jpnn.com - JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) berpotensi menjadi kepala negara terlemah dalam sejarah Indonesia. Minimnya kekuatan politik dan kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak populer menjadi alasannya.
Peneliti senior LSI Denny JA, Ade Mulyana mengatakan, secara politik Jokowi sangat lemah. Pasalnya, parlemen telah dikuasai oleh pihak oposisi yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP).
BACA JUGA: Jokowi Akan Rombak Jajaran Petinggi TNI-Polri
Menurutnya, hal ini sangat berpengaruh terhadap efektivitas kinerja pemerintahan Jokowi. "Pemerintahan SBY saja yang didukung mayoritas parlemen tak semua kebijakannya bisa berjalan mulus. Bisa dibayangkan bagaimana rumitnya dinamika pemerintahan Jokowi nanti," kata Ade di kantor LSI Denny JA, Rawamangun, Jakarta, Jumat (21/11).
Kondisi ini diperburuk lagi oleh fakta bahwa Jokowi bukan lah seorang pemimpin partai politik. Akibatnya, mantan gubernur DKI Jakarta itu tidak memiliki kontrol penuh terhadap partai-partai pendukungnya.
BACA JUGA: Terlibat Narkoba, PNS Bisa Langsung Dipecat
"Meski dia dari PDIP, tapi Jokowi tidak bisa menempatkan diri sebagai figur sentral karena masih kuatnya pengaruh Megawati. Jokowi hanya petugas partai yang setiap saat mandatnya bisa dicabut" jelas Ade.
Kini, lanjut Ade, satu-satunya kekuatan yang bisa diandalkan Jokowi adalah people power alias dukungan rakyat. Namun, dukungan yang menjadi kekuatan terbesar Jokowi itu kini terancam hilang.
BACA JUGA: Jokowi Diminta Hentikan Proses Seleksi Dirut Pertamina
Survei terbaru LSI memperlihatkan bahwa tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Jokowi sudah berada di bawah angka 50 persen. Minimnya prestasi serta kebijakan-kebijakan tidak populer seperti menaikan harga BBM bersubsidi menjadi alasannya.
"Sekarang hanya gebrakan program luar biasa yang bisa mengembalikan kekuatan Jokowi," pungkas Ade. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Empat Pemicu Kepuasan Publik Terhadap Jokowi Merosot
Redaktur : Tim Redaksi