jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo menilai dunia berada pada posisi ketidakpastian tinggi dengan kompleksitas dan timbulnya masalah-masalah baru yang harus dihadapi saat ini.
Oleh karena itu, Jokowi menganggap pengendalian Covid-19 sebagai kunci utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 sangat penting.
BACA JUGA: Sutarmidji Salurkan Paket Bantuan dari Jokowi untuk Korban Banjir Sintang
“Kuncinya hanya itu, kalau tidak bisa dikendalikan, ya, ekonominya akan turun dan terpuruk lagi. Saya kira negara-negara lain mengalami gelombang satu, gelombang dua, gelombang tiga, masih tambah lagi gelombang keempat. Inilah sekali lagi yang harus kita hati-hati," ucap presiden di Istana Negara, Jakarta, Kamis (18/11).
Eks Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan percepatan vaksinasi merupakan kunci dari pengendalian Covid-19. Selain itu, presiden menilai penetapan level asesmen pun meningkatkan antusiasme pemerintah daerah dalam penanganan Covid-19.
BACA JUGA: Presiden Jokowi Puji Muhammadiyah, Pak Haedar Mengapresiasi Pemerintah
Dia mencontohkan ada persaingan antarprovinsi, kabupaten, dan kota untuk berlomba menunjukkan level yang rendah.
"Vaksinasi juga sama, saya sudah 60 persen, saya sudah 70 persen, saya sudah 80 persen,” kata dia.
BACA JUGA: Pemkot Bandung Berencana Terapkan PPKM Level 3 pada Libur Akhir Tahun
Bekas Wali Kota Solo itu menyebutkan indikator perekonomian yang meliputi indeks keyakinan konsumen (IKK) dan ritel penjualan telah meningkat seiring dengan pengendalian Covid-19 yang baik di Indonesia.
“Sudah di angka 113,4 ini berarti sudah naik. Saya yakin kalau kondisinya seperti ini terus, ini akan naik terus," tambah dia.
Begitu juga retail sales index (RSI), menurut Jokowi, menguat seiring dengan peningkatan mobilitas di 5,2 persen.
Selain itu, presiden menambahkan peningkatan dari sisi produksi juga makin terlihat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya pula permintaan dari konsumen, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
"Purchasing manager index manufacture juga sudah melampaui dari sebelum pandemi. Sebelum pandemi saya ingat 51, sekarang sudah berada di angka 57,2. Artinya apa? Manufaktur sudah berproduksi. Kenapa berproduksi? Karena konsumen meminta, ada demand di situ,” tuturnya. (tan/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
BACA ARTIKEL LAINNYA... PTM Terbatas Masih 50 Persen Meski PPKM Level 1
Redaktur : Rasyid Ridha
Reporter : Fathan Sinaga