jpnn.com - JEDDAH – Jumlah jamaah haji asal Indonesia yang meninggal dunia langsung membengkak.
Sehari sebelum pelaksanaan wukuf pada 11 September, jamaah meninggal 86 orang. Kemarin (19/9), angkanya mencapai 188 jamaah.
BACA JUGA: Hari Ini, DPD Gelar Paripurna Pemberhentian Irman Gusman
Mengacu data sistem komputerisasi haji terpadu (siskohat) yang dilaporkan tiap pukul 06.00 pagi, rata-rata jamaah haji meninggal sejak pelaksanaan wukuf hingga kemarin berkisar 11 orang.
Laporan terbanyak terjadi pada 17 September. Saat itu ada 18 jamaah yang wafat.
BACA JUGA: Kementerian LHK Luncurkan World Enviorment Movement
”Setiap tahun terjadi kecenderungan peningkatan jumlah jamaah meninggal setelah prosesi Armina (Arafah, Muzdalifah, dan Mina, Red). Itu karena faktor kelelahan,” ujar Kabid Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi dr Eka Yusuf.
Kondisi itu berbeda jauh dengan pada saat jamaah belum menjalani wukuf. Sejak pemberangkatan perdana 9 Agustus lalu (32 hari hingga H-1 wukuf), jamaah wafat tercatat 86 orang. Kalau dirata-rata, sekitar 2 sampai tiga jamaah meningggal dalam sehari.
BACA JUGA: Tok tok tok!!! BK DPD: Saudara Irman Gusman Diberhentikan
Sejak wukuf pada 11 September lalu hingga kemarin, jamaah yang meninggal 102 orang. Jika dirata-rata, dalam sembilan hari itu terdapat 11 hingga 12 jamaah meninggal.
”Banyak jamaah memaksa menjalani ibadah-ibadah sunah setelah puncak haji. Padahal mereka dalam kondisi lelah,” papar Eka.
Dua hari lalu tim kesehatan mendapati jamaah yang melaksanakan ibadah umrah di Masjidilharam. Menurutnya, aktivitas semacam itu sangat tidak disarankan.
Apalagi dilakukan oleh jamaah lanjut usia yang mayoritas masuk golongan risiko tinggi (risti).
”Tahun ini jumlah jamaah risti 66,3 persen dari total 168.800 jamaah. Hitungan angkanya sekitar 112 ribu. Mereka harus benar-benar menjaga kondisi,” katanya.
Kondisi jamaah setelah menjalani prosesi Arafah, Muzdalifah, dan Mina memang banyak yang kelelahan.
Selama dua hari mereka berada di Padang Arafah, dilanjutkan beristirahat di Muzdalifah pada malam, hari langsung di bawah alam terbuka. Pagi berikutnya, jamaah menuju Mina menempati tenda-tenda yang sudah disiapkan.
Sebagian jamaah haji memaksa jalan kaki berangkat melempar jumrah dini hari itu juga setelah menginap di Muzdalifah. Padahal, jarak pulang pergi antara maktab di Mina dengan Jamarat lebih dari 8 km.
Setelah rangkaian prosesi Armina selesai, jamaah meninggal hari itu melonjak drastis. Pada 15 September pagi, jamaah meninggal 17 orang.
Sempat mereda pada 16 Septemver (6 orang). Melonjak lagi menjadi 18 orang pada 18 September.
Pasca prosesi Armina, jamaah haji diimbau untuk beristirahat memulihkan tenaga. Namun, banyak di antara mereka yang memilih untuk berwisata.
Dari Makkah, rata-rata para jamaah melancong ke Jeddah. Mengunjungi Masjid Apung, Masjid Qisos, makam Hawa, dan berbelanja di kawasan Al Balad.
Minggu (18/9) petang, deretan bus yang mengangkut jamaah Indonesia berderet-deret parkir di sekitar Masjiq Qisos.
Setelah salat Magrib, mereka bergerak ke kawasan oleh-oleh Al Balad. Rata-rata mereka kembali ke Makkah pada tengah malam.
Eka berharap pemerintah bersama kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH) berkoordinasi agar jamaah tidam memaksa beribadah sunnah dalam kondisi lelah.
Hal itu sangat berisiko, mengingat cuaca di Saudi berbeda dengan di tanah air.
”Sebagian mereka juga masih akan ke Madinah menjalani ibadah arbain di Masjid Nabawi. Tolong jaga kondisi,” ujarnya. (fat/ca)
Jamaah Meninggal Jelang dan setelah Armina
Tanggal Jamaah Wafat
10 September 86 (hari ke 32 sejak pemberangkatan jamaah)
11 September 94 (wukuf)
12 September 100 (lontar jumrah aqobah)
13 September 111 (lontar jumrah ula, wustha, aqabah)
14 September 122 (lontar jumrah ula, wustha, aqabah/nafar awal)
15 September 139
16 September 145
17 September 163
18 September 177
19 September 188 (hari ke 41 sejak pemberangkatan jamaah)
BACA ARTIKEL LAINNYA... TNI AL Resmi Akhiri Latihan Armada Jaya 2016
Redaktur : Tim Redaksi