Data terbaru menunjukkan jumlah penduduk Hong Kong berkurang 1,2 persen tahun lalu di tengah tekanan dari Pemerintah pusat Tiongkok di Beijing terhadap para penentang politik.  

Pandemi COVID-19 juga telah menutup kawasan yang jadi salah satu pusat keuangan terbesar di Asia tersebut.

BACA JUGA: Parlemen Mengusulkan Agar Syarat Menjadi Penduduk Tetap Australia Dipermudah

Jumlah pengurangan  penduduk ini akan menjadi yang terbesar sejak adanya pencatatan resmi di tahun 1961 dan kekisruhan politik yang pernah terjadi sebelumnya.

Perkiraan jumlah penduduk tengah tahun di 2021 yang dikeluarkan Kamis kemarin menunjukkan jumlah penduduk Hong Kong saat  ini adalah 7,39 juta orang, turun sebanyak 87.100 orang dari waktu yang sama tahun lalu.

BACA JUGA: Apa yang Harus Disiapkan Jika Pencari Nafkah Utama Keluarga di Indonesia Meninggal Karena COVID?

Penurunan jumlah penduduk Hong Kong yang pernah terjadi sebelumnya di tahun 2003, ketika terjadi epidemik SARS, yang berkurang 0,2 persen.

Penduduk di Hong Kong juga semakin lanjut usia dengan kematian tahun lalu lebih tinggi dari jumlah kelahiran, sebanyak 11.800 orang.

BACA JUGA: Gangguan Kecemasan, Insomnia, Hingga Trauma Dialami Penyintas COVID dan Anak Muda Indonesia Saat Pandemi

Tetapi data pemerintah ini mengungkapkan alasan baru bagi pengurangan penduduk, yaitu jumlah warga yang meninggalkan Hong Kong lebih banyak dari yang datang.

Data menunjukkan bahwa mereka yang keluar dari Hong Kong adalah 89.200 orang.

Jumlah ini empat kali lebih tinggi dari angka 20.900 yang tercatat dalam periode yang sama di tahun 2020.

Menurut media terbesar Hong Kong, South Tiongkok Morning Post, jumlah orang yang datang dari Tiongkok menggunakan izin satu kali jalan adalah sebanyak 13.900 orang.

Jumlah kedatangan di tahun 2018 dan 2019 adalah 8500 orang dan 23 ribu orang.

Hong Kong sudah berhasil mempertahankan jumlah penularan COVID-19 yang rendah dengan melarang pendatang semasa pandemi.

Ribuan warga Hong Kong juga pindah karena ketegangan politik, setelah pemerintah setempat dengan dukungan Pemerintah Tiongkok di Beijing melakukan tekanan kuat menyusul adanya protes demokrasi yang seringkali disertai kekerasan dua tahun lalu.

Selama beberapa bulan terakhir, bandara internasional Hong Kong menyaksikan banyaknya perpisahan keluarga, terutama yang pindah ke Inggris.

Pemerintah Hong Kong tidak memilik data resmi mengenai berapa orang yang meninggalkan kawasannya untuk selamanya, namun angka yang ada menunjukkan adanya eksodus.

Di bulan Juli rata-rata sekitar 1.500 warga Hong Kong meninggalkan kawasan tersebut lewat bandara.

Angka ini naik dari angka 800 orang di enam bulan pertama, dan terjadi meski pandemi menghambat perjalanan internasional.

Pengambilan dana pensiun lebih awal juga naik tajam selama 12 bulan terakhir. Dana ini hanya bisa diambil ketika seseorang meninggalkan Hong Kong untuk selamanya.

Pemerintah Hong Kong berulang kali menganggap remes masalah kepergian warganya, dengan mengatakan sebagian besar dari mereka nanti akan kembali lagi atau mereka yang pergi akan bisa digantikan oleh penduduk dari Daratan Utama Tiongkok.

Sebelumnya perpindahan warga dalam jumlah besar dari Hong Kong terjadi menjelang pengembalian Hong Kong dari Inggris ke Tiongkok di tahun 1997.

Peristiwa pemberangusan pegiat pro-demokrasi di Lapangan Tiananmen Beijing tahun 1989 juga menyebabkan banyak warga Hong Kong yang keluar.

Namun ketika itu jumlah penduduk keseluruhan tidak menurun dan banyak yang kemudian datang lagi.

AFP

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News

BACA ARTIKEL LAINNYA... Data Sensus di Australia Mempertemukan Kelompok Migran dalam Sebuah Klub Sepak Bola

Berita Terkait