jpnn.com, JAKARTA - Muhammad Imam Fauzi merupakan bukti nyata bahwa mahasiswa juga bisa menghasilkan omzet fantastis.
Saat ini, mahasiswa salah satu sekolah bisnis di Jakarta itu bisa menghasilkan omzet Rp 60 juta per bulan dari berjualan siomay.
BACA JUGA: Industri Wajib Laporkan Hasil Produksi
Imam mulai berjualan siomay pada 2014 lalu setelah mengikuti program Gemar Makan Ikan.
Berbekal tekad yang kuat, Imam memulai usahanya dengan memproduksi sendiri siomay.
BACA JUGA: Kementan: Program Pemerintah Dorong Petani Lebih Sejahtera
Saat itu, Imam mencoba untuk mengajukan proposal. Kebetulan, saat itu muncul program yang bekerja sama dengan sekolah-sekolah negeri di Jakarta.
Imam mengajukan produknya yang berupa siomay berbahan sayur dan buah sehingga berbentuk warna-warni.
BACA JUGA: Kementan, Bulog, dan TNI Gelar Rakorgab untuk Akselerasi Serap Gabah
Proposal Imam ternyata diterima. Imam yang saat itu baru lulus SMA mulai berjualan dengan modal yang berasal dari Kementerian Perdagangan.
Awalnya, produk yang dia jual memang masih berbentuk siomay biasa dengan rasa orisinal.
Namun, setelah kurang lebih tiga bulan menjalani dan hasilnya lumayan, Imam mencoba untuk mengembangkannya.
“Saat ini sudah masuk di tahun ketiga. Omzetnya memang belum terlalu besar, yakni mulai Rp 40 juta hingga Rp 60 juta per bulannya,” ujar Imam.
Bagi kalangan mahasiswa, omzet itu sungguh angka yang fantastis. Namun, tidak bagi Imam.
Sebab, ada beberapa target yang masih harus dikejar. Misalnya, menyasar sekolah sebagai target pemasaran.
Imam dibantu satu orang temannya memproduksi siomay. Dua kilogram siomay selalu ludes dalam sehari.
Meski begitu, Imam mengaku tidak setiap hari memproduksi siomay.
“Produksinya dua hari sekali. Misalnya Senin produksi, lanjut produksi Rabu lagi, dan begitu seterusnya,” ujar Imam.
Siomay yang diproduksi pun masih terbilang alami. Sebab, Imam masih mengandalkan tenaga manual sehingga dan produksinya masih terbatas.
“Jadi masih menggunakan dua orang tenaga saja,” tutur pria berkacamata itu.
Menjalani kesibukan sebagai mahasiswa dan pengusaha muda tentu tak mudah. Selain harus memiliki tekad yang kuat, Imam juga wajib menyingkirkan rasa malas.
Imam selalu bangun pada pukul 04:00 WIB. Setelah itu, dia mempersiapkan siomay yang akan dijual.
Setelah siap untuk didistribusikan, siomay tersebut diantar ke sekolah-sekolah.
“Jadi, misalnya ketika ada jadwal perkuliahan pada pukul delapan pagi, maka saya pastikan mengantarnya sebelum jam segitu,” imbuhnya.
Imam mengungkapkan, siklus penjualan siomay miliknya tidak biasa.
“Justru besar pada awal-awal kami mulai berjualan siomay. Langsung ramai. Mungkin saat itu belum terlalu banyak saingannya. Kami juga memasarkan produk lewat media online sehingga banyak yang mengetahuinya,” kata Imam.
Imam masih teringat ketika membuka sebuah outlet di daerah Binus.
Saat itu, dia menghabiskan hampir seluruh hasil keuntungan yang didapatkannya pada tahun pertama berjualan.
Namun, hasilnya tidak sesuai ekspektasi. Dia mengalami kerugian besar.
“Terlalu terburu-buru dalam mengambil keputusan. Sehingga pusing sendiri jadinya,” jelasnya.
Menurut Imam, tidak ada jalan pintas meraih kesuksesan. Dia mengatakan, kesuksesan harus diraih dengan perjuangan yang tidak mudah.
“Maka dari itu harus banyak belajar dan memperbanyak pengalaman dan Alhamdulillah pencapaian target penjualan sejauh ini sampai,” tegas pria 21 tahun itu. (Ahmad Syarif Hidayat/Zia)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menteri Rini Rombak Jajaran Direksi Bio Farma
Redaktur & Reporter : Ragil