jpnn.com - Memasuki tahun 2022, data dari Oxford Economics memperkirakan bahwa kawasan Asia Tenggara akan mengalami pemulihan ekonomi dengan mulai dilonggarkannya pembatasan aktivitas masyarakat, serta terus meningkatnya jumlah vaksinasi COVID- 19.
Menurut data yang dipaparkan oleh Sian Fenner, Oxford Economics Lead Asia Economist pada Economic Insight Forum yang diadakan oleh the Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW), gelombang pandemi COVID-19 pada tahun 2021 yang lebih besar dibandingkan dengan tahun 2020 telah memperlambat laju pemulihan ekonomi di kawasan dan berdampak pada keputusan untuk meningkatkan pembatasan.
BACA JUGA: Mas Vino Berharap Revitalisasi Pasar Johar Bangkitkan Ekonomi Rakyat
Akibatnya, tingkat PDB di kawasan saat ini masih berada di antara 4-6% atau lebih rendah dari sebelum pandemi, yaitu di Q4 2019.
Namun, prospek untuk 2022 tetap positif dengan adanya pelonggaran pembatasan dan percepatan vaksinasi COVID-19.
BACA JUGA: TNI AL Gandeng UMKM untuk Percepat Pemulihan Ekonomi Nasional
Pembatasan aktivitas masyarakat yang sebelumnya diberlakukan memberikan pukulan terhadap tingkat pengeluaran konsumen untuk jasa layanan, yang menyumbang sekitar 20% dari pengeluaran konsumsi rumah tangga pada 2019 di seluruh ekonomi Asia Tenggara.
Artinya, pembatasan selama pandemi secara signifikan memengaruhi ketergantungan ekonomi pada sektor ini dan berdampak pada penurunan belanja konsumen di kawasan sejak pandemi dimulai.
BACA JUGA: Potensi Business Super-ecosystem Perkuat Ekonomi Digital UMKM
Namun, pelonggaran pembatasan dan mulai kembali aktifnya sektor pariwisata diprediksi akan berdampak kuat pada pemulihan pengeluaran konsumsi dan layanan rumah tangga.
Lebih lanjut, kembali dibukanya perbatasan antarnegara akan mendorong pertumbuhan ekspor yang lebih cepat.
Hal ini termasuk untuk negara-negara yang sangat bergantung pada pariwisata.
Pendapatan yang dihasilkan dari kombinasi pembukaan kembali hotel, pemulihan upah, dan pergerakan orang berkontribusi secara langsung dan tidak langsung terhadap peningkatan pengeluaran ke negara lain.
Presiden ICAEW William Brooks mengatakan secara keseluruhan Asia Tenggara berada dalam kondisi yang sangat baik dibandingkan dengan sebagian besar bagian dunia lainnya dalam mengendalikan pandemi.
Pemulihan pascapandemi saat ini tengah berlangsung sepenuhnya dengan peningkatan aktivitas ekonomi dan pergerakan perdagangan.
"Kita juga melihat munculnya new normal dengan adanya perubahan pada cara kerja dan gaya hidup, serta perubahan perilaku konsumen. Hubungan geopolitik dan lintas batas juga mengalami perubahan dengan dunia yang tampaknya makin tidak stabil dan tidak dapat diprediksi," beber dia.
Laporan dari Oxford Economics menunjukkan bahwa pembatasan aktivitas masyarakat yang berlangsung dari Juli hingga Agustus 2021 lalu sangat membebani pertumbuhan PDB Indonesia.
Pembatasan tersebut diperkirakan memengaruhi kontraksi PDB sebesar 0,3% qtq (quarter-to-quarter).
Meskipun terjadi penurunan, Oxford Economics juga memperkirakan pemulihan yang cukup kuat di kuartal keempat pada sektor rumah tangga, khususnya pada konsumsi privat dan publik.
Memasuki tahun 2022, laporan yang sama memperkirakan pertumbuhan PDB Indonesia sebesar 6%.
Angka ini berada di bawah Malaysia dengan 6,7% dan Filipina dengan 6,8%. Sektor rumah tangga diperkirakan akan berkontribusi mendorong pertumbuhan di atas tren.
Selain itu, data juga menunjukkan bahwa investasi diperkirakan akan pulih lebih cepat dengan meningkatnya Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi asing langsung serta didukung oleh upaya pemerintah baru-baru ini untuk mendorong bisnis.
Laporan tersebut menyimpulkan bahwa tingkat toleransi dan vaksinasi COVID-19 akan memainkan peran kunci dalam menentukan pemulihan ekonomi di kawasan.
Dengan tingkat vaksinasi yang tinggi, Asia Tenggara telah menunjukkan ketahanan terhadap pandemi.
Bahkan, peningkatan kasus di kawasan pun tidak terlalu besar.
Selain itu, tidak ada perubahan besar dalam pembatasan domestik dan dalam perjalanan internasional pun relatif ringan dibandingkan dengan kawasan lain. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil