Pemodelan tingkat penyebaran COVID-19 yang dibuat Pemerintah Australia menunjukkan terjadinya penurunan kasus secara dramatis. Kini 10 orang yang positif hanya bisa menulari lima orang lainnya.
Artinya hingga pertengahan April ini, dari setiap dua kasus positif COVID-19, hanya akan ada kemungkinan satu kasus baru.
BACA JUGA: 5 Kiat agar Bisnis Bertahan di Tengah Pandemi Virus Corona
Menurut pemodelan ini, penurunan jumlah kasus baru terjadi hanya jika pembatasan ketat yang berlaku saat ini tetap dilanjutkan.
Bila pembatasan seperti aturan menjaga jarak dilonggarkan, maka dari setiap 10 kasus, akan muncul 25 kasus baru.
BACA JUGA: 1,9 Juta Pekerja Terkena PHK Akibat Covid-19
Sejak beberapa waktu belakangan ini, pakar epidemiologi Australia termasuk lembaga Doherty Institute, giat menghitung jumlah reproduksi virus corona.
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah rata-rata orang yang akan terinfeksi virus dari satu orang yang positif.
BACA JUGA: Keuntungan Sudah Banyak, Perusahaan Jangan Manfaatkan Covid-19 untuk PHK Karyawan
Para pakar mengatakan, semua metode analisis yang mereka gunakan menunjukkan angka reproduksi efektif COVID-19 di Australia kini berada di bawah satu.
"Hal ini menunjukkan, berbagai langkah kesehatan masyarakat yang diterapkan sangat efektif membatasi penyebaran penyakit ini," ujar Direktur Doherty Institute Profesor Jodie McVernon.
"Tapi kita tidak boleh lengah, sebab virus tidak berubah, karakteristiknya tetap sama," katanya kepada ABC News.
Menurut pemodelan yang dibuat pemerintah, jika pembatasan yang berlaku saat ini dilanjutkan, serta tidak ada lagi kluster kasus impor, maka virus corona dapat dihilangkan sepenuhnya di Australia.
Namun semua itu tergantung pada kepatuhan warga menjaga jarak fisik seperti yang sudah dilakukan selama ini.
Profesor McVernon mengingatkan, pemodelan tersebut tidak mampu menjelaskan faktor perilaku manusia di dalamnya.
"Efektivitas pembatasan sosial hanya bisa dipertahankan bila aspek perilaku manusia berada pada tingkat yang sama dari waktu ke waktu," jelas Prof McVernon. Pengetesan akan terus diperluas
Sementara itu pemerintah federal dan negara bagian akan memperluas tes virus corona untuk seluruh warga.
Menurut Perdana Menteri Scott Morrison, tes yang dilakukan Australia selama ini merupakan salah satu yang paling efektif di dunia.
Meskipun begitu, PM Morrison mengatakan Australia akan memperluas tes virus corona.
Sebagai gambaran, jika di suatu lingkungan ada pasien positif, maka seluruh warga di lingkungan itu harus dites.
"Itu yang disebut pengujian sentinel," kata PM Morrison kepada ABC.
Rezim tes yang diberlakukan bertujuan memantau perpindahan virus di tengah masyarakat.
Dari pemodelan pemerintah terungkap, 93 persen kasus simptomatik COVID-19 bisa terdeteksi di Australia.
Namun yang paling dikhawatirkan adalah, banyak orang yang mungkin terinfeksi tanpa menyadarinya, karena mereka tidak menunjukkan gejala apa-apa.
Menurut Profesor McVernon, kasus-kasus yang tak terdeteksi terjadi karena orang tidak mau dites dan diisolasi.
Dia memperkirakan proporsi kasus yang tidak terdeteksi secara keseluruhan cukup tinggi.
"Perkiraan internasional menyebutkan bisa mencapai 40-60 persen," ujarnya.
"Kami tahu anak-anak dan generasi muda jika terinfeksi sangat mungkin tidak menunjukkan gejala apa-apa," jelasnya.
Organisasi Kesehatan Dunia WHO saat ini berfokus melacak orang yang tinggal serumah dengan pasien COVID-19 untuk mengidentifikasi mereka yang mungkin terinfeksi virus tanpa gejala sama sekali. Pandemi virus corona
Ikuti laporan terkini terkait virus corona dari Australia dalam Bahasa Indonesia.
Strategi pengetesan
Profesor McVernon menilai tes sentinel saat ini sangat penting dilakukan karena kelompok masyarakat yang sebelumnya menjadi target tes sudah mulai berkurang.
Misalnya, kelompok pendatang dari negara lain atau kelompok penumpang kapal pesiar.
"Jumlah kasus dari kelompok mereka yang berisiko akan menurun," katanya.
Masalah berikutnya, kata Prof McVernon, yaitu bagaimana memastikan siapa yang harus dites sekarang.
"Tentunya tidak efisien jika tesnya dilakukan kepada semua orang yang ditemui di jalan," katanya.
"Karena itu harus ada strategi yang memungkinkan kita mengetes mereka yang lebih berpeluang positif," tambah Prof McVernon.
Pemerintah sebaiknya mengetes kelompok masyarakat seperti tenaga medis dan warga yang berada di lingkungan pusat penyebaran virus.
"Tenaga medis melakukan kontak dengan pasien setiap saat, sehingga banyak di antaranya yang kemungkinan sakit," kata Prof McVernon.
Selain itu, tes massal juga bisa dilakukan di lokasi yang menjadi pusat penyebaran, untuk menemukan warga yang mungkin terpapar tanpa menunjukkan gejala.
Ikuti perkembangan terkini soal pandemi virus corona di dunia lewat situs ABC Indonesia
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lima Kabupaten/Kota Yang Paling Banyak Menyediakan Anggaran Untuk Penanganan COVID-19