan di setiap jembatan. Asumsinya, jembatan jadi tempat favorit orang membuang sampah popok.

Jika sudah penuh, dropping box bisa langsung diangkut truk sampah dinas lingkungan hidup (DLH) masing-masing kabupaten/kota untuk dibawa ke TPA.

BACA JUGA: Limbah Kosmetik dan Popok Ancaman Kualitas Air di Sungai

Nah, kini harapan tersebut mulai muncul. Itu seiring dengan kebijakan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang mencetuskan program 99 Jembatan Bebas Popok. Gubernur perempuan pertama Jawa Timur itu juga membentuk Relawan Jogo Kali.

Program tersebut dicetuskan saat Khofifah melakukan aksi susur sungai pada 17 Februari. Persis lima hari setelah dilantik sebagai gubernur Jatim. Aksi susur dan bersih Sungai Brantas itu dilakukan di Jembatan Karang Pilang, Surabaya.

BACA JUGA: Sudah ada CCTV, Masih Berani Buang Popok di Sungai?

Guru Besar (Gubes) Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Win Darmanto mengatakan, pencemaran limbah popok di Sungai Brantas secara statistik belum diketahui pasti. Namun, turunan limbah popok berupa mikroplastik memang telah ditemukan di sungai terpanjang di Jatim itu. ’’Mikroplastik dalam aliran Sungai Brantas masuk kategori sedang,” tuturnya.

Kategori pencemaran sedang secara umum memang belum berdampak pada kesehatan. Namun, dampaknya untuk lingkungan telah terasa. Terutama bagi biota air seperti ikan. Di antaranya, memengaruhi perubahan kelamin pada ikan.

BACA JUGA: Sampah Popok Cemari Sungai Brantas, Ikan jadi Berkelamin Ganda

Dari uji eksperimental, kandungan mikroplastik juga berpengaruh pada kesehatan manusia. Khususnya gangguan testis, ginjal, hingga kematian. ”Tentu pengaruh tersebut bisa terjadi jika dosisnya tinggi,” terang alumnus Nagoya University, Jepang, itu.

Win mengungkapkan, masih banyaknya limbah popok yang dibuang ke sungai disebabkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan kurang. Kurangnya kesadaran tersebut ditambah dengan budaya yang berkembang mengenai penanganan limbah popok.

Jika popok dibakar, pantat anaknya akan suleten. ”Padahal, hal tersebut tidak ada hubungannya sama sekali,” tuturnya.

Selain melakukan edukasi kepada masyarakat, pembakaran limbah popok harus dengan suhu tinggi. Kondisi ruangan juga mesti tertutup sehingga tidak menimbulkan dioksin (zat berbahaya) yang berdampak pada manusia.

Pembakaran dengan tekanan suhu tinggi tersebut juga bisa diterapkan pada bahan bakar industri. Pemprov Jatim dapat bekerja sama dengan industri terkait hal itu. Harapannya, beberapa perusahaan mau menggunakan limbah sampah sebagai bahan baku pembakaran.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jatim Diah Susilowati membenarkan bahwa persoalan pembuangan sampah ke sungai tidak hanya bisa diatasi dengan gerakan bersih-bersih sungai. Pemprov juga berkoordinasi dengan kabupaten/kota melalui setiap kelurahan. Edukasi lingkungan pun digencarkan.

Salah satunya terus mengikis mitos yang berkembang di masyarakat soal popok bayi tidak boleh dibakar. Lewat kelurahan dan LSM peduli lingkungan, program itu kini terus disebarkan. ”Kami juga sedang menggalakkan pengolahan sampah di masing-masing TPS,” tuturnya.

Pembagian drop box di masing-masing kelurahan yang wilayahnya berbatasan langsung dengan sungai juga sedang dijalankan. Saat ini, Jatim memiliki 47 unit lokasi TPA.

Sementara itu, TPS berjumlah 223 unit. Jumlah tersebut masih ditambah bank sampah yang mencapai 3.980 unit. ”Dan jumlahnya akan terus bertambah,” tuturnya. (mar/elo/c6/git)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ya Ampun, Warga Kok Tega Buang Popok ke Bengawan Solo


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler