jpnn.com - Joko Sasongko sosok yang kreatif. Dia sanggup menyulap batok kelapa menjadi karya seni bernilai jual. Karyanya diminati konsumen di Bogor, Surabaya hingga Bali.
Sejak 1967 hingga sekarang, Joko masih satu-satunya perajin batok kelapa yang aktif berkarya di Pacitan, Jatim. Melalui batok kelapa pula, dia diganjar penghargaan dari Wakil Presiden Try Sutrisno tahun 1995 silam.
BACA JUGA: Gaya Hidup Mewah Bos First Travel, Tirai Jendela Harga Rp 700 Juta
MIZAN AHSANI, Pacitan
INGATAN tentang Balai Pemuda, Surabaya, di era 1960-an silam masih segar di kepala Joko Sasongko. Sejarah mencatat, di Surabaya, pernah berdiri Akademi Seni Rupa (Aksera).
BACA JUGA: Hamidah dari Sekolah ke Rumah Jalan Kaki 3 Jam, Tetap Semangat
Akademi berumur pendek, namun sukses melahirkan sejumlah seniman kenamaan. Balai Pemuda dijadikan sebagai kampus. Masyarakat umum bebas belajar di sana.
Joko salah satunya. Dia bahkan tidak tamat sekolah rakyat (kini sekolah dasar). Dari mahasiswa dan dosen Aksera, Joko belajar bahwa seni bisa diaplikasikan kepada objek apapun.
BACA JUGA: Kisah Nenek Irus Menikah dengan Pria Muda, tentang Malam Pertama
Sebuah ilmu yang penting bagi Joko. Sejak 1967 hingga sekarang, Joko setia menjadi perajin batok kelapa.
‘’Inspirasi membuat kerajinan dari batok kelapa lahir dari anak-anak Aksera,’’ kata warga kelurahan/kecamatan Pacitan itu.
Joko mengklaim dia satu-satunya perajin batok kelapa di Pacitan. Karya yang dihasilkan bermacam-macam. Mulai dari lampu hias, tempat jajanan, asbak, atau berbagai hiasan lain.
Harga yang dibanderol mulai Rp 75 ribu hingga Rp 300 ribu, tergantung tingkat kesulitan atau seberapa orisinil ide karya tersebut.
Selain dari pesanan, Joko membuat berbagai karya berdasarkan inspirasi di kepalanya. ‘’Hanya feeling, tidak mencontoh gambar. Karena itu kadang pengerjaannya bisa lama,’’ ujarnya.
Peminat karya Joko banyak berasal dari luar daerah. Dia biasa menjual karyanya ke Bogor, Surabaya, dan Bali. S
elisih keuntungan yang didapat dari setiap kerajinan terbilang menggiurkan. Sebab, bahan baku batok kelapa sangat melimpah dan murah meriah.
Sekitar 50 biji batok kelapa cukup ditebus dengan sembilan ribu rupiah. ‘’Di Pacitan sangat melimpah (batok kelapa) dan murah. Alat-alat yang digunakan juga sederhana, lebih banyak sentuhan tangan. Jadi sebenarnya menguntungkan,’’ jelas Joko.
Puluhan tahun membuat karya dari batok kelapa membuat Joko benar-benar mahir. Hingga dia sampai mendapat piagam penghargaan dari Wapres Try Sutrisno tahun 1995 silam.
Kala itu, dia mengikuti Lomba Cipta Lagu, Poster, Logo, dan Cenderamata Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS melalui Ketahanan Keluarga.
Sayangnya kini, nasib kerajinan batok kelapa seakan hanya ada di tangan Joko. Sangat sulit mencari orang yang mau menggeluti kerajinan tersebut.
Kalangan remaja pesimistis kerajinan batok kelapa bisa laris. ‘’Alasannya karena tidak telaten. Padahal asal ada kemauan, sebenarnya kerajinan ini sangat bagus dan diminati pasar,’’ ujarnya.
‘’Itu juga yang jadi kendala dalam mengembangkan usaha, karena tenaganya ya cuma saya,’’ imbuhnya. *** (eba)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Brigadir Dodo Biasa Menumpang Tidur di Poskamling Desa
Redaktur & Reporter : Soetomo