Jual Nasi Rp 2.000 Sebungkus, Jangan Tanya Untung Berapa

Sabtu, 01 Oktober 2016 – 00:07 WIB
BERBAGI: Warga antre membeli nasi Rp 2 ribu per bungkus dari Warung Ikhlas, Kamis (29/9). Foto: Hijrah Adi Sukrial/Padang Ekspres

jpnn.com - WARUNG Ikhlas. Pembeli cukup mengeluarkan uang recehan Rp 2 ribu guna membeli nasi beserta lauk pauk lengkap. Seperti apa?

Hijrah Adi Sukrial—Padang

BACA JUGA: 79 Tahun Masih Energik, Eyang Titiek Puspa: Saya Ingin Peluk Anak-anak Indonesia

RABU (28/9) siang, matahari tepat di atas kepala. Di Pasar Lalang, Kelurahan Kuranji, Padang, terlihat sepi. 

Beberapa petani sibuk mengolah lahan dan tanaman. Sebagian tampak istirahat di warung dekat sawah. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00. 

BACA JUGA: Gadis Cantik Ini Menangis Melihat Kaki Pemulung Teriris Beling

Salah satu warung yang kerap disambangi petani itu berada dekat Masjid Nurul Yaqin. 

Sembari menyeruput kopi, para petani bercerita berbagai hal. Mulai dari kasus korupsi yang menerpa Irman Gusman hingga sidang kasus Jessica. 

BACA JUGA: Sering Tinggalkan Kucing, Ciptakan Alat Canggih untuk Pemilik Hewan Peliharaan

Sekitar pukul 12.30, sebuah mobil sedan memasuki areal masjid, diiringi mobil boks Gran Max di belakangnya. Dinding mobil tertulis, Warung Ikhlas Dunsanak.  Ayo Berbuat Baik. 

Dua pria berseragam merah hitam dan bertanda pengenal turun dari mobil itu. 

Mereka membuka boks dan menyusun termos nasi, tempat lauk pauk, gulai, dan kertas pembungkus nasi. 

Tanpa dikomando, ibu-ibu dan anak-anak di sekitar masjid mengerubungi mobil tersebut. 

Mereka bersiap membeli nasi murah. Hanya Rp 2.000 per bungkus. Pak De, pengelola Warung Ikhlas, menyapa ibu-ibu sembari membungkus nasi. 

Di samping mobil boks, tampak seorang pria bermobil sedan. Belakangan diketahui pria itu pengusaha donatur Warung Ikhlas. 

Jika sedang tidak ada kegiatan, dia sering ikut Warung Ikhlas berjualan keliling kampung. “Tidak usah ditulis nama saya,” elaknya dengan sopan.

Erna, warga Pasar Lalang yang menjadi relawan Warung Ikhlas, bertugas mengkoordinir warga yang ingin berbelanja. Untuk memudahkan dan menghindari antrean, warga menyerahkan uang lewat Erna. 

“Biasanya, pesanan lewat ibu Erna ini mencapai 100 bungkus. Sisanya dibeli warga lain yang tak sempat memesan ke ibu Erna. Jumlahnya sekitar 20-50 bungkus,” ujar Dodi Mardianto Dt Katumanggungan, Manajer Warung Ikhlas ketika berbincang dengan Padang Ekspres .

Kemarin, Warung Ikhlas membawa menu ikan laut, ayam, telur, gulai tahu dan tempe. Dalam waktu setengah jam, nasi ludes dibeli warga. 

Selain menjual nasi Rp 2.000, sekali sebulan dibuka Butik Ikhlas. Harganya Rp 2.000 per helai. 

Ada juga program Pustaka Ikhlas, yaitu membawa buku dan membaginya kepada anak-anak dan ibu-ibu sembari menunggu nasi selesai dibungkus. 

“Selain itu, ada program Bermain Sambil Belajar (BSB) yang diselenggarakan untuk anak-anak Pasar Lalang. Ada juga program bedah surau dan berbagai kegiatan sosial lainnya,” tutur Dodi. 

Menurut pria yang akrab dipanggil Datuak ini, menjual nasi Rp 2.000 hanyalah simbol. Tujuannya agar bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan warga. 

“Usai jual beli nasi, kami berkomunikasi untuk mengetahui persoalan masyarakat agar dibuatkan program lanjutan,” kata Datuak.

“Sebenarnya bisa saja kami gratiskan. Kami antar langsung untuk warga. Itu tidak dilakukan karena menjaga komunikasi dengan warga. Dengan harga Rp 2.000, warga tidak merasa jadi penerima bantuan, mereka tetap mengeluarkan uang untuk mendapatkan nasi ini,” jelas mantan pesulap yang pernah punya perguruan debus ini.

Nawir, 32, warga Pasar Lalang, membenarkan Warung Ikhlas ingin berdialog dengan warga. 

“Mana ada nasi seharga itu sekarang, itu hanya cara untuk berbagi kepada masyarakat. Kadang mereka menjual baju, sepatu, dan jaket dengan harga Rp 2.000. Warga senang, karena dapat baju bagus dengan harga setengah gelas kopi atau sebatang rokok,” jelas Nawir yang sehari-hari bertani.

Meski begitu, Pak De dan Rinto sering dicurigai macam-macam atas kegiatan mereka.  

Mereka pernah dituduh aliran sesat, menjual daging busuk, meragukan beras apa yang dipakai. 

“Pernah kami dihentikan ibu-ibu di tengah jalan. Mereka minta Warung Ikhlas dibuka di RT mereka. Padahal, ketika kami buka di RT tetangga, mereka juga bisa belanja di sana. Ternyata ada persaingan antar RT, hingga akhirnya kami memutuskan tak menjual lagi di sana,” ujar alumni Sastra Daerah Unand ini.

Saat membuka warung di Pelabuhan Teluk Bayur, lain lagi yang mereka alami. Saat berjualan, orang antre belanja. 

Namun, semuanya memberikan uang pecahan Rp 50 ribu dan pecahan Rp 100 ribu. Akhirnya, mereka memutuskan tidak berjualan lagi di sana, karena menilai orang di sana sudah bercukupan. 

Kadang ada juga preman yang membeli nasi hingga 10 bungkus. Awalnya ditolak dengan halus karena menjual nasi maksimal dua bungkus. Preman itu marah-marah.  

“Selanjutnya kami jelaskan bahwa kami membantu warga miskin, bukan untuk berjualan. Preman itu akhirnya mengerti dan minta maaf,” cerita Pak De.

Di Pasir Jambak, para nelayan berebutan membeli nasi. “Sekarang para nelayan itu ikut menyumbang ikan untuk operasional Warung Ikhlas,” paparnya.

Dalam sehari, Warung Ikhlas butuh uang operasional minimal Rp 600 ribu untuk 120 bungkus nasi. Hasil penjualan Rp 240 ribu. 

“Kadang ada juga hanya melihat-lihat. Ketika ditanya kenapa tidak antre, katanya tidak ada uang. Kami pun memberinya uang Rp 2.000, lalu menyuruhnya ikut antre,” ujar Datuak.

Warung Ikhlas adalah satu dari belasan kegiatan Program Peduli Nagari yang dipimpinnya. Selain Warung Ikhlas, ada Butik Ikhlas, Pustaka Ikhlas, Belajar Sambil Bermain, Bedah Surau. 

“Ada juga anak-anak muda pengamen yang menamakan dirinya Kodak (Komunitas Dunsanak Anti-Kemiskinan),” ceritanya. 

Warung Ikhlas bermula dari jaringan di Jakarta dan Solo. Seiring waktu, Warung Ikhlas Jakarta, Solo dan Padang berpisah. Belakangan hanya Warung Ikhlas Padang yang bertahan.

Warung Ikhlas ini dikelola empat orang. Satu manajer merangkap tukang masak dan belanja. Tiga anggota memasak, bawa mobil dan membungkus nasi. 

Empat pengelola Warung Ikhlas ini mendapat gaji bulanan di atas UMP yang dibayar rutin oleh salah seorang pengusaha di Padang.

Warung Ikhlas digagas Ustad Budi, dosen Unand yang memiliki nama lengkap Budi Rudianto. Sebelum ada mobil dan mendapat sistem pengelolaan, Ustad Budi mengantarkan nasi dengan mobil pribadi, sepeda motor dan sepeda untuk pemulung, pengemis dan orang-orang di perkampungan miskin. 

Sejak tahun 2014, mereka mendapatkan bantuan mobil dari salah seorang pengusaha di Jakarta yang diantar langsung ke Padang. Sedangkan operasional belanja ke pasar dari donatur. 

“Selain dana, ada juga yang membantu dengan bahan seperti beras, telur, daging, bahkan tenaga,” ulasnya.

Ridwan Tulus, salah seorang partisipan dan penasihat Program Peduli Nagari menuturkan, sejatinya Warung Ikhlas adalah cara berbagi dengan masyarakat. Dia mengenal program ini setelah mengikuti pengajian dengan Ustad Budi beberapa tahun lalu. 

“Program ini menarik, karena selain menjual nasi, banyak kegiatan sosial lainnya untuk membantu masyarakat. Selain itu, kadang yang membungkuskan nasi adalah bule-bule yang sedang berkunjung ke Sumbar, atau CEO perusahaan besar yang sedang mengikuti program tour wisata,” papar pemilik salah agen travel itu.

Beberapa hari lalu di Pasir Jambak, waiters Warung Ikhlas adalah bule-bule remaja. Mereka adalah siswa pertukaran pelajar dari YARI School. 

“Ternyata mereka sangat menikmatinya. Bahkan mereka mengumpulkan uang hingga Rp 3.000.000 untuk membantu program Warung Ikhlas,” ujar Ridwan Tulus.

Kini, Warung Ikhlas melebarkan sayap ke Payakumbuh dan Limapuluh Kota. Karena SDM terbatas, hanya dibuka sekali seminggu untuk 50 bungkus nasi. 

Ade Edward, salah seorang warga Padang berharap, pengelola Warung Ikhlas membagi sistemnya kepada para aktivis-aktivis sosial di kabupaten/kota, sehingga perbuatan baik terus menular bak virus di tengah masyarakat. 

“Banyak orang ingin berbuat baik, namun tak mengetahui caranya. Nah, Warung Ikhlas harus membagi ilmunya agar orang lain bisa berbuat baik dengan sistem seperti yang telah dibuat Warung Ikhlas,” ujarnya. (***/sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bagi Habibi, Keris seperti Bidadari Cantik


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler