jpnn.com - MENTERI Perdagangan Luar Negeri dan Industri (MITI) Malaysia, Datok Seri Mustapa Mohamed beberapa waktu lalu melakukan lawatan kenegaraan ke Indonesia. Tentu bukan kali ini saja pria kelahiran Kampung Badak, Bachok, Kelantan tahun 1955 itu berkunjung di Indonesia. Demi membidik peluang kerjasama di bidang ekonomi, Tok Pa -demikian Mustapa biasa disapa- sudah berkeliling di beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung.
“We need to close with Indonesia. Let’s work together,” tutur pria yang murah senyum ini saat berjumpa dengan JPNN, Senin (25/11).
BACA JUGA: Sampai Kiamat tak Akan Minta Maaf
Ia tak hanya menemui pejabat tinggi di negeri ini. Pejabat negeri jiran yang juga dikenal sering "blusukan" itu juga menyambangi Pasar Tanah Abang. Di Pasar Tanah Abang, Tok Pa mengaku tertarik dengan kegiatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di pasar tekstil terbesar se-Asia Tenggara itu.
Karenanya begitu tiba di Jakarta Sabtu (23/11) lalu, keesokan harinya Tok Pa langsung minta diantarkan ke Tanah Abang. “Banyak kawan saya yang datang ke Tanah Abang untuk berbelanja, jadi saya ingin melihat juga bagaimana usaha-usaha ini di sini untuk investasi ke depan,” papar menteri yang juga berteman dekat dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tu.
BACA JUGA: Menyadap untuk Kepentingan Amerika
Di Tanah Abang, ia pun mengobati rasa penasarannya pada Blok G yang baru saja direnovasi oleh Pemprov DKI Jakarta. Tok Pa kagum karena Tanah Abang yang sebelumnya terkenal macet, kini lebih rapih setelah para pedagang direlokasi ke lapak baru.
Di sela-sela berbagai kegiatannya selama di Jakarta, Tok Pa menyempatkan diri diwawancarai Nathalia Laurens dari JPNN. Sebagai petinggi negeri di Malaysia, Tok Pa tetap terlihat santai, ramah dan tak mau membuat jarak dengan media. Berikut kutipan wawancara dengannya di sebuah hotel di pusat Kota Jakarta;
Anda sudah berkunjung ke Blok G Tanah Abang, kesan apa yang Anda dapatkan? Apa ingin membuka peluang kerjasama UMKM seperti ini di Malaysia?
BACA JUGA: Ini Bukan Persoalan Ketidakpercayaan Terhadap MK
Pertama, saya ikuti perkembangan di Tanah Abang di mana pengusaha-pengusaha yang dulunya di tepi jalan sekarang dipindahkan ke Blok G. Ini suatu usaha yang saya ingin lihat sendiri. Bagaimana itu dapat dilakukan. Bukan hanya untuk bisa kurangi macet tapi juga memberikan tempat selamanya untuk para pedagang ini. Saya ingin sekali lihat bagaimana ini dilaksanakan. Kemudian saya dengar ada warga Malaysia, kawan-kawan yang datang ke Jakarta dan berbelanja di Tanah Abang jadi saya ingin melihatnya. Saya di Tanah Abang ini tidak hanya sekadar melihat tapi juga ingin tahu bagaimana bisnis di Tanah Abang yang juga dipenuhi oleh orang-orang Malaysia. Saya dengar banyak pengusaha-pengusaha Malaysia yang membeli barang dari Tanah Abang kemudian dijual lagi ke Malaysia.
Mereka biasanya dari Malaysia begitu tiba di Jakarta langsung ke Tanah Abang, beli produk dan dan langsung dijual. Melihat ini saya sebagai menteri yang juga bergerak di bidang ekonomi mengikuti perkembangannya. Saya ke sini juga karena ingin melihat kemajuan UMKM di Jakarta. Banyak usahawan yang gigih berusaha. Itulah kenapa saya melawat ke Blok G Tanah Abang.
Malaysia dan Indonesia sama-sama memiliki kepentingan untuk menarik investor. Apakah Malaysia memberi peluang besar untuk investor Indonesia membuka usaha di Malaysia?
Saya akhir-akhir ini seringkali datang ke Jakarta, Bali, Balikpapan, Manado, Surabaya, Yogyakarta, Bandung. Ini sudah 2-3 tahun. Saya melihat motivasi investasi dari Indonesia itu meningkat. Kalau dulunya mungkin pengusaha-pengusaha Indonesia kurang pengetahuan tentang peluang-peluang di Malaysia. Setelah ada beberapa usaha dari pihak kami, untuk memberi penjelasan kepada pengusaha-pengusaha Indonesia serta melihat minat dari pengusaha Industri asal Indonesia, akhirnya meningkat.
