Kakak Besar dan The Golden Boy

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Sabtu, 11 Maret 2023 – 19:51 WIB
Momen kebersamaan antara Presiden Jokowi, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Menhan Prabowo Subianto. dok tim media Ganjar.

jpnn.com - Kontestasi Pilpres 2024 makin dekat, berbagai manuver kian dinamis. Berbagai kemungkinan bisa terjadi, tetapi secara umum kontestasi ini akan menjadi ajang balapan dua kuda pacu ‘’two horse race’’ antara Anies Baswedan dan pasangannya melawan Ganjar Pranowo dan pasangannya. 

Dua kuda pacu itu sekarang terus bermanuver dan bergerak dengan caranya sendiri. 

BACA JUGA: Santri Dukung Ganjar Serahkan Bantuan Bahan Bangunan Untuk Ponpes Abi Ummi

Anies Baswedan melakukan pergerakan yang makin terbuka. Dukungan resmi dari Koalisi Perubahan membuat Anies bisa mengantongi syarat minimal presidential threshold 20 persen. 

Hal ini membuat langkah Anies makin terbuka.

BACA JUGA: Anies di Australia

Ganjar Pranowo belum mempunyai tiket di kantongnya, tetapi hal itu tidak menghalanginya untuk terus bergerak dengan caranya sendiri. 

Ajang panen raya di Kebumen (9/3) yang menampilkan momen kebersamaan Jokowi-Ganjar Pranowo-Prabowo Subianto, dianggap sebagai kode keras bahwa Jokowi akan meng-endorse pasangan Ganjar Pranowo sebagai capres dan Prabowo sebagai cawapres.

BACA JUGA: Satu Jempol Pak SBY Kelihatan di Semarang

Dalam momen itu ketiga tokoh itu berkumpul bareng lalu berjalan ke tengah sawah tanpa pengawalan. 

Terlihat akrab dan gayeng, penuh dengan simbolisasi politik. Warga yang bekerumun dari jauh berteriak memanggil nama Jokowi. Ada juga yang berteriak memanggil Prabowo. Banyak juga yang meneriakkan nama Ganjar.

Momen itu dimanfaatkan oleh Jokowi untuk pamer kemesraan dengan Prabowo dan Ganjar. Jokowi mengeluarkan ponsel dari sakunya kemudian mengambil foto bertiga. Ketiganya terlihat semringah dan penuh senyum.

Nun jauh ke selatan di Australia, negara tetangga yang beda benua, Anies Baswedan tengah mengadakan kunjungan resmi atas undangan kalangan akademisi, kelompok bisnis, dan beberapa organisasi non-pemerintah.

Dua momen ini tidak ada hubungannya, tetapi ada paralel yang mempertemukannya. 

Anies mendapatkan keuntungan dari kunjungan ke Australia ini untuk membangun citra internasional untuk pencalonan presiden 2024. 

Ganjar mendapatkan keuntungan dari momen ini untuk memperkuat citranya sebagai tokoh yang dekat dengan Jokowi, dan menjadi salah satu kandidat presiden 2024 yang mendapat endorsement dari Jokowi.

Ganjar terus mencari jalan untuk bisa maju ke kontestasi 2024. PDIP sebagai induk Ganjar masih belum menunjukkan ketertarikan terhadap Ganjar. 

Justru partai-partai lain yang lebih antusias mencalonkan Ganjar.

Salah satu yang sudah mulai terang-terangan memunculkan Ganjar adalah Partai Amanat Nasional (PAN). Dalam rapat kerja nasional di Semarang beberapa waktu yang lalu, PAN memunculkan duet Ganjar Pranowo-Erick Thohir sebagai capres dan cawapres. Keduanya diundang ke acara itu dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan pun memberi isyarat yang terang-benderang untuk menjagokan duet itu.

Akan tetapi, manuver Zulhas bak bertepuk sepertiga tangan. Dua partai anggota KIB (Koalisi Indonesia Bersatu) tidak terkesan oleh manuver Zulhas. 

