jpnn.com - Raja Spanyol Juan Carlos I mengumumkan akan menyerahkan takhta kepada Putra Mahkota Felipe awal pekan lalu. Di kerajaan lain, itu bisa jadi adalah momen biasa. Namun, di tengah terpuruknya kondisi ekonomi, keputusan Raja Carlos memunculkan tuntutan agar monarki Spanyol dihapus selamanya.
* * *
BACA JUGA: Junta Militer Kembali Cabut Jam Malam di Tiga Daerah
PENGUMUMAN Carlos tersebut memantik reaksi beragam dari rakyat Spanyol dan masyarakat internasional. Sehari setelah tokoh 76 tahun itu memublikasikan rencana untuk lengser, kelompok massa anti kerajaan langsung berunjuk rasa di Kota Madrid. Mereka menuntut penghapusan sistem kerajaan. Massa anti kerajaan berharap Spanyol menganut sistem demokrasi seperti negara Eropa lainnya.
Meski para pemimpin dunia mengapresiasi kebesaran hati Carlos untuk lengser dan menyerahkan takhta kepada sang putra, media justru mengkritisi keputusan suami Sophia of Greece and Denmark tersebut. Beberapa media Eropa bahkan mengungkapkan bahwa bapak tiga anak itu turun takhta untuk menyelamatkan muka sendiri. Sebab, selama sekitar empat tahun terakhir, popularitas Carlos turun drastis.
BACA JUGA: Badan Intelijen CIA Mulai Gabung di Twitter & Facebook
Nama baik Carlos mulai tercemar saat media mengendus perceraian Putri Elena alias Duchess of Lugo. Anak pertama Carlos tersebut menggugat cerai sang suami, Jaime de Marichalar. Perceraian itu, tampaknya, membuat Carlos terpukul. Dia lantas sakit-sakitan.
Ironisnya, berita buruk tidak berhenti sampai di sana. Selang beberapa waktu, nama baik Carlos kembali tercoreng. Tepatnya saat menantunya, Inaki Urdangarin (Duke of Palma de Mallorca), terindikasi korupsi. Konon suami Putri Cristina tersebut menggelapkan uang rakyat. Padahal, sebagian besar biaya hidup mantan atlet handball Olimpiade itu ditanggung rakyat.
BACA JUGA: Dibebaskan Taliban, Kondisi Bergdahl Terus Membaik
Berita bahwa Urdangarin terindikasi korupsi tersebut membuat kerajaan nyaris kehilangan kepercayaan rakyat. Apalagi, berdasar penyelidikan terbaru, Cristina ikut menikmati uang panas sang suami. Karena itu, kakak Felipe tersebut terpaksa menjalani serangkaian proses hukum. Jaksa menjerat dia dengan tuduhan korupsi. Tepatnya pencucian uang. Menurut kabar, Cristina juga terlibat dalam pencucian uang rakyat itu. Perempuan 48 tahun tersebut membantu sang suami dan berusaha menutupi kejahatannya.
Aksi lain yang membuat rakyat tidak lagi menaruh hormat kepada Carlos adalah desas-desus perselingkuhannya. Konon dia punya hubungan istimewa dengan Corinna zu Sayn-Wittgenstein, janda berdarah campuran Denmark dan Jerman. Saat mengalami cedera pinggang ketika berburu gajah di Bostwana, menurut kabar, Carlos pergi bersama perempuan tersebut.
’’Carlos memang minta maaf secara terbuka kepada publik atas segala perbuatan buruknya itu. Tapi, popularitasnya telanjur anjlok sekitar 30 persen,’’ terang Stan Veuger, pengamat politik ekonomi Eropa, dalam kolom yang ditulis untuk The National Interest. Karena pamornya semakin pudar, Carlos memutuskan untuk turun takhta.
Sebagai satu-satunya anak lelaki Carlos, Felipe berhak mewarisi takhta. Paling cepat, suami Letizia Ortiz tersebut naik takhta pada 18 Juni mendatang. Namun, menjadi raja tidak akan semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi Carlos meninggalkan banyak pekerjaan yang belum diselesaikan. Mulai soal Catalona, wilayah di Spanyol yang paling vokal menentang monarki, sampai angka pengangguran pemuda yang tinggi.
Selain itu, Carlos meninggalkan citra yang tidak baik tentang kerajaan. Khususnya citra dalam bidang ekonomi. Salah satunya adalah kebiasaan keluarga kerajaan yang hidup mewah. Mulai gemar berpesta hingga berbelanja barang mahal. Padahal, fasilitas yang mereka gunakan itu dibiayai uang rakyat.
’’Tahun ini kerajaan kembali memangkas anggaran. Ini terjadi selama sekitar empat tahun terakhir,’’ jelas The Telegraph dalam laporannya beberapa waktu lalu. Carlos, menurut kabar, sengaja memangkas anggaran demi menarik simpati rakyat. Anggaran EUR 9,4 juta (sekitar Rp 150,9 miliar) dipangkas menjadi sekitar EUR 7,78 juta (sekitar Rp 124,6 miliar) pada tahun ini.
Selama tiga tahun berturut-turut, gaji Carlos pun dibekukan pada nominal EUR 140.519 atau sekitar Rp 2,25 miliar. ’’Tapi, raja mendapat uang hadir yang jumlahnya tidak sedikit. Yakni, EUR 152.233 atau sekitar Rp 2,4 miliar,’’ lanjut The Telegraph. Biaya pembelian pakaian dan aksesori lainnya, menurut koran Inggris itu, juga diambilkan dari uang hadir tersebut.
Gaji raja dan anggota kerajaan Spanyol yang lain sempat memantik kontroversi. Apalagi raja dan para penghuni istana tetap menerima gaji dan uang hadir meski tidak menjalankan fungsi politik apa pun. Tahun lalu anggaran kerajaan tersedot untuk membiayai operasi Carlos. Kerajaan harus mengeluarkan dana sampai EUR 165.189 atau sekitar Rp 2,6 miliar untuk membayar biaya tiga kali operasi Carlos di klinik pribadi.
Meski memiliki pendapatan yang cukup besar dari uang hadir dan uang saku, para penghuni istana tidak menganggarkan pengeluaran rumah tangga. Salah satunya adalah biaya listrik kerajaan. Sampai sekarang, biaya listrik ditanggung negara. Tetapi, pemerintah berhak memberlakukan pajak penghasilan kepada Carlos dan seluruh keluarganya. (thenationalinterest/thetelegraph/wallstreetjournal/hep/c14/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Israel Gerebek Televisi Palestina, 3 Staf Ditahan
Redaktur : Tim Redaksi