Pengusaha Indonesia di Malaysia itu kebanyakan dalam bidang perhotelan, itu yang paling menonjol. Beberapa hotel ternama di Malaysia dimiliki oleh pengusaha Indonesia. Termasuk lapangan golf. Itu kebanyakan dimiliki oleh syarikat (perusahaan, red) dari Indonesia. Sekarang sedang ada proyek hotel di Langkawi yang besar antara pengusaha Indonesia dan Malaysia. Maka yang dapat saya lihat, ke depan akan banyak grup pengusaha Indonesia yang berminat berinvestasi di Malaysia.
Kedatangan saya ke Jakarta kali ini salah satunya memang dalam rangka untuk menggalakkan lebih banyak lagi pengusaha-pengusaha Indonesia untuk berinvestasi di Malaysia dan sebaliknya. Hal ini juga agar hubungan Indonesia dan Malaysia tetap terjaga. Malaysia ingin lebih dekat dengan Indonesia. Kalau sekarang hubungan antara Malaysia dan Indonesia makin meningkat. Dalam pertemuan Pak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Perdana Menteri Najib enam minggu lalu di Bali telah menetapkan target baru. Jadi kemajuannya cukup baik.
Bidang apa saja yang dikembangkan investor Malaysia di Indonesia saat ini sebagai bentuk kerjasama?
Kebanyakan mereka di bidang perkebunan, perbankan dan telekomunikasi. Tiga bidang ini yang terbesar yang dijalankan saat ini di Indonesia. Saya ingin lihat jelas investasi dari Indonesia ke Malaysia itu bertambah. Sehingga makin rapat hubungan antara Indonesia dan Malaysia. Kan hubungan antarwarga negaranya cukup baik, hubungan politiknya juga baik antara Presiden SBY dan Perdana Menteri Najib juga cukup baik. Termasuklah dunia investasi ini dan kerjasama UMKM.
Kami berinvestasi di berbagai bidang tidak hanya itu saja. Manufaktur juga. Indonesia dan China juga berinvestasi manufaktur di Malaysia. Not just hotel. Ada kerjasama kesehatan seperti rumah sakit dan pendidikan. Dua negara ada yang sudah mendirikan rumah sakit di Malaysia.
Bagaimana kelanjutan kerjasama antara Indonesia, Malaysia dan Singapura dalam kerangka Free Trade Zone di Batam dan Pulau Bintan?
Malaysia tidak terkait itu. Itu lebih kepada dengan Singapura. Tapi ini untuk konteks 2015, ASEAN Economic Community akan didelegasikan. Dalam konteks 2015, apa yang berlaku di Batam dan Bintan antara investor Singapura akan digalahkan, Malaysia pun akan ikut galahkan. Pengusaha-pengusaha Indonesia bebas berinvestasi di Malaysia.
Selama ini kebanyakan kerjasama Malaysia dilakukan dengan Indonesia bagian barat. Ke depan investasi apa yang ditawarkan Malaysia untuk Indonesia bagian timur?
Kalau di Indonesia dulu, warga negara Malaysia memang banyak kumpul di Pulau Jawa, Jakarta, Surabaya, Bandung, Bogor. Sekarang ini mulai ke Maluku, Makassar, Ambon, Palembang. Indonesia ini kemajuan ekonominya cukup bagus. Jika dilihat dari kepentingan ekonomi maka income-nya meningkat.
Selain itu, Indonesia banyak infrastruktur baru, jadi saya lihat ke depan, pariwisatanya bertambah dari Malaysia. Kami juga berharap kunjungan dari warga Indonesia timur ke Malaysia. Terpenting adalah hubungan transportasi udara. Kami akan perkenalkan juga agar wisatawan Malaysia berkunjung ke Indonesia Timur.
Bagaimana pendapat Anda tentang isu harga bahan pokok asal Malaysia yang dijual dengan harga tinggi di perbatasan Indonesia? Apakah sudah ada pembicaraan pemerintah antardua negara terkait hal itu?
Di Malaysia beberapa produk memang mahal. Barang-barang pokok, sehingga barang itu adalah jenis bersubisidi. Dijual mahal karena distribusinya sulit. Menggunakan jalan darat dan perjalanan panjang sehingga logistiknya juga butuh lebih banyak.
Yang penting di perbatasan itu harus ditingkatkan infrastrukturnya. Harus diperbaiki. Yang penting kan juga jalan raya. Kalau jalan raya enggak ada, barang-barang diangkut dengan kapal, maka costnya tingggi. Kadang-kadang dibawa ke pedalaman, harganya bisa tinggi sekali. Ini tidak dapat dielakkan.
Apalagi kalau tinggal di bukit, sulit dijangkau. Sehingga menuju ke sana cost-nya besar dan dijual lebih tinggi. Ini ada terkait dengan infrastruktur. Jalan-jalannya harus baik. Kalau sudah bagus semua, maka harga-harga penjualan pun tidak jauh berbeda. Perbatasan Indonesia dan Malaysia suatu saat nanti akan menjadi peluang baru untuk memajukan perekonomian keduanya. Tapi itu juga diperlukan perbaikan infrastruktur.(flo/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kasus Taman BMW, Foke Juga Terlibat
Redaktur : Tim Redaksi