Golkar yang punya saham suara terbesar dalam koalisi tidak tertarik oleh ide Zulhas. Golkar tetap kekeh mencalonkan Airlangga Hartarto sebagai capres meskipun nilai jualnya rendah.

PPP juga tidak tertarik terhadap manuver Zulhas. PPP malah bermanuver sendiri melalui Romahurmuzy—mantan ketua umum dan mantan narapidana kasus korupsi—yang sekarang menjadi ketua Majelis Pertimbangan Partai. Romy mengadakan pertemuan dengan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto membahas kemungkinan koalisi.

Manuver Romy membuat situasi menghangat. Kalau PPP lari ke PDIP maka KIB terancam bubar dan Jokowi harus putar otak untuk mencarikan jalan bagi Ganjar Pranowo untuk mendapatkan partai pengusung.

Pertemuan segitiga di Kebumen itu hanya isyarat kecil bahwa mungkin Jokowi juga berpikir untuk memasangkan duet Prabowo-Ganjar dengan kendaraan koalisi Kebangkitan Indonesia Raya, Gerindra dan PKB.

Skenario ini tidak bakal mulus, karena Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar tidak akan menyerah begitu saja. PKB mungkin saja bersedia melepas koalisinya kepada pasangan Prabowo-Ganjar, tetapi dengan kompensasi yang ‘’high cost’’.

Anies Baswedan secara teknis sudah mengamankan tiket pencalonan presiden dari Koalisi Perubahan, yakni Nasdem, Partai Demokrat, dan PKS (Partai Keadian Sejahtera). Akan tetapi, Anies juga masih menghadapi dilema untuk menentukan pendampingnya. Koalisi Perubahan bisa saja ‘’berubah’’ jika masalah cawapres tidak bisa memuaskan partai anggota koalisi.

Setidaknya, Anies sudah menempatkan satu kakinya di perhelatan 2024. Satu kaki itu dimanfaatkan secara optimal oleh Anies untuk mengampanyekan dirinya keliling Indonesia dan ke berbagai belahan dunia.

Safari di Australia ini menjadi ajang bagi Anies Baswedan untuk memperkenalkan visi dan misinya kepada masyarakat internasional. 

Anies sudah tampil di berbagai forum internasional beberapa waktu belakangan ini. Dia mendapatkan kehormatan chairmanship di Pusat Studi Asia Oxford University. 

Anies juga tampil di depan para intelektual dan mahasiswa Singapura, dan pekan Anies tampil menjelaskan visi misinya di Australia.

Rangkaian kunjungan Anies di Australia ini sekaligus menjadi semacam ajang fit and proper test bagi seorang calon presiden yang bakal diterima oleh komunitas internasional, khususnya poros Australia-Inggris-Amerika.

Ajang Pilpres 2024 juga disebut-sebut akan menjadi arena balapan dua kuda pacu internasional, yaitu China dan Amerika. Selama ini, Pemerintahan Presiden Jokowi lebih dekat ke poros China dan hal ini membuat Amerika cemburu dan berusaha merebut kembali hati Indonesia.

Di masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Indonesia mempunyai hubungan yang lebih akrab dengan Amerika. 

SBY bahkan dijuluki sebagai anak emas atau The Golden Boy Amerika. SBY memperoleh pendidikan militer di Amerika dan merasa lebih nyaman berhubungan dengan Amerika.

Di era Jokowi sekarang, orientasi hubungan internasional bergeser ke China. Jokowi merasa lebih nyaman berhubungan dengan China. Keakraban itu terlihat dari sebutan ‘’Kakak Besar’’ oleh Jokowi kepada Presiden China Xi Jinping.

Ganjar Pranowo menjadi salah satu protégé yang bakal diproyeksi menggantikan Jokowi sekaligus melanjutkan hubungan baik dengan Kakak Besar. Anies Baswedan yang mendapatkan pendidikan pascasarjana di Amerika disebut-sebut akan mewarisi julukan SBY sebagai ‘’The New Golden Boy’’ Amerika. (**)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?

BACA ARTIKEL LAINNYA... Panen Padi Didampingi Mentan SYL, Pak Jokowi: Saya Lihat Ada Perbedaan


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler