jpnn.com - MANILA - Filipina bakal menggelar pemilu terbuka, Senin (9/5) nanti. Kans calon presiden Filipina Rodrigo Duterte (71) dilaporkan sangat terbuka lebar.
Sejak awal kampanye, dia menempati posisi teratas dalam hampir setiap polling. Namun, pria yang memiliki nama panggilan Digong itu diperkirakan tidak akan lama berkuasa. Pemberontakan kemungkinan terjadi jika Digong benar-benar memimpin negara tersebut.
BACA JUGA: Alhamdulillah, MILF Ikut Memburu Komplotan Abu Sayyaf
"Momen saat dia mencoba mendeklarasikan pemerintahan revolusioner bakal menjadi hari di mana dia akan didepak dari kantornya,’’ kata Senator Antonio Trillanes dalam sebuah acara yang digelar Koresponden Asing Filipina (Focap) pada Selasa (3/5).
Rodrigo memang pernah menyatakan akan merangkul pemberontak komunis. Politikus yang tujuh kali menjabat wali kota Davao City itu juga mengancam menghapuskan kongres untuk menciptakan pemerintahan yang revolusioner sehingga bisa menulis ulang konstitusi di Filipina.
BACA JUGA: Tidak Ada Waktu Lagi Untuk Lunak Pada ISIS
Antonio menjelaskan alasan Digong bakal digulingkan. Yang pertama, karena Digong dirasa tidak memiliki rasa hormat terhadap institusi yang demokratis. Digong selama ini memang terkenal arogan dan kerap menjadi pemberitaan negatif.
Dalam kampanyenya, dia menjanjikan mengakhiri perdagangan obat terlarang dalam kurun waktu 3–6 bulan dan memaafkan pasukan keamanan yang membunuh pejahat. Intinya, ada penjahat, langsung tembak di tempat.
BACA JUGA: Tas Kulit IPHONE Lebih Kondang Dibanding HP iPhone
Digong juga membenci kandidat calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik Donald Trump. Namun, banyak pihak yang malah menyamakan Digong dengan Trump. Mereka sama-sama melejit karena penduduk sudah muak dengan para politikus kelas atas.
Komentar-komentar maupun sikap keduanya kerap serupa. Bagi Antonio dan oposisi, Digong adalah calon diktator. ’’Akan sangat mudah untuk merekrut orang untuk melakukan intervensi militer,’’ tegas Antonio.
Dia pun adalah mantan petinggi angkatan laut yang terkenal sebagai pemimpin pemberontakan militer pada 2003 dan 2007. Namun, dua pemberontakan yang dipimpin Antonio tersebut gagal. ’’Pada 2001 kami menemukan cara untuk menggulingkan presiden yang mendapatkan mandat dari rakyat,’’ tuturnya merujuk pada penggulingan Presiden Joseph Estrada.
Antonio baru-baru ini juga menuding Digong memiliki uang 2,4 miliar peso (Rp 676,164 miliar) yang tidak dilaporkan dalam daftar kekayaannya. Menurut Antonio, Badan Anti Pencucian Uang dan lembaga lainnya tidak menyelidiki finansial Digong. Antonio bahkan berani dituntut balik atas tudingannya tersebut. Namun, dia yakin Digong tidak bakal melakukannya karena itu justru akan mengungkap keberadaan uang tersebut.
Hal tersebut tentu saja bisa jadi bumerang bagi karir Digong nanti. Bukan hanya itu, internal militer Filipina sangat menentang komunisme. Padahal, di sisi lain, Digong memiliki hubungan baik dengan pendukung komunis. (afp/the guardian/the standard/sha/c20/any)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengerikan! Abu Sayyaf Rilis Video Pemenggalan Kepala Sandera
Redaktur : Tim Redaksi