JOSS...Mental Juang PDI Perjuangan

Minggu, 10 Januari 2016 – 22:45 WIB
Budiman Sudjatmiko, yang ketika itu Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD) memimpin aksi mendukung Megawati. Pemerintah menuduh PRD dalang dibalik Peristiwa 27 Juli.Foto: Repro buku Peristiwa 27 Juli.

jpnn.com - KEMENANGAN memang harus diperjuangkan. Dan perjuangan, tak ada yang sia-sia. 

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

BACA JUGA: Jika Megawati Tak Berembel-embel Soekarnoputri

20 Juni 1996. Ketika Kongres PDI untuk menaikkan lagi Soerjadi sedang dihelat di Medan, di Jakarta…sekira 10 ribu pendukung Megawati turun ke jalan.

Banteng merah berbondong-bondong dari kantor PDI di Jl. Diponegoro 58, Cikini menuju lapangan Monas, Gambir.

BACA JUGA: Paten Juga Rahasia Kemenangan Partai ini

Sesampai di stasiun Gambir, mereka dihadang aparat. Bentrok. Akibatnya, 75 massa PDI Mega dan 55 aparat luka-luka.

Sebanyak 48 orang ditahan. 

BACA JUGA: Hari ini PDI Perjuangan Ultah...Masih Ingat Peristiwa 27 Juli?

Mensinyalir Kongres Medan dibiayai dan difasilitasi pemerintah untuk menyingkirkan Megawati, massa pendukungnya berlawan. 

Kantor DPP PDI tetap diduduki. 

Mimbar Demokrasi

Setelah insiden Gambir, dibuat kesepakatan antara DPP PDI Megawati dan Pangdam Jaya Mayjen Sutiyoso.

"Isinya, pendukung Megawati diperbolehkan berkumpul dan melakukan aktivitas, asalkan tetap berada di halaman kantor PDI," tulis buku Peristiwa 27 Juli yang diterbitkan Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Januari 1997.

Maka, digelarlah mimbar demokrasi tiap hari. "Saya tiap hari orasi," kata penyair Winarso, pada saya suatu hari.

Mbah Narso, demikian seniman asal Solo itu biasa disapa, pernah aktif di Teater Surakarta (Tera) bersama Wiji Thukul. 

Waktu aktif mengisi mimbar bebas di DPP PDI, Mbah Narso adalah pimpinan Sarikat Rakyat Indonesia (SRI).

"Mulanya sedikit, lama kelamaan makin banyak. Lalu Mbah Tarjo (Soetardjo Soerjogoeritno--red) bikinin panggung," kenangnya.

Sejurus kemudian, melalui surat resmi aparat meminta mimbar itu dihentikan.

"Mereka mau menggulingkan pemerintah yang sah," kata Panglima ABRI Jenderal Faisal Tanjung, seperti dilansir dari buku Peristiwa 27 Juli.

Megawati tak terima. "Apa iya, hanya dengan omong-omong politik dan berkerumun orang bisa makar," jawabnya.

Mimbar demokrasi jalan terus. Rencananya Iwan Fals akan manggung, dan kabarnya Gus Dur juga akan memimpin acara Maulid Nabi, 28 Juli di sana.

Namun beredar ancaman, gedung itu akan direbut. Megawati yang kala itu berusia 49 tahun menyahut, "gedung ini milik rakyat, dan sekarang rakyat ingin mempertahankannya."

Sabtu Kelabu

Dan…benar saja. Sabtu, 27 Juli 1996 ancaman itu terbukti.  

Sebenarnya, sebagaimana diakui Buttu Hutapea, Sekjen PDI kubu Soerjadi,  "kami mau ambil alih tanggal 24. Ndak jadi karena kami melihat waktu itu masih banyak massa." 

Akibat peristiwa itu, sekian orang meninggal (angka pasti tak diketahui), 56 gedung rusak, 197 mobil, bus dan motor terbakar dan lebih dari 200 orang ditangkap.

Menurut Gubernur DKI Soerjadi Soedirja, total kerugian material akibat peristiwa Sabtu Kelabu itu diperkirakan Rp100 miliar.

Bukannnya tiarap, gerakan rakyat kian membesar. Dua tahun kemudian Soeharto lengser dan PDI Mega, PDI Perjuangan meraih suara terbanyak pada pemilu 1999. (wow/jpnn)  

(baca: Hari ini PDI Perjuangan Ultah…Masih Ingat Peristiwa 27 Juli?)

 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ssst...! Ada Campur Tangan Soeharto dalam Napas Sejarah PDI...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler