Jika tak Cedera, Yakin Juara

Minggu, 01 Desember 2013 – 09:28 WIB

jpnn.com - PERSAINGAN ketat mewarnai bagian akhir MotoGP musim 2013. Sayangnya, Jorge Lorenzo tak mampu mempertahankan gelarnya. Itu tak lepas dari cedera di pertengahan musim. Lorenzo tetap mengikuti MotoGP Belanda meski sehari sebelumnya menjalani operasi pada bahu kirinya. DUa pekan berselang, dia jatuh lagi di Sachsenring, Jerman yang membuatnya absen. Hilangnya poin tersebut sangat berpengaruh pada hasil klasemen akhir.

Kali ini adalah kesekian kalinya Kamu ke Indonesia. Tepatnya berapa kali dan apa yang membuatmu terkesan?
Mungkin 6,7,8 kali? saya tak ingat pastinya. Tapi yang pasti saya merasa diterima dengan hangat. Ini Negara kedua bagi saya. Saya sangat popular dan dikenal di Indonesia. Jejaring social sudah berbicara banyak, friend di facebook juga follower di twitter. Beberapa kali saya menyapa dengan bahasa Indonesia dan tanggapannya, wow.

BACA JUGA: Tawarkan Indonesia Timur ke Malaysia

Musim yang telah lewat berlangsung tak terlalu baik tapi juga tak terlalu buruk. Menurutmu, lebih baik mana mengawali musim balap sebagai seorang juara atau sebagai runner-up seperti tahun depan?
Tentu saja sebagai seorang juara, itu kan berarti saya menambah koleksi gelar juara. Sebenarnya, tiap awal musim berarti sama dari tahun ke tahun. Semua mulai dari nol, tak peduli hasil musim sebelumnya atau bahkan uji coba di musim dingin. Kalau saya, semua tetap berarti kerja keras.

Tak banyak perubahan peta persaingan di MotoGP 2013, antara Honda dan Yamaha. Selain pembalapnya yang berbeda, perbedaan besarnya juga karena kamu mengalami cedera. Bagaimana menurutmu?
Ya, sayangnya begitu. Cedera benar-benar merusak perjalanan kami musim lalu. Itu terjadi justru sebelum libur panjang musim panas. Saat seharusnya kami punya proyek pengembangan yang besar di musim panas, saya malah harus fokus pada pemulihan kondisi setelah cedera.

BACA JUGA: Sampai Kiamat tak Akan Minta Maaf

Jika tak ada cedera, yakin bisa juara?
Saya yakin itu. Benar memang kami selalu kesulitan dari balapan ke balapan berikutnya. Tapi, kami kerap menjalani balapan dengan hebat. Saya punya catatan bagus di akhir, kalah pun tak terlalu jauh.  Ya, lima dari tujuh kemenangan saya ada di paro terakhir dan itu setelah saya cedera. Saya bisa memotong jarak poin yang jauh, 43 ya? Di akhir musim Cuma tinggal empat poin saja.

Tak banyak yang tahu bagaimana detail insiden kecelakaan di Assen, Belanda. Setelah insiden (Kamis), Kamu terbang ke Barcelona untuk operasi, tanpa kualifikasi (Jumat) , lalu memaksakan diri ikut balapan (Sabtu). APa yang paling kamu ingat dari tiga hari itu?
Hanya kesalahan dan kesalahan, tak ada alasan lain. Saya memutuskan langsung menjalani pemeriksaan dan terbang ke Spanyol. Dokter melihat saya butuh operasi. So, kenapa harus menunggu lagi. Operasi lancar (Jumat) dan malamnya saya sudah berada di Assen. Sabtu saya menjalani tes dan diijinkan balapan. Semua saya yang minta, semuanya diam mungkin mengkhawatirkan kondisi saya.

BACA JUGA: Menyadap untuk Kepentingan Amerika

Apa artinya bagi kamu pribadi, selain orang-orang secara jelas mengetahui karakter kuat kamu?
Saya marah, marah pada diri saya sendiri karena insiden itu. Saya pikir, saya harus berusaha untuk menebusnya. Itu langsung saya lakukan di hari balapan. Itu hukuman bagi saya karena kesalahan di latihan murni dari saya.

Sekarang bagaimana kondisi kamu, lebih baik mana di awal musim dibandingkan sekarang?
Untungnya saya melakukan keputusan cepat waktu itu. Saya cepat pulih. Saya kira kondisi saya sudah jauh lebih baik. Bila dibandingkan dengan awal musim?...mungkin sebelum kecelakaan, tapi saya punya pelajaran yang hebat.

Sebenarnya apa kamu percaya nasib buruk yang menyertai pembalap dengan motor nomor 1?
Kalau yang terjadi dalam beberapa musim terakhir mungkin semua harus percaya (kemudian tertawa). Bahkan saya mengalaminya dua kali. Tapi, semua tak mungkin terjadi bila kita bekerja keras dan dengan benar.

Kembali pakai nomor 99, apa alasannya?  
Tentu saja. Itu nomor saya, identitas saya. Saya masuk MotoGP dengan nomor itu dan saya sampai di titik ini dengan nomor itu.

Musim 2013 jadi musim pertama di periode kedua kebersamaan kamu dan Valentino Rossi. Apa yang membedakan di antara dua periode itu?
Perbedaannya besar, 180 derajat. Saat  periode pertama, Rossi sudah memenangkan segalanya, bagi Yamaha juga bagi MotoGP. Dia ikon olahraga ini. Tentu saja dia tak mau ada yang menyainginya, terutama rookie seperti saya. Pembalap yang tak punya sejarah, belum menghasilkan apa-apa. Tapi, semuanya berbeda sekarang. Apalagi, dia datang setelah dua musim buruk di tim lain.

Tentang motor, Yamaha tetap kesulitan bersaing dengan Honda. Bagaimana musim depan? Bagaimana perkembangan  seamless gearbox?
Tapi kami masih bisa mengalahkan mereka kan? Ya, kami harus mendapatkan pengembangan yang baik. Momennya ada di musim dingin. Kami memang butuh waktu dengan transmisi baru. Yamaha juga sudah bekerja keras untuk meningkatkannya. Jika itu yang terjadi, itu jadi kabar bagus bagi pembalap. (ady)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Bukan Persoalan Ketidakpercayaan Terhadap MK


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler