jpnn.com, PALEMBANG - Calon presiden nomor urut 1 Joko Widodo meminta tim sukses dan seluruh pendukungnya tidak jemawa terhadap rilis berbagai survei terkait Pilpres 2019 yang menempatkan dia dan Ma'ruf Amin di posisi teratas.
Jokowi mengatakan, ada sejumlah kasus di negara lain yang memperlihatkan hasil pemilihan berbanding terbalik dengan hasil yang diperoleh dalam survei.
BACA JUGA: Kubu Jokowi Beberkan Bukti Prabowo Cs Biangnya Kompor
Di Amerika Serikat, kekalahan Hillary Clinton oleh Donald Trump pada Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2016 bisa menjadi pelajaran. Trump berhasil membalikkan hasil survei dalam waktu sekejap.
’’Semua survei menyatakan Hillary menang. Tak ada satu pun yang ngomong Trump menang. Tapi, akhirnya apa? Akhirnya Hillary kalah, Trump menang,’’ ujarnya di sela-sela pelantikan jajaran pengurus Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Ma’ruf Sumsel di The Sultan Convention Center, Palembang, kemarin (25/11).
BACA JUGA: Kompor Paling Besar Ada di Jokowi
Selain Pilpres Amerika Serikat 2016, kasus serupa terjadi dalam voting British exit atau Brexit. Sebelum voting, kelompok yang ingin Inggris tetap berada dalam Uni Eropa diprediksi unggul. Bahkan, perdana menteri Inggris saat itu, David Cameroon, juga meyakininya.
Namun, hasil voting justru memberikan kejutan. Mayoritas warga Inggris lebih memilih untuk keluar dari Uni Eropa.
BACA JUGA: Relawan Pinggiran Gelar Rakorda untuk Pemenangan Jokowi
Jokowi menilai, berbagai fenomena itu telah menunjukkan bahwa lanskap sosial politik mulai berubah. Perubahan lanskap politik yang cepat seperti itu juga bisa terjadi di Indonesia. Karena itu, mantan gubernur DKI Jakarta tersebut meminta tim kampanyenya untuk waspada. Sebab, bisa saja hasil survei itu berubah dalam waktu singkat. ’’Ini yang harus diwaspadai,’’ imbuhnya.
Seperti diketahui, dalam berbagai survei, pasangan Jokowi-Ma’ruf dinyatakan unggul atas pasangan Prabowo-Sandiaga. Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mencatat, pada awal Oktober lalu, nomor urut 1 memperoleh 60 persen. Jauh di atas nomor urut 2 yang hanya 28 persen. Survei Indikator Politik juga tidak jauh berbeda. Nomor urut 1 memperoleh 57,7 persen dan nomor urut 2 mendapat 32,3 persen.
Di era digitalisasi informasi, kata Jokowi, persepsi tidak lagi dipengaruhi faktor alat kampanye tradisional seperti baliho atau spanduk. Arus informasi di media sosial juga sangat berpengaruh.
Untuk itu, metode kampanye harus disesuaikan. Selain itu, meredam isu negatif yang dilancarkan lawan harus disiapkan. ’’Ada isu sedikit saja masyarakat goncang. Isu sekarang gampang, tidak sampai satu detik sudah menyebar,’’ kata Jokowi. (far/c19/fat)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pembelaan Andre Gerindra soal Prabowo Ajukan Kredit ke BI
Redaktur : Tim Redaksi