Jokowi Berkomitmen Setop Ekspor Bahan Mentah, Begini Alasannya

Kamis, 13 Oktober 2022 – 17:35 WIB
Presiden Jokowi berkomitmen untuk menyetop ekspor bahan mentah. Ilustrasi. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menegaskan komitmennya sejak tahun 2020 hingga kini secara bertahap berupaya untuk menghentikan ekspor bahan mentah.

Tidak hanya itu, dengan disetopnya ekspor bahan mentah, Presiden Jokowi juga melakukan transformasi ekonomi dengan menekankan pentingnya melakukan hilirisasi dan industrialisasi melalui pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi atau minimal setengah jadi.

BACA JUGA: Rumah akan Dieksekusi Anak Buah Anies, Wanda Hamidah Mengadu kepada Jokowi

“Kita ini sudah 77 tahun merdeka, selalu bahan mentah yang kita ekspor. Nikel mentahan kita ekspor, tembaga mentahan kita ekspor, minyak kita ekspor dalam bentuk mentahan. Tidak diolah, timah kita ekspor, kelapa sawit (CPO) kita ekspor, tetapi tidak dalam bentuk barang setengah jadi atau barang jadi. Sehingga nilai tambah itu ada di negara lain, pembukaan lapangan kerja juga adanya di negara lain,” ujar Jokowi, dikutip dari laman Setkab.go.id pada Kamis (13/10/2022).

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu optimistis hilirisasi industri akan meningkatkan nilai tambah dari suatu komoditas dan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya di dalam negeri.

BACA JUGA: Jokowi Tinjau Kereta Cepat, Dubes China dan Luhut Mendampingi, Lihat

“Inilah yang secara konsisten akan terus kita lakukan. Setop nikel, tahun depan setop timah, tahun depan setop tembaga, karena nilai tambahnya ada di dalam negeri,” katanya.

Jokowi menuturkan pelarangan ekspor bahan mentah yang terjadi pada nikel pada 2020, nilai ekspor nikel meningkat drastis hingga mencapai Rp 360 triliun lantaran diekspor dalam bentuk setengah jadi dan jadi.

BACA JUGA: Ekonomi Gonjang-ganjing, Kereta Cepat Jakarta Bandung Tetap Digas, Ini Alasan Jokowi

“Saya berikan contoh nikel. Waktu diekspor dalam bentuk mentahan, kita hanya mendapatkan nilai Rp 15 triliun. Setelah diekspor dalam bentuk setengah jadi dan barang jadi, nilainya menjadi Rp 360 triliun. Dari Rp 15 triliun menjadi Rp 360 triliun, baru satu barang,” katanya.

Selain nikel, pemerintah juga mendorong penghentian ekspor tembaga ketika pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) konsentrat tembaga di Gresik, Jawa Timur mulai beroperasi.

“Tembaga nanti begitu ini smelter di Gresik selesai, ini juga sama setop, tidak ada lagi yang namanya ekspor tembaga. Semuanya harus dikerjakan jadi barang jadi di negara kita Indonesia,” terangnya.

Selain itu, untuk menambah nilai tambah produk dalam negeri, pemerintah juga mengambil alih kepemilikan saham perusahaan asing atas pengelolaan sejumlah industri pertambangan Indonesia, mulai dari PT Freeport Indonesia hingga Blok Rokan.

“Untuk yang di Blok Rokan, ini urusan minyak dan gas yang sudah 97 tahun dikuasai oleh Chevron, 97 tahun. Sekarang juga sudah 100 persen dimiliki oleh kita sendiri,” ungkap Jokowi.

Dengan berbagai upaya yang terus dilakukan, Presiden optimistis target Indonesia untuk masuk ke lima besar ekonomi dunia di tahun 2045 akan terwujud.

“Asal konsistensi ini terus kita jaga. Siapa pun nanti pemimpin, presiden negara ini, konsistensi itu harus kita jaga dan terus kita ingatkan. Jangan kembali lagi ke ekspor mentah lagi,” ujar Jokowi.

Sebagaimana diketahui setelah menghentikan ekspor nikel mulai 2020, pada tahun ini Indonesia akan menghentikan ekspor bauksit.

Pada 2023, rencananya pemerintah juga akan menghentikan ekspor tembaga.(fri/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler