Jumlah Vaksin Difteri Cukup untuk 34 Provinsi

Sabtu, 30 Desember 2017 – 00:12 WIB
Imunisasi. Ilustrasi Foto: Jawa Pos Group/dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Hingga 20 Desember 2017, tercatat sudah 43 orang meninggal karena difteri.

Angka tersebut meningkat dibandingkan data Kemenkes pada November lalu yang masih 32 orang meninggal.

BACA JUGA: Kemenkes Serius Perangi Iklan Kesehatan Hoaks

Outbreak respond immunization atau ORI sebenarnya sudah dilakukan pemerintah untuk menangani kasus tersebut. Sayangnya program tersebut hanya menyasar anak-anak.

”Kalau untuk mencakup semua penduduk memang perlu penambahan dan pengaturan produksi dari Bio Farma,” ucap Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Oscar Primadi.

BACA JUGA: Mahasiswa UIN Meninggal karena Difteri, DPR Soroti Kemenkes

Untuk ORI, Oscar mengatakan jumlah vaksin yang dimiliki pemerintah cukup. ”Cukup untuk 34 provinsi,” ucapnya. Merujuk data Kemenkes, jumlah vaksin untuk ORI 2018 mencapai 30.381.678 vaksin.

Hal tersebut dibenarkan Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kemenkes M. Subuh. Bahkan, stok vaksin yang dimiliki cukup hingga tahun depan. ”Semua produk dalam negeri,” tuturnya.

BACA JUGA: Data Kemenkes: 14 Juta Orang di Indonesia Gangguan Jiwa

Vaksin yang diproduksi Bio Farma sudah teruji kualitasnya. Buktinya, perusahaan itu sudah mengekspor vaksin ke 174 negara untuk vaksin tetes polio.

Sementara itu, vaksin difteri produksi Bio Farma juga diakui serta dibeli Unicef untuk program-program mereka.

Vaksin difteri dalam ORI hanya diberikan kepada anak-anak. Yakni mereka yang masih berusia 0 hingga 18 tahun.

”Untuk anak-anak yang prioritas dan dibiayai pemerintah,” kata Subuh. Dia menambahkan, vaksin untuk dewasa selama stok masih ada dipersilahkan. Namun pembiayaan dibebankan kepada mereka yang akan melakukan imunisasi.

Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kemenkes Elizabeth Jane Soepardi mengatakan, stok vaksin tergantung produksi Bio Farma.

”Jelas cepat habis karena permintaan sangat tinggi. Tinggal tanya kapan ada lagi,”ungkapnya.

Sedangkan jika vaksin tersebut habis, lanjut Jane, tidak bisa dalam waktu cepat tersedia. ”Jelas butuh waktu,” katanya saat dihubungi Jawa Pos.

Vaksin memang menjadi penangkal untuk virus difteri. Tujuan pemberian vaksin adalah memberikan kekebalan dalam tubuh seseorang.

Sehingga ketika ada virus yang masuk, diharapkan antibody atau kekebalan tubuh bisa memproteksi.

Difteri sendiri merupakan penyakit yang diakibatkan corynebacterium diptheriae. Penyakit itu mudah menular melalui batuk atau bersin.

Sebab corynebacterium diptheriae bersarang di tenggorokan dan hidung. Akibatnya akan terlihat selaput putih yang tebal. Lama kelamaan, selaput itu akan menutupi saluran napas. (lyn/oki)

Pemberian Imunisasi Difteri

Usia 2, 3, 4 bulan mendapatkan DPT-HB-Hib (difteri, pertusis, tetanus, hepatitis-B, dan haemofilus influenza tipe b)

Usia kelas 1 SD satu dosis imunisasi DT (difteri tetanus)

Usia kelas 2 SD satu dosis imunisasi Td (tetanus difteri)

Usia kelas 5 SD satu dosis imunisasi Td

Imunisasi tersebut dianggap cukup. Namun bisa diulang dalam jangka waktu 10 tahun.

Sumber: Diolah dari berbagai sumber

BACA ARTIKEL LAINNYA... DPR Tolak Hasil Investigasi Kasus Kematian Bayi Debora


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler