Jumlah Sekolah Memenuhi Daftar Periksa PTM Terbatas Terus Bertambah

Sabtu, 24 April 2021 – 23:42 WIB
Suasana pembelajaran tatap muka pada masa pandemi Covid-19 di DKI Jakarta. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kemendikbud menyampaikan bahwa jumlah sekolah yang memenuhi daftar periksa setiap harinya terus bertambah.

Menurut Plt Direktur SMA Kemendikbud Purwadi Sutanto, menandakan, antusiasme satuan pendidikan untuk melakukan persiapan pembelajaran tatap muka (PTM) kian besar. 

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Reshuffle Menteri Pendidikan jadi Menkeu, Fadli Zon Sebut Kemendikbud Disusupi PKI, BOS Berubah

Purwadi mengatakan untuk mendorong peningkatan jumlah sekolah yang siap melakukan PTM, Kemendikbud akan mengevaluasi daftar periksa supaya lebih ringkas, padat, efektif, dan efisien.

 “Saya menyampaikan salam hormat kepada guru-guru dan sekolah yang antusias untuk melakukan persiapan agar segera membuka PTM terbatas," kata Purwadi, Sabtu (24/4). 

BACA JUGA: Pak Ganjar Minta Para Guru Lebih Disiplin, Jangan Piknik Saat tidak Ada Pembelajaran Tatap Muka

Dia memberikan apresiasi karena jumlah sekolah yang setiap hari mengisi daftar periksa dari Kemendikbud terus bertambah.

Namun, diakui Purwadi, masih ada sekolah yang hingga hari ini belum mengisi daftar periksa tersebut. 

BACA JUGA: Belajar Tatap Muka di Selimbau Dihentikan Akibat Covid-19

Hal inilah yang akan menjadi bahan evaluasi Kemendikbud untuk mempercepat PTM terbatas di semua sekolah dapat tercapai Juli 2021.  

Menurut Purwadi, ada beberapa hal yang menyebabkan sekolah belum mengisi daftar periksa. Salah satunya karena begitu panjang daftar periksa yang harus diisi. 

Dia berpendapat, nantinya daftar periksa akan dibuat lebih singkat dan padat. Terlebih lagi sebagian data yang dipertanyakan dalam daftar periksa sudah ada di dalam Data Pokok Pendidikan (Dapodik) yang sudah diisikan sekolah secara berkala.

"Kita perlu duduk bersama terkait banyaknya pertanyaan yang disampaikan dalam daftar periksa. Harusnya yang penting-penting saja sehingga sekolah bisa mengisi dengan cepat," terangnya. 

Sebab, kata Purwadi, kalau sering (berpengalaman) meminta data dari sekolah, data yang panjang lebar, (membuat) sekolah menjadi malas.

Purwadi juga kembali memberi gambaran, mengapa Surat Keputusan Bersama (SKB) empat menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) diterbitkan beberapa waktu lalu. 

Salah satu dorongan terkuatnya adalah karena tidak efektifnya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) daring.

Pelaksanaan PJJ daring selama ini, diakui Purwadi, menimbulkan learning loss. 

"Terutama di level bawah. PJJ daring harus pakai device. Sedangkan di daerah yang tidak terjangkau sinyal harus pakai guru kunjung," bebernya.

Tidak hanya itu, proses PJJ pun makin tidak efektif mengingat tugas yang diberikan guru kepada siswa ternyata tidak selalu dikerjakan. 

"Terkadang orang tuanya yang mengerjakan. Jadi selama PJJ yang sekolah orang tuanya, bukan anaknya," ucap Purwadi.

Dari fenomena tersebut, jelasnya, kemudian muncul program vaksinasi nasional yang salah satunya diprioritaskan bagi pelayan publik dan lansia.

Hal tersebut dikarenakan pelayan publik sering berhadapan dengan masyarakat, jadi harus sehat duluan. Termasuk guru dan tenaga kependidikan (GTK). 

“Seluruh GTK sudah vaksinasi akhir Juni semuanya, sehingga tahun ajaran baru kita sudah siap tatap muka semua sekolah," pungkas Purwadi. (esy/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler