jpnn.com, JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mendorong Perusahaan Listrik Negara (PLN) di bawah kepemimpinan Dirut PLN Darmawan Prasodjo konsisten dalam perencanaan dan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT).
Menurut Ketua Komite Tetap Bidang EBT Kadin Muhammad Yusrizki, Indonesia memiliki banyak pekerjaan rumah terkait pemanfaatan EBT, terlebih lagi di tengah gelombang gerakan net zero emission yang terjadi di seluruh dunia.
BACA JUGA: Insentif Tarif EBT Berpotensi Membebani Keuangan Negara
Dia mengatakan Kadin mengapresiasi tekad PLN di bawah kepemimpinan Darmawan Prasodjo untuk konsisten dalam perencanaan dan pemanfaatan enerbi baru terbarukan.
“Kadin menanti kolaborasi antara sektor swasta dan PLN, mengingat tanggung jawab kedua belah pihak sangat krusial dalam rangka mengakselerasi pertumbuhan EBT di Indonesia,” ucap Yusrizki dalam keterangan resminya, Kamis (16/12).
Salah satu bentuk kolaborasi yang sedang dirancang Kadin ialah melakukan inovasi pada sisi pengadaan EBT agar lebih transparan dan adaptif terhadap pertumbuhan permintaan tenaga listrik.
Menurut Yusrizki, teknologi EBT secara natural merupakan teknologi yang modular dapat dengan cepat melakukan ekspansi kapasitas apabila diperlukan.
BACA JUGA: Pengamat Menilai Aturan EBT Tidak Adil, Berpotensi Buat Tarif Listrik Naik
Karakteristik ini berbeda dengan pembangkit fosil, yang mana ada satuan kapasitas tertentu yang diperlukan untuk mencapai efisiensi dan economic feasibility.
“Sudah saatnya PLN memanfaatkan karakteristik modular dari teknologi EBT terutama untuk program de-dieselisasi yang menurut Kadin menjadi jalan masuk yang terbaik untuk peningkatan pemanfaatan EBT di Indonesia,” kata Yusrizki.
Dia mengajak PLN beserta pemangku kepentingan di Indonesia, termasuk asosiasi-asosiasi yang mewakili industri EBT, duduk bersama dan bertukar pikiran mengenai inovasi pengadaan yang layak dipertimbangkan. Sebab, ujar dia, banyak sekali poin-poin menarik dari asosiasi EBT.
“Apakah misalnya kita akan menggunakan metode reverse auction terkait pengadaan PLTS untuk penggantian diesel atau akan menggunakan metode pengadaan per kluster seperti sudah banyak disebutkan, dan apa pola ekspansi yang diperlukan apabila terjadi peningkatan permintaan listrik,” paparnya.
Yusrizki menambahkan transisi energi adalah konsep yang lebih luas dari sekadar teknologi pembangkit.
Panel surya, baling-baling untuk tenaga angin hingga battery sebagai penyimpan energi, merupakan inovasi teknologi yang sudah dan makin berkembang.
“Inovasi teknologi tentu harus diikuti dengan inovasi di bagian-bagian lain, misalnya metode procurement, metode operasional, dan metode kendali jaringan untuk mendapatkan the best from each technology,” kata Yusrizki.
Dia mengingatkan kalau menggunakan metode yang salah, atau sudah usang, maka yang ditemukan hanya masalah untuk setiap teknologi. “Lalu, bagaimana kita mau melakukan transisi energi jika selalu seperti itu,” pungkasnya. (boy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Boy