BACA JUGA: Pengacara: Rosa Sudah Tak Anak Buah Nazaruddin Lagi
Tampil bersama salah seorang Dirjen-nya di hadapan wartawan di Media Center KTT ASEAN, sekitar pukul 14.00 WIB, menteri yang kerap membuka pembicaraan dengan pantun itu pun langsung berbicara ke pokok permasalahan."Terus terang, saya hadir di sini ingin bicara sedikit soal beberapa persoalan yang muncul, terkait dengan registrasi media dan keberadaan Media Center ini secara umum
BACA JUGA: Maracik Desak KPK Tangkap Koruptor asal Demokrat
Tapi ini di (akun) Twitter saya memang banyak sekali kritikan panas itu," ujarnya membuka jumpa pers singkat yang terkesan dadakan tersebut."Di antara (tweet) yang masuk, misalnya ini, yang mengkritik (tenda) Media Center yang merah-putih ini kok seperti tenda sunatan," sebut Tifatul sambil membaca catatannya, yang kontan disambut senyum-simpul puluhan personil media yang ada di situ.
Dari sana, Tifatul pun beranjak menjelaskan keberadaan (tenda) Media Center yang dikritik tersebut
BACA JUGA: SPI Minta MK Batalkan Ratifikasi Piagam ASEAN
Walau begitu, Tifatul justru menyebut bahwa pihaknya sebenarnya sudah mengupayakan fasilitas maksimal bagi wartawan di situ, mulai dari keberadaan sekitar 100 PC, hingga bandwith besar dan akses internet yang menurutnya membanggakan.Hanya saja, kendati coba mengutarakan kelebihan fasilitasnya, Tifatul tak bisa mengelak lebih jauh dari kekurangan-kkurngan yang nyatanya masih saja adaAntara lain termasuk soal tenda Media Center yang sempat mengalami kebocoran (di tengah hujan yang memang cukup deras hari ini, Red), begitu pula ketidakadaan media booth (semacam ruang-ruang kecil bersekat) yang khususnya diperlukan oleh media televisi"Tapi, terima kasihItu masukan yang bagusKami terima untuk perbaikan ke depannyaUntuk bagian tenda yang bocor, itu bisa diperbaiki," ujarnya.
Sementara di sisi masalah yang cukup menjadi perhatian sekaligus keluhan terbesar sejumlah awak media, yakni registrasi dan pembagian ID pers, tak ada hal yang baru dari penjelasan TifatulSebagaimana sudah sempat dijelaskan sebelumnya oleh Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo, Freddy H Tulung yang mendampinginya, pangkal permasalahan disebutkan terletak pada beberapa aspekAntara lain yakni mulai dari sistem (program) registrasi online yang sensitif (dan karenanya menyulitkan sejumlah media, Red), koordinasi antar instansi/lembaga - termasuk dengan Kadin-Kemdag khususnya di sesi acara hari ini - yang diakui tak lancar, hingga masalah legalisasi dari Istana Negara (Paspampres) yang ketat membatasi keluarnya ID, dan sebagainya.
Pada akhirnya, kehadiran Tifatul di hadapan wartawan sore itu, tak pelak justru memancing kembali keluhan sekaligus kritik pedas dari personil media massaSetidaknya, ada dua pengomentar (penanya) dari sekian banyak wartawan, yang dengan nada penuh emosi melontarkan uneg-unegnya langsung di kesempatan ituDi antaranya adalah dari seorang koresponden sebuah TV asal Jepang, juga wartawati dari program VoI RRIKalimat-kalimat yang mereka utarakan terdengar tajam, hingga hampir semua personil dari pihak penyelenggara (panitia) di ruangan itu harus terdiam mendengarkan, sementara Tifatul sendiri lantas hanya bisa merespon singkat bahwa segala keluhan itu akan ditampung dan didengarkan.
"Saya cuma pesan, lain kali jangan begini lagi-lah Pak MenteriTermasuk, jangan sembarangan lagi mengontrak EO (event organizer)Yang lebih profesional-lahSaya sendiri sudah meliput ini (event-event ASEAN) sejak tahun 1990-an, dan ini masih akan (ada) banyak ke depannya soalnya," ujar sang wartawan TV Jepang yang komplain soal media booth, plus kejanggalan permintaan surat kuasa yang ditanyakan panitia padanya ketika menjemput langsung ID card-nya Selasa (3/5) lalu(ito/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Universitas Trisakti Laporkan Hakim PN Jakarta Barat
Redaktur : Tim Redaksi