Jonru Ginting, Tularkan Kemampuan Menulis Melalui Sekolah Menulis Online

Frustrasi Jadi Orang Kantoran, Telurkan Puluhan Penulis Buku

Jumat, 11 November 2011 – 08:38 WIB
Jonru Ginting, pendiri sekolah menulis online pertama di Indonesia. Foto; Priyo Handoko/Jawa Pos

Ide mendirikan sekolah menulis online ditemukan Jonru dalam situasi terpepetEmbrionya adalah website penulislepas.com yang selama enam tahun hanya menghasilkan Rp 500 ribu

BACA JUGA: Masjid Al-Hikmah, Perekat Silaturahmi Umat Islam Indonesia di New York

Kini puluhan penulis profesional telah dihasilkan.

  Priyo Handoko, Jakarta
 
HARI merambat sore
Namun, pria berperawakan sedang dengan sebaris jenggot di dagu itu masih belum terlihat akan mengakhiri pekerjaannya

BACA JUGA: Di Ruangan ini Sebuah Perang bisa Dicegah atau Justru Dimulai

Pandangan matanya tampak fokus ke arah laptop
Tangannya asyik memainkan mouse

BACA JUGA: Lila Umami; dari Usaha Rantangan ke Juara Lomba Masak Nasional


 
Bersama seorang teman, Jonru tengah mematangkan format diskusi "kiat cepat menjadi penulis laris" yang akan diselenggarakan pada 26 November mendatangKebetulan Jonru menjadi pembicara.  Dia akan dipanel dengan Arief Muhammad, penulis muda yang tengah naik daun berkat debut buku pertamanya: Poconggg Jadi PocongHanya dalam setengah tahun, buku yang menyasar segmen remaja itu menjadi best seller dengan penjualan spektakuler menembus 200 ribu eksemplar.
 
Bagi Jonru, berbicara mengenai teknik dan seni tulis-menulis di hadapan publik bukan hal baruNamanya sudah cukup familier, terutama di kalangan komunitas penulisJonru-lah pendiri website penulislepas.com yang mulai eksis awal 2001Belakangan, melalui website itu, dia mengembangkan sekolah menulis online atau SMO.
 
"SMO ini layanan belajar menulis lewat internet yang pertama di Indonesia," kata Jonru bangga"penulislepas.com juga menjadi website penulis terbesar dengan pengunjung paling banyak," imbuhnya.
 
Sudah lama Jonru tertarik dengan aktivitas penulisanSelama menjadi mahasiswa akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang, Jonru yang lulus pada 1998 itu aktif di pers kampusBanyak tulisannya, terutama cerpen, yang dimuat di koran dan majalahBahkan, pada 2005, dua buku Jonru sukses beredar di pasaranSalah satu di antaranya adalah kumpulan cerpen Cowok di Seberang Jendela yang diterbitkan Lingkar Pena Publishing House dan novel Cinta Tak Terlerai diterbitkan Mizan.   
 
Perkenalannya dengan desain web dan grafis dimulai awal 2000 di JakartaKebetulan dia diterima menjadi content editor untuk sebuah perusahaan internet service providerDi sela-sela rutinitas kerja, Jonru "mencuri ilmu" untuk membuat web yang menarik

"Saya pernah bermimpi punya media sendiriTapi, untu media cetak modalnya kan besar sekaliAkhirnya, lewat internet, saya bikin portal sendiriMakanya, lahirlah penulislepas.com," ceritanya.
 
Lewat website, Jonru sekaligus merusaha mempromosikan bisnis pembuatan company profileCuma karena minim pengalaman dan belum punya portofolio yang cukup meyakinkan, bisnis yang dirintisnya itu tak berhasil meraih konsumenMeski demikian, website penulislepas.com tetap bertahanSalah satu di antaranya karena Jonru sendiri yang rajin mem-posting tulisannya ke web tersebut.
 
Sejak 2003, Jonru terpikir untuk menampung tulisan dari penulis lainKriterianya tak terlalu ketatYang penting "bisa dibaca"Temanya juga boleh apa saja, mulai soal politik hingga tip-tip unikHingga beberapa tahun, Jonru sempat kebanjiran artikelMilis yang dibuatnya juga ramai dikunjungi"Saking larisnya, sehari bisa sampai 20 orang yang kirim tulisan," ungkap Jonru.
 
Ketika blog sudah mewabah, artikel yang diterima Jonru terus menurun"Sekitar 2010, dalam seminggu, paling dua tulisan yang masuk," kata pria kelahiran Kabanjahe, Sumatera Utara, 7 Desember 1970, itu.
 
Setelah tujuh tahun bekerja sebagai content editor di dua perusahaan yang berbeda, Jonru mencapai puncak rasa jenuhnyaSebenarnya sudah tiga tahun rasa bosan itu menghantui JonruNamun, sang istri, Alifia Rasyida, belum merestui Jonru berhenti bekerja sebagai "orang kantoran"Jonru akhirnya mengalah"Istri bilang jangan sekarang," kenang ayah tiga anak itu.
 
Menginjak 2007, Jonru semakin malas bekerjaBukan gaji yang menjadi persoalanJonru pada dasarnya tidak suka bekerja untuk orang lainSelain itu, pekerjaan sebagai content editor terasa monoton"Kebanyakan tinggal copy paste artikel yang terkait perusahaan dan memasangnya di portalKalaupun ada tulisan sendiri, hanya sesekaliKeterampilan menjadi tidak optimalTidak ada tantangan," ceritanya.
 
Kinerja Jonru di perusahaan menurun drastisBahkan, dia sudah menerima surat peringatan dua kali"Kalau tetap bertahan, paling September 2007 sudah di PHKNah, daripada di PHK, lebih baik keluar," ujarnya, lantas tersenyum kecutKeberanian Jonru meninggalkan pekerjaannya semakin termotivasi setelah dia mendapat tawaran dari seorang rekannya untuk menggarap proyek pembuatan website Departemen Agama.
 
Merasa fee yang ditawarkan terbilang lumayan besar, Jonru memutuskan keluar dari perusahaannyaHari bersejarah itu adalah 19 Maret 2007Tapi, malang buat JonruProyek yang dijanjikan tak kunjung konkretSementara website penulislepas.com belum memberinya income yang signifikan

Selama tujuh tahun berdiri baru sekali ada yang memasang iklanHarganya pun hanya Rp 500 ribuOleh Jonru, uang itu lantas dibagikan ke sejumlah penulis yang rutin mengirimkan tulisan ke website.
 
Tapi, Jonru tak mengeluhMeski sempat bingung, dia tetap optimistisDi tengah situasi yang terpepet dan uang tabungan menipis, Jonru mendapat ide mendirikan sekolah menulis online (SMO)Selama mengelola website penulislepas.com, kata Jonru, banyak orang mengeluh mengapa latihan penulisan kebanyakan di JakartaDia lantas terpikir untuk membuat pelatihan penulisan yang bisa menjangkau semua orang.
 
"Sewaktu mulai dibuka pada Agustus 2007, yang daftar 35 orangKarena masih baru dan belum tahu bakal laku, saya hanya mematok tarif Rp 95 ribu per bulan untuk setiap orang," tuturnya

Durasi pelatihan sekaligus "pendampingan" dilakukan selama enam bulanKurikulum pelatihan dibuat berdasar pengalaman Jonru sendiri yang pernah mengisi sejumlah pelatihan menulis.
 
"Saya kirim silabusnya lewat e-mailKemudian, peserta pelatihan harus membuat tulisan yang dikonsultasikan kepada saya secara online," tuturnya.
 
Pada 2008, buku Jonru yang berjudul Menerbitkan Buku Itu Gampang dicetak penerbit Tiga SerangkaiSeperti judul buku itu, puluhan alumnus SMO yang "berguru" kepada Jonru juga sukses menerbitkan bukuSebut saja Ning Harmanto, pendiri PT Mahkota Dewa, yang telah menulis 18 buku mengenai herbal"Beliau angkatan pertama SMO tahun 2007," kata Jonru.
 
Ada juga Hartati Nur Wijaya, orang Indonesia yang tinggal di YunaniHingga sekarang, menurut Jonru, Hartati telah menerbitkan enam bukuAda soal perkawinan antarbangsa, cara mencegah penyakit kanker, hingga cara mencegah selingkuh dan ceraiSedangkan Syasya Azisya melahirkan buku berjudul Rich Mom, Poor Mom.
 
"Buku Faiz Yusuf yang berjudul Rahasia Jadi Entrepreneur Muda juga langsung best seller," ujar Jonru yang baru saja merilis buku keempatnya, Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat.
 
Kerja keras dan konsistensi Jonru kini mulai membuahkan hasilSejak awal 2011, SMO resmi melebur ke Manajemen Oxford Course Indonesia, sebuah lembaga penyelenggara kursus bahasa Inggris pertama di IndonesiaSMO lantas berubah nama menjadi Writers Academy dan Jonru langsung dipercaya menjadi CEO.
 
Tapi, apa hubungan lembaga bahasa Inggris dengan pelatihan penulisan" Jonru menjelaskan, Bambang Marsono, pendiri Manajemen Oxford Course Indonesia, memang memiliki passion di bidang pendidikanSemua usahanya bahkan bergerak di bidang ituKetika mendengar kiprah SMO, Bambang merasa tertarik"Kapan lagi bisa bekerja sama dengan perusahaan besarMaka, jadilah," kata Jonru, lantas tertawa lepas.
 
Sekarang konsep website penulislepas.com telah dirombakKalau dulu tulisan apa saja bisa masuk, kini temanya khusus terkait penulisan sajaKonstributor tulisan juga dibatasi hanya untuk alumni SMO dan Writers Academy yang sudah menerbitkan buku"Sebagai kompensasi, saya beri keleluasan kalau mau promosi bukunya, tidak bayar," ujarnya.
 
Dengan berubah menjadi Writers Academy, fokus Jonru sekarang adalah kelas tatap muka"Sekarang saya tidak bingung tempat lagiSaya bisa menggunakan cabang Oxford Course se-Indonesia."

Kelas online tetap dibuka, namun bukan lagi prioritasApalagi, pesaing pelatihan menulis secara online sudah semakin banyakDi lain sisi, orang yang ingin belajar menulis secara online terus berkurang"Banyak alumni SMO yang sekarang juga mendirikan bisnis yang sama," kata Jonru.
 
Sejak SMO berubah nama menjadi Writers Academy, Jonru sudah mengadakan empat angkatan pelatihan menulisPeminatnya lumayan banyakUntuk kelas pemula, tarifnya Rp 495 ribu"Sementara pelatihannya masih di JakartaJangka panjang se-Indonesia," ujarnya(c4/nw)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ke Einstein Haus, Tempat Albert Einstein Melahirkan Teori Relativitas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler