Kalau Punya Niat Harus Jadi

Minggu, 11 Desember 2011 – 19:53 WIB
Walikota Solo, Joko Widodo. Foto: Soetomo Samsu/JPNN

BIROKRASI yang bersih tak henti menjadi tema diskusiMenurut Walikota Solo, Jateng, Joko Widodo, memang yang diperlukan bukan diskusi, bukan teori

BACA JUGA: Kematangan tak Ditentukan Usia

Menurut pria yang akrab dipanggil Jokowi itu, niat dan kemauan lebih penting.

Di Solo, Jokowi sudah membuktikan
Pria yang berancang-ancang ikut maju di Pilgub DKI Jakarta itu mampu menata Pedagang Kali Lima (PKL) tanpa keributan.

Jokowi sosok yang serius dalam kerja

BACA JUGA: Saya Tak Pernah Pegang Baut Jembatan

Tapi juga santai dan gaul
Dia punya niat mendatangkan grup musik rock Metallica dan Lamb of God ke Solo

BACA JUGA: Bosan Ngomongin Kisruh PSSI



Berikut wawancara wartawan JPNN dengan pria kelahiran Solo 1961 itu usai sebuah acara di Kampus Universitas Indonesia (UI), Depok, beberapa waktu lalu.

Apa kunci penciptaan birokrasi yang bersih dan profesional?
Siapkan saja sistem yang bagusMerekrut orang harus yang benar-benar punya kemampuanYang tidak punya niat, ganti sajaContohnya di Solo,  6,5 tahun silam, pelayanan pembuatan KTP harus makan waktu tiga hingga empat minggu baru kelarTergantung ampop

Lantas saya panggil programerDia bilang urus KTP delapan menit selesaiSaya bilang ke masyarakat, sehari selesaiWaktu rapat, ada ada tiga-empat lurah dan camat, merasa keberatanDia bilang tak mungkin sejam, tak mungkin sehariEmpat orang yang ngomong gitu, besoknya saya copot karena niat saja tidak punya, apalagi melaksanakanSaya cari yang punya niat.

Anda merasa berhasil memimpin Solo?
Dengan saya harus bicara yang optimis-optimisSolo juga pembenahan birokrasinya belum 100 persenPaling baru 60 persenYang 40 persen ini harus kita perbaiki terusPrinsipnya, kalau ada kekurangan jangan ditutup-tutupi.

Waktu pertama melakukan pembenahan birokrasi, apakah ada resistensi internal?
Tahun pertama ada resistensiTahun kedua sudah tidak adaKuncinya, harus tegas untuk membenahi sistemYang tak punya niat, minggirMereka mikir, oh ternyata walikota serius membenahiKalau punya niat, harus ditunjukkan, harus jadi.

Cara Anda bisa diterapkan di daerah lain?
Bisa, tergantung niatNggak usah banyak kajian, nggak usah banyak teori

Bagaimana Anda melakukan pengawasan terhadap anak buah agar tak nakal?
Waktu pertama kali masuk (sebagai walikota), saya diatur protokolerMau mengecek, loh kok baik semuaSelanjutnya, kalau saya mau cek, ya cek saja, tak perlu pakai protokolerHasilnya, dulu Puskemas itu hanya sampai jam satu siang, sekarang sampai sore buka.

Anda serius mau maju di Pilgub DKI?
Mesti dihitung dulu secara cermat, mesti dikalkulasiMesti ada realita politik yang harus dihitung duluDihitung-hitung untung ruginya secara politik.

Kapan ambil keputusan maju tidaknya di pilgub DKI ini?
Masih prosesTak mungkin sehari dua hari selesai.

Bagaimana tanggapan Anda terhadap penilaian otonomi gagal, banyak kepala daerah hasil pilkada langsung korupsi?
Rekrutmen politik yang tak benerBukan yang baik-baik yang direkrut, tapi yang populer-populerMestinya yang punya komitmen terhadap negara, terhadap masyarakatYang seperti itu yang harus direkrut parpolSehingga orientasi kepala daerah bukan ke popularitas.

Anda sendiri cukup populerTadi banyak mahasiswa UI yang minta foto bersamaAnda sudah jadi selebriti?
Saya tidak merasakan apa-apa, tidak merasa jadi selebritiIngin foto bersama ya biasaSaya tak merasa baik dan suksesBiar masyarakat yang menilai(sam/ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sebagian Bonus untuk Perbaiki Rumah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler