Jual Ginjal Demi Sekolah Anak

Minggu, 16 Januari 2011 – 11:16 WIB

BATAM -- Dengan niat yang mantap, Chairun Nizar, 35, melangkahkan kaki menuju Batam untuk sebuah misi yang tidak biasaLelaki tinggi kurus ini, ingin menjual ginjalnya demi untuk membantu biaya anak-anak yang putus sekolah di kampung istrinya di sebuah kampung transmigran, Cibanjar, Kecamatan Pasuruan, Kabupaten Kalianda, Provinsi Lampung Selatan

BACA JUGA: Dua Kapal Nelayan Sibolga Ditangkap



Sudah dua pekan Chairun di Batam, menumpang di rumah sahabatnya di Perumahan Eden Park, Batam Centre
Di rumah kontrakan itu, Chairun tinggal dengan sepuluh teman sahabatnya.
 
Tidak ada kesan berduka di raut wajahnya

BACA JUGA: Bupati Boven Digoel Tak Mau Terburu Dilantik

Cara bicaranya lugas, bahkan selalu diringi senyuman atau gelak tawanya yang ringan ketika bertandang ke Redaksi Batam Pos (Grup JPNN) belum lama ini
Chairun, begitu ia disapa, langsung mengutarakan niatnya ingin mendonorkan ginjalnya melalui Batam Pos

BACA JUGA: DPRD Batam beri Deadline PT Drydocks



"Saya sedih sekali melihat kondisi kampung halaman istri saya di Lampung, banyak anak-anak yang putus sekolah karena tidak ada biayaBagaimana mau meneruskan sekolah, untuk makan sehari-hari saja mereka pas-pasan, bahkan tidak sedikit yang lebih miris dari itu," Chairun mengutarakan alasan niat nekatnya dengan nada serius.

Kegundahan bapak tiga anak ini bermula ketika melihat keponakan istrinya, RamaRemaja kelas satu tsanawiyah (setingkat SMP) tidak bisa melanjutkan sekolahnya karena tidak cukup biaya meskipun sudah dapat dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)."Bapaknya petani jagung yang tidak punya modalDari bibit, pupuk, hingga obat semuanya berhutang kepada tengkulak dengan bunga tinggiHasil panennya dijual ke tengkulak lagi, namun hasil penjualan dari panen jagungnya tidak memuaskanJangankan untuk biaya sekolah Rama, untuk kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari saja tidak mencukupi, sedih melihatnya," ucapnya

"Rama sekarang kerja sebagai pelayan restoran di Pelabuhan Bakauheni," ucapnya dengan nada sedihAnak seusia Rama, banyak yang terpaksa ikut orang tuanya menggarap lahannya atau menjadi buruh tani atau kerja ke kota."Anak yang harusnya konsentrasi belajar di sekolah,"ungkapnya

Bapaknya Rama, Rohim punya dua anak laki-laki yang masih kecil-kecil selain RamaSementara, dia hanya punya lahan setengah hektarDan Jagungnya panen setiap empat setengah bulanSekali panen Rohim dapat laba bersih Rp2 jutaan setelah bayar hutang ke tengkulak.

"Uang Rp2 juta itulah yang dipakai untuk kebutuhan sehari-hari selama empat setengah bulanSementara Rama masih ingin sekolah, tapi apa daya urusan perut tidak bisa ditunda-tunda," ucapnya sembari menepuk-nepuk perutnya dengan tangan kanannya. 

Di sisi lain, hasil panen petani jagung ini tergantung dengan cuacaDan tentu saja hasil panennya pun tidak selalu dapat bersih Rp2 juta"Kadang dapat lebih, tapi kerap juga kurang dari itu,"tukas ChairunChairun menarik nafas panjang sebelum melanjutkan ceritanya, lalu melanjutkan ceritanya"Untuk mengakali kekurangan hidupnya, Bang Rohim mencari ikan di sungai dan rawa setiap pagi untuk lauk sehari-hari,"tambahnya.

Se tiap malam di musim panen, Chairun selalu menyempatkan bertandang ke rumah RohimMembantu mengupas jagung hasil panen kerabatnya ituDan setiap bertandang itu pulalah keluhan dan cerita sedih tentang nasib mereka yang kurang beruntung dan kerap selalu hidup serba kekurangan.

Meskipun baru setahun pindah ke Lampung dari AcehChairun sudah paham dengan kondisi kampung transmigran itu."Di kampung itu hampir semuanya adalah keluarga jadi warganya akrab dan saling mengenal,"ujarnya.
 
Menurut lelaki kelahiran Langsa, Aceh Timur, 3 Desember 1975 silam ini, terdapat 80% KK (Kepala Keluarga) dari 160-an KK yang bernasib seperti keluarga Rohim di Kampung Cibanjar yang belum diterangi PLN itu.

Tidak yakin dengan keputusan Chairun, Batam Pos menjumpai Chairun di Masjid Nurul Jannah, Eden Park, Kamis (13/1) lalu, sebelum waktu Ashar tibaSetelah ditanyakan kembali tentang niatnya ingin menjual ginjalnya, Chairun menjawab dengan mantap,"Niat saya sudah bulat untuk itu, intinya saya ingin jadi orang tua asuh bagi anak-anak yang masih sekolah dan anak-anak yang ingin sekolah tapi tidak mampu,"tukas ayah dari Siti Faziroh, 7, Sultan Arun, 3, dan Yuni Rosa (anak tiri) ini.

Chairun butuh waktu sebulan untuk membulatkan tekadnyawaktu sebulan itu ia selalu merenung dan rajin mencari informasi tentang ginjal kepada dokter, pengobatan alternatif, bahkan rajin mencari info dari internet"Jawaban mereka hampir sama semua, yakni kondisi fisikku tidak akan sekuat dulu lagi setelah ginjalku tingal satu," ujar Chairun.

Meskipun sudah berbekal wejangan dokter dan informasi dari internet dan teman-tamannya, Chairun merasa masih belum legaSebagai orang beragama dan taat ibadah, ia ingin menyejukkan hatinya dengan fatwa dari guru ngajinya."Sebulan itu, saya berkali-kali minta pendapat ke Ustadz Teungku Ali, guru ngajiku di AcehIntinya wejangan beliau membolehkan asal tidak mudharat dan tergantung niatnya juga, jika niatnya baik dan memang harus dan tidak ada jalan lain, boleh," tutur putera Almarhum Nasain Amin dan Khadijah ini, menirukan ucapan guru ngajinya. 

Setelah punya cukup bekal dan tidak tahan melihat penderitaan para petani jagung Cibanjar itu, niatnyapun diutarakan kepada istri dan anaknya"Istriku bilang, dia ikut saja kalau ini memang yang terbaik menurutku, sementara anak tiriku ikut pendapat ibunya, dan kedua anakku masih kecil jadi belum bisa memberi pendapat," ucap lelaki yang sempat menjadi pegawai honorer di Kesbang Linmas Pemda Aceh Timur ini.  

Meskipun hidup Chairun tidak jauh lebih baik dari para petani jagung itu, Chairun merasa hidupnya sudah cukup dengan penghasilannya berjualan empek-empek Palembang dan gorengan di Kabupaten Pasuruan, kota berjarak empat kilometer dari Kampung CibanjarHsil dari berjualan itu ia dan keluarganya sudah bisa mengontrak rumah di kota yang lebih menjanjikan dibanding dengan Kampung Cibanjar

Ia selalu menyempatkan diri melihat dan mengunjungi keluarga besar istrinya di kampung itu."Saya sering melihat dan bertanya-tanya ke orang di kampung itu, mengapa anaknya tidak sekolahJawaban mereka rata-rata ya karena tidak ada biayaNasib mereka memang menyedihkan,"ungkap putera tentara yang dulunya ingin jadi seperti bapaknya ini.

"Jika nanti memang ada yang berminat, Rp800 miliar untuk ginjalku sebagai hadiah," ungkapnyaIstilah Chairun bukan menjual tapi hadiah."Nanti kalau ada yang berminat, kami ajari dulu jika ini bukan jual beli tapi akadnya atas asas saling menguntungkan, aku kasih ginjalku sebagai hadiah dan uang itu juga sebagai hadiah," katanya.

Uang "hadiah" itu, menurut Chairun akan dibuat modal mendirikan yayasan pendidikan di Kampung Cibanjar dan modal usaha yang hasilnya juga untuk membiayai pendidikan anak-anak di kampung petani jagung itu."Saya ingin di kampung itu banyak yang lulus sarjanaKalau tidak, ya lulus SMA deh..,"ucapnya sambil tersenyum.

Menurut Chairun, kondisi nyata di kampung Cibanjar, anak yang lulusan SMA jarang, apalagi sarjana"Saya sangat ingin ada banyak sarjana dari kampung itu," pungkasnya(ryh)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cuaca Buruk, Ribuan Truk Antre 5 Km


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler