Jurus Tiongkok Menggaet Wisatawan Muslim Indonesia

Senin, 07 Mei 2018 – 11:28 WIB
Forbidden City alias Kota Terlarang di Beijing adalah salah satu destinasi wisata andalan Tiongkok. Foto: Imam Husein/Jawa Pos

jpnn.com, YINCHUAN - Sektor pariwisata masih menjadi andalan Tiongkok untuk mendulang devisa. Sejumlah destinasi wisata favorit yang ditawarkan, antara lain, terletak di daerah otonomi Ningxia.

Wilayah yang sepertiga penduduknya muslim itu menyasar negara-negara Asia Tenggara yang mayoritas beragama Islam.

BACA JUGA: Tiongkok Targetkan Kedatangan Wisatawan Muslim

”Terutama Indonesia dan Malaysia,” ujar Zhang Hu, kepala Badan Informasi Kantor Penerangan Daerah Otonom Etnis Hui di Ningxia, saat menerima rombongan media asal Indonesia di Yinchuan kemarin, Minggu (6/5).

Menurut dia, sejumlah perbaikan infrastruktur sudah dilakukan untuk mempermudah kunjungan turis mancanegara. Selain itu, perluasan bandara dikebut untuk menyambut lebih banyak tamu. ”Wisatawan dari Timur Tengah juga banyak yang berkunjung ke sini,” imbuhnya.

BACA JUGA: Bahas Tiongkok, Tantowi Pertemukan ASEAN dan Pasifik Selatan

Salah satu destinasi andalan adalah Masjid Na Jia Hu yang jaraknya sekitar 20 kilometer dari pusat kota. Arsitektur masjid yang dua tahun lagi usianya genap 500 tahun itu tetap terjaga dan terpelihara hingga kini.

Pemerintah Tiongkok pun sudah menetapkan masjid seluas 9 ribu meter persegi tersebut sebagai warisan budaya. ”Kami sangat mensyukuri itu,” ujar Na Xue Xin, wakil kepala Masjid Na Jia Hu.

BACA JUGA: Persembunyian WN Tiongkok Selalu Sepi, tapi Banyak Jemuran

Rombongan kemudian salat Asar berjamaah bersama warga setempat sekitar pukul 17.30. Dia mengatakan, masyarakat sekitar sangat senang ketika ada kunjungan ke masjid.

Sehari sebelumnya, rombongan juga mengunjungi Forbidden City di Beijing. Tiap hari, rata-rata 80 ribu–100 ribu pelancong mengunjungi situs bersejarah itu. Kemudian, malam harinya berlanjut mengunjungi Wangfujing Street.

Di sana ada pasar jajanan yang cukup ekstrem. Mulai sate kalajengking, ular, kadal, lipan, hingga bintang laut. Kawasan itu buka sejak pukul 19.00 hingga 22.00.

Jawa Pos sempat mencoba sate kalajengking yang harganya Rp 50 ribu. Rasanya seperti udang yang digoreng sangat kering dan sedikit gosong.

”Kami penasaran sejak lama. Tapi, baru bisa ke sini sekarang,” ujar Myax Berger, mahasiswa asal Jerman yang menjalani pertukaran pelajar di Tiongkok. (*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Begini Cara WN Tiongkok Penjahat Siber Sewa Rumah di Bali


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler