Kaesang dan Politik Dinasti Jokowi

Selasa, 23 Mei 2023 – 22:05 WIB
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Ilustrasi. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Dalam budaya politik Amerika Serikat, presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan disebut sebagai "Orang Pertama" atau The First Gentleman. Sebutan ini kurang akrab karena jarang dipakai. Yang lebih banyak dikenal adalah sebutan "The First Lady" untuk menyebut istri presiden.

Sebutan ini tidak pernah diterjemahkan harfiah ke dalam Bahasa Indonesia sebagai "Istri Utama" apalagi "Istri Pertama", karena bisa menimbulkan protes di kalangan emak-emak, karena konotasinya akan ada istri kedua. Istilah yang lebih lazim kita pakai adalah "Ibu Negara".

BACA JUGA: Haruskah Mengancam Coldplay sebagai Pendukung LGBT?

Keluarga presiden juga disebut sebagai The First Family, dan pesawat kepresidenan disebut sebagai Air Force One, helikopter kepresidenan disebut Marine One. Jill Biden adalah The First Lady, dan Hunter Biden dan saudara-saudaranya adalah anggota The First Family.

Keluarga Biden tidak terlibat dalam politik. Hunter Biden, si anak sulung tidak terjun ke politik. Ia menjadi pengusaha, dan sempat menjadi sorotan karena dianggap mempergunakan pengaruh jabatan bapaknya untuk kepentingan bisnis.

BACA JUGA: Cawe-Cawe di Pilpres

Hunter juga disorot karena skandal seksualnya. Sebuah video yang beredar memperlihatkan Hunter sedang bersama dua perempuan dan sedang menikmati rokok yang diduga sejenis mariyuana.

Semasa pemerintahan Donald Trump keterlibatan the first family dalam politik sangat kuat. Menantu Trump, Jared Kushner menjadi orang kepercayaan sang mertua, dan diangkat menjadi penasihat senior presiden meskipun usianya baru 39 tahun. Kushner menjadi ujung tombak kepercayaan mertuanya dalam berbagai urusan, mulai dari kebijakan luar negeri, perdagangan, sampai ke berbagai urusan dalam negeri.

BACA JUGA: Petugas Partai & Despotisme Baru

Ivanka Trump, istri Kushner juga menjadi orang kepercayaan Trump meskipun tidak memegang jabatan formal. Ivanka ikut terlibat dalam pertemuan penting Trump dengan berbagai kepala negara.

Trump sendiri mengakui bahwa Ivanka adalah orang kepercayaannya. Keterlibatan suami istri Kushner-Ivanka ini menjadi sorotan. Keterlibatan Ivanka dalam pertemuan-pertemuan strategis juga dipertanyakan.

Sama dengan di Amerika, di Indonesia The First Family sering menjadi sorotan karena keterlibatannya dalam politik praktis.

Gibran Rakabuming Raka, anak sulung Presiden Joko Widodo sekarang menjadi wali kota Surakarta melanjutkan karir bapaknya. Gibran diproyeksikan untuk jabatan yang lebih tinggi pada 2024 mendatang. Kemungkinan Gibran akan maju sebagai gubernur Jawa Tengah atau DKI Jakarta.

Sang menantu Bobby Nasution menjadi wali kota Medan, dan punya kans untuk dicalonkan naik menjadi wakil gubernur Sumatera Utara mendampingi pejawat Eddy Rahmayadi. Bisa juga sang menantu dicalonkan sebagai gubernur menantang sang petahana.

Adik kandung Jokowi, Idayati resmi menikah dengan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Anwar Usman pada 2022 yang lalu. Banyak yang mendesak supaya Anwar Usman mundur dari jabatannya sebagai ketua atau sekalian mundur dari MK, tetapi Anwar bergeming. Banyak yang menyindir kepanjangan MK sebagai Mahkamah Keluarga.

Yang terbaru, Kaesang Pangarep si bungsu sudah ramai dirumorkan bakal terjun di kancah politik praktis. Ia semula terkenal sebagai penjual pisang. Bisnisnya kemudian makin berkembang dan bergabung bersama pebisnis elite seperti Rafi Ahmad. Kaesang menjadi selebritas berkat perannya sebagai pemilik klub sepak bola Persis Solo. Popularitas Kaesang meroket karena pesta pernikahannya yang extravagant.

Sekarang Kaesang banyak dihubungkan dengan karier politik untuk maju sebagai calon wali kota Depok. Beberapa baliho sudah muncul di Depok mencalonkan Kaesang sebagai walikota. PSI (Partai Solidaritas Indonesia) yang dikenal sebagai "die hard Jokowi" sudah mencanangkan untuk mencalonkan Kaesang sebagai wali kota. Baliho ‘’PSI Menang Wali Kota Kaesang’’ sudah mulai dimunculkan.

Jokowi makin memperkuat politik dinasti. Kaesang dan Gibran sudah terang-terangan mendukung Prabowo Subianto, capres yang didukung bapaknya. Gibran dan Kaesang tanpa ragu muncul pada pertemuan Prabowo dengan relawan pendukung Jokowi. PDIP sebagai partai induk Gibran gerah dan memanggil Gibran ke Jakarta untuk mempertanggungkawabkan perbuatannya. Tidak ada sanksi bagi Gibran, dan PDIP hanya memberi nasihat kepada Gibran.

Perkembangan terakhir menunjukkan kecenderungan Jokowi yang makin jelas untuk mendukung Prabowo. Jokowi terlihat sudah putus asa dan putus hubungan dengan Ganjar Pranowo, yang semula dia gadang-gadang untuk menjadi penerusnya. Tetapi, PDIP kemudian seperti membajak Ganjar dan mengumumkan Ganjar sebagai petugas partai jilid kedua untuk maju sebagai calon presiden 2024.

Jokowi kehilangan kontrol terhadap Ganjar, dan mengalihkan dukungan kepada Prabowo Subianto. Dibanding dengan Ganjar, Prabowo adalah pilihan yang lebih berisiko bagi Jokowi. Kesetiaan Prabowo kepada Jokowi belum benar-benar teruji. Tetapi Jokowi tidak punya pilihan yang lebih baik kecuali Prabowo.

Jokowi ingin mengamankan program-programnya supaya berlanjut. Jokowi ingin tetap memainkan peran pasca-pensiun. Jokowi juga ingin mengamankan dirinya dan keluarganya pasca-pensiun. Karena itu pertemuan Jokowi dengan Prabowo beberapa kali melibatkan keluarga besar, termasuk anak dan menantu. Isyarat ini menunjukkan bahwa Jokowi ingin menitipkan nasib dirinya dan keluarganya kepada Prabowo.

Setiap keputusan politik tentu punya risiko. Jokowi pasti sudah menghitungnya. Jokowi pasti sudah tahu bahwa dalam pergolakan Reformasi 1998 Prabowo tidak sepenuhnya berhasil mengamankan keluarga Presiden Soeharto, mertuanya sendiri. Prabowo melakukan manuver militer yang dianggap sebagai insubordinasi sehingga dipecat dari dinas militer.

Kiprah Prabowo dalam Operasi Mawar di Timor Timur, dan dugaan penculikan terhadap aktivis mahasiswa pada masa reformasi, dianggap sebagai pelanggaran HAM (hak asasi manusia) berat dan tetap menjadi sorotan sampai sekarang.

Rekam jejak ini tidak mudah dihapuskan. Tetapi, Jokowi tidak punya cukup waktu dan tidak punya pilihan lain kecuali mendukung Prabowo. Jokowi tentu sudah menghitung risikonya, dan mengantisipasi kemungkinan terburuknya.(*)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Labuan Bajo dan Pribumi Malas


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler